Teknik peliputan berita adalah bagian terpenting dari sebuah kerja jurnalistik. Bagi pandangan awam, meliput suatu kejadian atau mengangkat suatu isu menjadi berita dilihat sebagai saat wartawan turun ke lapangan. Tentu saja ada berbagai persiapan yang pelu dilakukan seorang jurnalis sampai ke tahapan peliputan.
Pertama adalah pertimbangan suatu kejadian/ kasus atau isu bisa memiliki nilai berita. Satu media dengan media lain memiliki kekhasan terhadap nilai berita. TV sport/musik misalnya, tidak akan memandang kasus kematian Ketua DPRD SUMUT sebagai berita penting, tapi TV news tentu saja kasus tersebut menjadi berita utama (headline) bahkan bisa menjadi running-news (berita berseri).
Media satu dengan media lain dalam menentukan sudut pandang suatu kejadian juga kadang bisa berbeda. Kontroversi dua RUU yakni Sisdiknas dengan Pornografi misalnya, terlihat berbeda sudt pandang pembuatan berita (angle) antara KOMPAS dengan REPUBLIKA. Ini terkait visi dan misi media dimana sang wartawan bekerja dan secara langsung menentukan bagaimana arah kerja saat peliputan.
Namun secara umum, nilai berita memiliki kriteria , diantaranya :
Penting. Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.. Isu terkait BBM secara khusus misalnya konversi BBM merupakan hal penting karena terkait hajat hidup semua orang.
Unik. Kejadian yang tak lazim atau diangap unik biasanya menarik pembaca, pendengar atau pemirsa. Contoh fenomena Sumanto yang tak hanya membongkar kuburan tetapi juga memakan mayatnya.
Kedekatan-proximity. Peristiwa yang dekat dengan akan lebih menarik ketimbang peristiwa sama tetapi jauh dari pembaca/pemirsa. Kasus bom bali akan terus diangkat media nasional ketimbang terror bom di Afganistian atau Iraq yang hampir tiap hari terjadi. Kedekatan emosional bisa juga menjadi alsan suatu kejadian memiliki nilai berita, misalnya agresi Israel, karena mayoritas Indonesia muslim.
Kekuatan-magnitude. Adalah ukuran seberapa besar pelibatan jumlah dalam kasus atau peristiwa. Bandingkan demo buruh yang diikuti 10 ribu masa disbanding hanya 500 orang. Atau kecelakaan yang memakan korban ratusan disbanding hitungan jari.
Human Interest. Suatu peristiwa kejadian atau fenomena yang menyentuh sisi kemanusiaan. Misalnya perjuangan seorang cacat menghidupi keluarganya sampai anaknya bisa berkuliah. Atau perjuangan pengungsi kerusuhan sampit yang harus terlempar keluar kampong halamannya dna mulai hidup dari 0 lagi.
Konflik. Suatu kasus yang memicu konflik menjadi menarik karena secara emosional pembaca akan berada di salah satu sisi pro-kontra sesuai pandangannya. Contoh hukum haram merokok yang dikeluarkan MUI.
Trend. Sesautu yang sedang meledak menjadi gaya hidup di tengah masyarakat (:musim..bukan musim buah lho..). Misalnya menjamurnya café dengan fasilitas hot-spot yang digandrungi anak muda Purwokerto.
Proses peliputan berita bisanya diawali dengan rapat redaksi, atau rapat proyeksi liputan. Di sini peran pemimpin redaksi memegang pernanan penting, biasanya dibantu Wapimred dan redaktur. Di media TV rapat proyeksi dilakukan malam sebelum peliputan, biasanya dipimpin seorang manager news diikuti prodeser dan ssistennya serta beberapa coordinator peliputan. Rapat ini menentukan topic dan membahas teknis peliputan.
- Penentuan topic berdasarkan ada tidaknya kasus yang akan terjadi, atau perlu tidaknya menindaklanjuti kasus yang sudah ditayangkan.
- Menentukan person yang akan diterjunkan ke lapangan
- Membuat wishlist atau beberapa urutan kerja dan hal-hal yang perlu diliput (diambil gambarnya) dan narasumber yang perlu diminati keterangan.
- Ditentukan lalu lintas komunikasi koordinasi jika terjadi hal-hal di luar urutan kerja yang sudah ditentukan.
Persiapan sebelum ke lapangan perlu dilakukan agar segala kebutuhan terkait kerja bisa terpenuhi. Kondisi tubuh harus fit bagi seroang reporter menjadi syarat mutlak agar kinerja terjaga. Peralatan penunjang juga harus dalam kondisi baik, jika perlu lakukan cek ulang peralatan. Tim liputan TV biasanya membawa peralatan kamera, kaset dalam jumlah cukup, batre dalm kondisi full-charge, lampu kamera lengkap dengan batre, microphone, tripod, beberapa lensa pendukung.
Reporter biasanya melakukan briefing sebelum turun ke lapangan. Jika diperlukan, kameraman tidak hanya satu orang tetapi lebih dari dua bahkan bisa sampai 5 cameraperson, agar gambar liputan lengkap.
Prinsip dasar reportasi adalah bagaimana menggali data di lapangan. Ada beberapa lapis sumber data dalam peliputan.
Lapis pertama. Adalah data paling factual dan otentik dalam sebuah peliuputan. Biasanya adalah orang yang secara langsung mengalamin kejadian. Kasus kebakaran pusat perbelanjaan msialnya, upayakan mewawancarai petugas pengamanan took, atau pembeli yang saat kejadian sedang berbelanja. Kasus bencana alam bisa dari korban selamat atau warga yang ada di pengungsian. Data ini bisa dijadikan bahan konfirmasi agar berita menjadi berimbang.
