Halaman

Sabtu, 23 Mei 2009

PENYEBAB DISONANSI MORAL

Modul “ 3 “ dibagi dalam 2 kegiatan belajar :
1.Kegiatan Belajar Mengenai Disonansi Moral
2.Kegiatan Belajar Mengenai Penyebab Disonansi Moral

Kegiatan Belajar I “ Disonansi Moral “
Hakikat anak sebagai manusia pada umumnya memiliki 3 tenaga dalam yaitu id, ego dan super ego yang akan memberikan pengaruh untuk melakukan berbagai kegiatan positif maupun negative. Sebagai guru Taman Kanak – Kanak Anda harus mencermatinya agar dapat memberikan motivasi untuk mengarahkan pada kegiatan yang positif. Pendidikan sangat berarti bagi anak didik jika mampu membuahkan hasil yaitu adanya perubahan sikap dan perilaku kearah positif.
Istilah id mempunyai pengertian suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk mendahulukan rasa, enak, mencapai kenikmatan dan nafsu belaka.
Ego adalah ibarat suatu dorongan atau tenaga dalam yang berasal dari jiwa atau diri seseorang yang berfungsi menyeimbangkan kemauan / dorongan yang bersumber dari id, dengan mencoba mengarahkan dorongan tersebut pada kenyataan, pengalaman hidup / fakta nyata dalam kehidupan manusia.
Super ego adalah dorongan / tenaga dalam yang berungsi sebagai alat control terhadap seluruh dorongan yang berasal dari kemauan id. Kontrol dari super ego berasal dari ajaran agama, moral / norma yang diajarkan dan diterima manusia.
Sebuah fragmen tentang id “ Seorang anak disuruh mandi sore oleh ibunya ia tetap ingin bermain dan tidak perlu mandi ( id ). Kemudian ibunya menasehati dan mengutip ucapan ibu guru di TK bahwa untuk menjaga kesehatan kita harus mandi ( super ego ). Lalu anak itu melihat teman – teman sebayanya sudah mandi. Tinggal dia sendiri yang belum mandi ( ego ). Maka peran disinlah peran orang tua / guru untuk mengarahkan segala kemampuan anak kearah yang positif dengan pendekatan pendidikan.

A.Disonansi Moral
Dalam teori Penanaman Moral dan Etika dikenal adanya disonansi moral yang berarti gema / getaran ajaran nilai ( echo ) yang ada pada diri manusia yang bersifat melemahkan suara hati dan prinsip – prinsip serta keyakinan dalam proses pendidikan maupun kehidupan. Lawan dari disonansi moral adalah resonansi yang justru mengukuhkan dan menekankan adanya gema / getaran norma dan moral yang telah diketahui seseorang dari proses pendidikan sebelumnya.

B.Ruang Lingkup Pembahasan

Disonansi yang berarti gema atau echo ada pada diri manusia dan bersifat melemahkan suara hati dan prinsip serta keyakinan dalam proses pendidikan maupun dalam kehidupan ( Kosasih Dj : 1996 )
Eksistensi disonansi adalah gema yang merupakan hambatan yang berusaha menentang dan menginternalisasi pendidikan dan pengetahuan nilai moral. Disonansi diistilahkan dengan Counter Cultural Value ( penghalang masuknya nilai – nilai budaya kehidupan )
Kondisi anak usia taman kanak – kanak tergolong dalam kondisi Heteronomus dalam menentukan pilihan sikap / perbuatan.
Menurut Sigmund Freud ( dalam Fawzia, 1996 : 27 ) kehidupan seseorang dikuasai oleh energi mental / psikisnya yang disebut libido. Prinsip kesenangan dan prinsip malitas. Liido manusia lebih lanjut Freud menjelaskan terpusat pada zona – zona tertentu pada tubuh manusia dalam waktu. Menurut Freud sebenarnya setiap manusia selalu berusaha sepuas mungkin untuk dan langsung mengurangi tegangan yang terdapat didalamnya dan akan mengurangi rasa sakit dan menimbulkan rsa senang. Misalnya menghisap jari.
Prinsip malitas juga dimiliki oleh manusia dan Freud menjelaskan bahwa itu merupakan prinsip sedikit melepaskan energi psikis, misalnya anak memukul temannya karena mengganggu dirinya dan menurut Freud dalam kaitannya menggunakan pendekatan structural karena manusia menggunakan struktur psikologis yang bertugas mengalirkan dorongan – dorongan / energi psikis dan berfungsi sebagai mediator ( perantara ) antara dorongan dan perilaku. Ada 3 struktur utama pada manusia yaitu id, ego dan super ego.
1.Id adalah sumber dan tempat dari dorongan biologis.
2.Ego adalah mekanisme untuk beradaptasi terhadap malitas.
3.Super ego adalah nilai – nilai yang ada dalam masyarakat dan orang tua / anggapan lainnya ( Miller , 1989 : Papalia & Olds, 1989 )

Kegiatan Belajar “ 2 “ Penyebab Disonansi Moral
A.Faktor - Faktor Munculnya Disonansi
Ada 4 faktor utama penyebab munculnya disonansi pada manusia :
a.Disonansi Kognitif
b.Disonansi Personal
c.Disonansi Sisio Politis
d.Disonansi Bawaan Ilmu Pengetahuan dan Pola Modernisasi

1.Disonansi Kognitif

Adalah pemahaman ilmu / pengetahuan yang mantap / mapan, kuata dan komprehensif yang dimiliki seseorang, ditambah pola pikir yang menggunakan dan bersifat rasional. Misalnya anak kecil berani membohongi ibunya dalam meminta uang untuk membeli sesuatu yang dia sukai padahal yang ia sukai justru dilarang oleh ibunya.

2.Disonansi Personal

Adalah kebutuhan dan kepentingan diri, ketegasan dan keadaan darurat, kekerabatan dan keluarga, keyakinan diri dan mitos, kebiasaan dan budaya, tugas dan jabatan serta hasrat untuk sukses dan kesenangan. Contoh yang menggambarkan hal tersbut diilustrasikan sebagai berikut :
a.Seseorang yang atas dasar kebutuhan dan kepentingan dirinya ( need and interests ), berbuat hal – hal yang negative asalkan keinginannya terpenuhi.
b.Seseorang dalam ketergesaan dan keadaan darurat ( immediacy and emergency ) mampu bertindak negative dimana saja.
c.Seseorang atas dasar kekerabatan dan keluarga ( kinship and family ) bisa berbuat negative sekedar memenuhi kebutuhan dirinya.
d.Seseorang yang memiliki keyakinan diri dan mitos ( belief and mythe ) mampu bertindak hal negative dan terlarang.
e.Seseorang dengan kebiasaan dan budaya ( habit and culture ) bisa mengarahkan perbuatan yang negative dan tidak baik.
f.Seseorang atas dasar tugas dan jabatan ( job and function ) dapat menyalahgunakan hal demi pemenuhan kebutuhan diri.
g.Seseorang hanya atas hasrat untuk sukses dan senang dapat melanggar aturan nilai, norma dan moral yang berlaku dalam kehidupan.

3.Disonansi Sosio Politis

Hal yang muncul dari disonansi sosio politis adalah ideology, ras dan kesukuan, nasionalisme dan sebagainya. Misalnya dunia pendidikan sudah menanamkan nilai moral dan norma, namun pihak pemerintah membiarkan semakin luasnya pornografi, porno aksi dan film – film kekerasan dan amoral yang diatayangkan secara bebas tanpa batas maka kondisi ini kontradiktif dengan memberikan pengaruh negative pada anak didik.

4.Disonansi berdasarkan bawaan ilmu pengetahuan, teknologi dan modernisasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki implikasi ganda yaitu bersifat positif dan negative karena anak usia Taman Kanak – Kanak sangat mudah mengakses apa yang diinginkan. Misalnya adalah dari makanan, mainan, hiburan dan lain sebagainya.

B.Respon Positif Sebagai Pendidik

Pendidikan tidak akan pernah berhenti dari perubahan karena dunia baru anak akan alami adalah suatu tantangan yang cukup serius untuk disikapi. Sebab menurut versi Neo Humanist Education ( 1999 ), pendidikan Neo Humanist memberikan pendidikan kepada seluruh bagian yang membentuk anak bukan hanya menghafal informasi / melatih anak untuk menjadi robot agar guru menjadi senang dan anak – anak itu akan mengeluarkan jawaban yang dikehendaki.



Modul “ 4 “ dibagi dalam 2 kegiatan belajar :
1.Pendekatan Pengembangan Moral bagi anak Taman Kanak – Kanak
2.Macam – Macam Pendekatan dan Metode Untuk Pengembangan Moral Anak Taman Kanak – Kanak

A.Konseptual Pendekatan Untuk Pengembangan Moral Anak

1.Hakikat Pendekatan
Menurut kamus bahasa Indonesia ( Balai Pustaka : 1990 ) pendekatan memiliki arti sebagai proses, perbuatan / cara untuk mendekati suatu aktifitas.
Menurut kamus bahasa Inggris arti pendektan adalah jalan untuk melakukan sesuatu ( John .M. Echol, et.al , 1995 ).
Dua arti pendekatan tersebut memiliki cirri kegiatan sebagai berikut :
a.Pendekatan adalah proses perjalanan waktu.
b.Pendekatan adalah upaya untuk mencapai sesuatu / melakukan sesuatu.
Dan pendekatan memiliki kriterai yang tidak asal – asalan.

2.Perbedaan Metode Dengan Pendekatan
Istilah pendekatan dalam dunia pendidikan juga dikenal dengan istilah metode. Maka metode memiliki makna sebagai suatu cara kerja yang bersistem, yang memudahkan melaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan.

3.Esensi Pemilihan / Penentuan Pendekatan Yang Tepat Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Setiap tindakan guru / orang tua dalam melakukan kegiatan pendidikan harus dilandasi dengan keputusan professional yang berdasarkan informasi dan pengetahuan yang meliputi 3 hal sebagai berikut :

a.Pengetahuan tentang belajar dan perkembangan anak
b.Pengetahuan tentang kekuatan, minat dan kebutuhan setiap individu anak didalam kelompoknya.
c.Pengetahuan tentang konteks sosial cultural dimana anak hidup.
Menurut Developmentally Appropiate Practice ( Al Mabrur, 2003 : 2 ) bahwa pengetahuan tentang konteks sosial cultural dimana anak hidup mampu memberikan pertimbangan bagi guru menjadikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak ( Meaning Full ) relevan dengan latar belakang anak dan menghargai keterlibatan anak dan unsure keluarganya.
Teknik – teknik membentuk tingkah laku anak meliputi memahami, mengabaikan, mengalihkan perhatian, keteladanan, hadiah perjanjian, membentuk, mengubah lingkungan rumah, menguji, mengajak, menantang, menggunakan akibat yang wajar dan alamiah, segesti, meminta, peringatan / isyarat, kerutinan dan kebiasaan, menghadapkan suatu problem, memilahkan perselisihan, menentukan batas – batas aturan, menimpakan hukuman, penentuan waktu dan jumlah hukuman, mengunakan pengendalian secara fisik.


Kegiatan Belajar “ 2 “ Macam – Macam Pendekatan Dan Metode Untuk Pengembangan Moral Anak Taman Kanak – Kanak

Untuk pengembangan nilai dan sikap anak dapat dipergunakan metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan – kebiasaan yang didasari oleh nilai – nilai agama dan moralitas agar anak dapat menjalani hidup sesuai dengan norma yang dianut didalam masyarakat. Dalam menentukan suatu pendekatan dan metode yang digunakan pada program kegiatan anak, guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan factor – factor yang mendukung seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar.
Bahwa anak TK pada umumnya adalah anak yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat ( Curiosity ), senang bereksperimen, mampu mengekspresikan diri serta kreatif, mempunyai imajinasi dan senang berbicara. Anak membutuhkan untuk bergerak, melompat, menendang dan melempar ( Depdikbud, 1984 : 11 ). Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar, serta segala sesuatu yang diamati oleh inderanya ( Hildebrand dalam Moeslichatoen, 1996 : 9 ).
Metode – metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK untuk pengembangan dan pembelajaran moral dan agama anak adalah sebagai berikut :
a.Bercerita
b.Karyawisata
c.Bernyanyi
d.Menucapkan sajak

1.Bercerita

Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya ( Golden & Brown dalam Moeslihatoen, 1996 : 21 ).
Melalui bercerita kita dapat mengkomunikasikan nilai – nilai budaya, nilai – nilai sosial, nilai – nilai keagamaan, menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam, mengembangkan fantasi anak, mengembangkan dimensi kognitif dan dimensi bahasa anak. Maka bercerita merupakan bagian terpenting yang disukai anak – anak bahkan orang dewasa ( Abd. Aziz AM, 2003 : 11 ) mengatakan bahwa cerita yang baik adalah cerita yang mendidik akal budi, imajinasi, etika seorang anak serta mengembangkan potensi anak yang ia miliki.
Macam – macam teknik mendongeng antara lain adalah membaca langsung dari buku cerita, menggunakan ilustrasi sustu buku dan meneruskan bercerita dengan boneka, bercerita melalui peran, menggunakan papan flannel, dengan majalah bergambar, bercerita melalui film strip, melalui lagu dan melalui rekaman audio.
Macam – macam teknik bercerita antara lain adalah membaca langsung dari buku cerita ( story reading ), menggunakan ilustrasi buku gambar ( story telling ), menggunakan papan fannel, menggunakan boneka ( sandiwara boneka ) atau bermain peran dalam suatu cerita.

2.Karyawisata

Karyawisata bagi anak TK berarti memperoleh kesempatan untuk observasi, memperoleh informasi, mengkaji segala sesuatu secara langsung ( Hildebrand dalam Moeslichatoen, 1996 : 20 ).
Karyawisata juga berarti membawa anak TK ke objek – objek tertentu sebagai pengayaan pembelajaran, pemberian pengalaman pembelajaran yang tidak mungkin diperoleh didalam kelas ( Welton & Mallon dalam Moeslichatoen, 1996 : 20 ) juga memberikan kesempatan anak untuk mengobservasi dan mengalami sendiri dari dekat ( Foster & Headley’s dalam Moeslichatoen, 1996 : 21 ). Sudut pandang karyawisata anak adalah sebagai berikut :
a.Manfaat Karyawisata Anak Usia Taman Kanak – Kanak
Manfaat karyawisata adalah antara lain untuk memperluas informasi, memberikan pengalaman nyata yang ada, dan dapat menambah wawasan ( Hildebrand dalam Moeslichatoen, 1996 : 62 )

b.Tujuan Karyawisata Anak Usia Taman Kanak – Kanak

Tujuan karyawisata adalah untuk dapat diarahkan pada pengembangan aspek perkembangan anak dan dapat dihubungkan dengan tema – tema yang ada pada pembelajaran anak seperti binatang, pekerjaan, kehidupan kota, desa, pesisir dan pegunungan.

c.Sasaran Penetapan Karyawisata Untuk Anak TK dalam ( GB PKB TK ) antara lain :

1)Menentukan sasaran karyawisata yang diprioristaskan
2)Menentukan criteria yang kita gunakan
3)Menetukan sasaran karyawisata yang dapat mengembangkan rasa kagum dan ingin tahu yang besar
4)Rancangan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dalam menentukan karyawisata antara lain persiapan, pelaksanaan dan penilaian

3.Bernyanyi

Anak dan kegiatan bernyanyi adalah sisi yang tidak dapat dipisahkan. Penerapan metode menyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara nyata mampu membuat anak senang dan bergembira.
Lagu yang baik bagi anak adalah lagu yang memperhatikan criteria anatara lain :
a.Syair / kalimatnya tidak terlalu panjang
b.Mudah dihafal anak
c.Ada misi pendidikan
d.Sesuai dengan karakter dan dunia anak
e.Nada yang diajarkan mudah dikuasai anak

4.Sajak

Sajak memiliki kesamaan dengn syair ( dalam bahasa Arab ) yang memiliki makna kumpulan kata yang memiliki persamaan bunyi ( ritme ) terutama pada akhir baris ( kamus bahasa Indonesia, 1990 : 768 )


Modul Pembelajaran “ 5 “ Dibagi Menjadi Dua Kegiatan Belajar :
1.Kegiatan Belajar “ Materi Inti Dan Contoh Penyusunan Perencanaan Penanaman dan Pengembangan Moral Anak Taman Kanak – Kanak “
2.Kegiatan Belajar “ Penyusunan Strategi Dalam Pengembangan Moral Anak Taman Kanak – Kanak

Kegiatan Belajar I
A.Subtansi Pesan ( Materi Inti ) Pengembangan Moral Dari Garis – Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak – Kanak
Program pembentukan perilaku merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari – hari anak di TK. Melalui program ini anak diharapkan akan dapat melakukan kebiasaan yang baik. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang meliputi pembentukan moral agama, Pancasila, perasaan / emosi, kemampuan bermasyarakat dan disiplin.
B. Subtansi Pesan ( Materi Inti ) Pengembangan Moral Dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Menurut versi kurikulum berbasis kompetensi untuk TK dalam hal pengembangan moral bagi anak TK di kenal dengan istilah pengembangan moral dan nilai – nilai agama ( Kurikulum Berbasis Kompetensi TK, 2003 : 39 – 40 ). Ruang lingkup materi inti meliputi :
a. Kompetensi dasar
b. Hasil belajar
c. Indikator
C. Subtansi Pesan ( Materi Inti ) Pengembangan moral Dari Menu Pembagian Anak Usia Dini ( Pra Sekolah )
Kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai pada aspek pengembangan moral dan nilai – nilai agama adalah kemampuan melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesame ( Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Diklusepa, 2002 : 14, 22 – 23 ).

























Kegiatan Belajar “ 2 “ Penyusunan Strategi Dalam Pengembangan Moral Anak Taman Kanak – Kanak
Moral anak taman kanak – kanak
A. Implikasi / Contoh Penyusunan Strategi
1. Latihan hidup tertib dan teratur
2. Aturan dalam melatih sosialisasi
3. Menanamkan sikap teleransi dan tenggang rasa
4. Merangsang sikap berani, bangga, bersyukur dan bertanggungjawab
5. Latihan pengendalian emosi
6. Melatih anak untuk dapat menjaga diri

SEJARAH BERDIRINYA NAHDLATUL ULAMA

Keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon Kebangkitan Nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.

Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

SEMBILAN PEDOMAN BERPOLITIK WARGA NU

1. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama mengandung arti keterlibatan warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945;

2. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah politik yang berwawasan kebangsaan dan menuju integritas bangsa dengan langkah-langkah yang senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur lahir dan batin dan dilakukan sebagai amal ibadah menuju kebahagiaan di dunia dan kehidupan di akhirat;

3. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah pengembangan nilai-nilai kemerdekaan yang hakiki dan demokratis, mendidik kedewasaan bangsa untuk menyadari hak, kewajiban, dan tanggung jawab untuk mencapai kemaslahatan bersama;

4. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan moral, etika, dan budaya yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, menjunjung tinggi Persatuan Indonesia, ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;

5. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral agama, konstitusional, adil, sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang disepakati serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam memecahkan masalah bersama;

6. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama dilakukan untuk memperkokoh konsensus-konsensus nasional dan dilaksanakan sesuai dengan akhlaq al karimah sebagai pengamalan ajaran Islam Ahlussunah Waljamaah;

7. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama, dengan dalih apa pun, tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kepentingan bersama dan memecah belah persatuan;

8. Perbedaan pandangan di antara aspirasi-aspirasi politik warga NU harus tetap berjalan dalam suasana persaudaraan, tawadlu’ dan saling menghargai satu sama lain, sehingga di dalam berpolitik itu tetap terjaga persatuan dan kesatuan di lingkungan Nahdlatul Ulama;

9. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama menuntut adanya komunikasi kemasyarakatan timbal balik dalam pembangunan nasional untuk menciptakan iklim yang memungkinkan perkembangan organisasi kemasyarakatan yang lebih mandiri dan mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana masyarakat untuk berserikat, menyatukan aspirasi serta berpartisipasi dalam pembangunan.