Lapis kedua. Adalah data sekunder dari pejabat atau orang yang berwenang dalam suatu kasus. Selain mewawancarai korban bencana, kita bisa mengkonfirmasi ke pejabat pemda setempat atau ketua satlak penanganan bencana untuk mendapat data yang lebih rinci dan luas. Juga bisa untuk mengkonfirmasi data dari lapis pertama dan kebijakan yang akan diambil.
Lapis ketiga. Adalah data yang diambil dari orang yang memiliki kemampuan berkompeten dengan kasus yang diliput. Kasus dugaan korupsi di APBD bisa dilengkapi dengan wawancara seorang ahli hukum administrasi agar lebih imbang.
Ada beberapa criteria wawancara yang perlu diperhatikan bagi jurnalis :
- Man in the street interview. Cara ini dilakukan bila kita ingin mengetahui pendapat umum masyarakat terhadap isu/persoalan yang hendak kita angkat menjadi bahan berita.
- Casual interview, atau disebut juga wawancara mendadak. Ini adalah jenis wawancara yang dilakukan tanpa persiapan/perencanaan sebelumnya.
- Personality interview, yaitu wawancara yang dilakukan terhadap figur-figur publik yang terkenal, atau bisa juga terhadap orang-orang yang dianggap memiliki sifat/kebiasaan/prestasi yang unik, yang menarik untuk diangkat sebagai bahan berita.
- News interview, yaitu wawancara dalam rangka memperoleh informasi dan berita dari sumber-sumber yang mempunyai kredibilitas ataupun reputasi di bidangnya.
- Wawancara yang Baik
- Agar tugas wawancara kita dapat berhasil, maka hendaknya diperhatikan hal-hal - antara lain - sebagai berikut:
- Lakukanlah persiapan sebelum melakukan wawancara. Persiapan tersebut menyangkut outline wawancara, penguasaan materi wawancara, pengenalan mengenai sifat/karakter/kebiasaan orang yang hendak kita wawancarai, dan sebagainya.
- Taatilah peraturan dan norma-norma yang berlaku di tempat pelaksanaan wawancara tersebut. Sopan santun, jenis pakaian yang dikenakan, pengenalan terhadap norma/etika setempat, adalah hal-hal yang juga perlu diperhatikan agar kita dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat pelaksanaan wawancara.
- Jangan mendebat nara sumber. Tugas seorang pewawancara adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari nara sumber, bukan berdiskusi. Jika Anda tidak setuju dengan pendapatnya, biarkan saja. Jangan didebat. Kalaupun harus didebat, sampaikan dengan nada bertanya, alias jangan terkesan membantah.
- Contoh yang baik: “Tetapi apakah hal seperti itu tidak berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak?”
- Contoh yang lebih baik lagi: “Tetapi menurut Tuan X, hal seperti itu kan berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri. Bagaimana pendapat Bapak?”
- Contoh yang tidak baik: “Tetapi hal itu kan dapat berbahaya bagi pertumbuhan iklim demokrasi itu sendiri, Pak.”
- Hindarilah menanyakan sesuatu yang bersifat umum, dan biasakanlah menanyakan hal-hal yang khusus. Hal ini akan sangat membantu untuk memfokuskan jawaban nara sumber.
- Ungkapkanlah pertanyaan dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan to the point. Selain untuk menghemat waktu, hal ini juga bertujuan agar nara sumber tidak kebingungan mencerna ucapan si pewawancara.
- Hindari pengajuan dua pertanyaan dalam satu kali bertanya. Hal ini dapat merugikan kita sendiri, karena nara sumber biasanya cenderung untuk menjawab hanya pertanyaan terakhir yang didengarnya.
- Pewawancara hendaknya pintar menyesuaikan diri terhadap berbagai karakter nara sumber. Untuk nara sumber yang pendiam, pewawancara hendaknya dapat melontarkan ungkapan-ungkapan pemancing yang membuat si nara sumber “buka mulut”. Sedangkan untuk nara sumber yang doyan ngomong, pewawancara hendaknya bisa mengarahkan pembicaraan agar nara sumber hanya bicara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi wawancara.
- Pewawancara juga hendaknya bisa menjalin hubungan personal dengan nara sumber, dengan cara memanfaatkan waktu luang yang tersedia sebelum dan sesudah wawancara. Kedua belah pihak dapat ngobrol mengenai hal-hal yang bersifat pribadi, atau hal- hal lain yang berguna untuk mengakrabkan diri. Ini akan sangat membantu proses wawancara itu sendiri, dan juga untuk hubungan baik dengan nara sumber di waktu-waktu yang akan datang.
- Jika kita mewawancarai seorang tokoh yang memiliki lawan ataupun musuh tertentu, bersikaplah seolah-olah kita memihaknya, walaupun sebenarnya tidak demikian. Seperti kata pepatah, “Jangan bicara tentang kucing di depan seorang pecinta anjing”.
- Bagi seorang reporter pers yang belum ternama, seperti pers kampus dan sebagainya, kendala terbesar dalam proses wawancara biasanya bukan wawancaranya itu sendiri, melainkan proses untuk menemui nara sumber. Agar kita dapat menemui nara sumber tertentu dengan sukses, diperlukan perjuangan dan kiat-kiat yang kreatif dan tanpa menyerah. Salah satu caranya adalah rajin bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan nara sumber. Koreklah informasi sebanyak mungkin mengenai nara sumber tersebut, misalnya nomor teleponnya, alamat villanya, jam berapa saja dia ada di rumah dan di kantor, di mana dia bermain golf, dan sebagainya.
Ini adalah sedikit teori yang bisa dijadikan dasar sebelum seseorang masuk ke dunia jurnalis. Tentu saja yang akan ditemui adalah samudra luas yang beraneka isi, kendala dan tantangan. Tetaplah menjaga mimpi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar