PADA SUATU HARI
Karya : ARIFIN C. NOOR
Para Tokoh:
Nenek
Kakek
Pesuruh
Janda, Nyonya Wenas
Arba, Sopir
Novia
Nita
Meli
Feri
SANDIWARA INI DIMULAI DENGAN MENG-EXPOSE LEBIH DULU:
1. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA PACARAN
2. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA KAWIN
3. POTRET KAKEK DAN NENEK DENGAN ANAK-ANAK
4. POTRET KELUARGA BESAR
5. POTRET KAKEK TUA
6. POTRET NENEK TUA
7. MAIN TITLE ETC-ETC
Kakek dan Nenek duduk berhadapan.
Beberapa saat mereka saling memandang, Beberapa saat mereka saling tersenyum. Suatu saat mereka sama-sama menuju ke sofa, duduk berdampingan, seperti sepasang pemuda dan pemudi. Setelah mereka ketawa kembali mereka duduk berhadapan. Lalu beberapa saat saling memandang, tersenyum, lalu ke sofa lagi duduk berdampingan, seperti pepasang pengantin, malu-malu dan sebagainya, demikian seterusnya..
TIGA
Kakek Sekarang kau nyanyi.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Seperti dulu.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Nyanyi seperti dulu.
Nenek (Malu)
Kakek Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Nenek Saya tidak mau menyanyi.
Kakek Kapanpun?
Nenek Kapanpun.
Kakek Juga untuk saya.
Nenek Juga untuk kau.
Kakek Sama sekali?
Nenek Sama sekali.
Kakek Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau
menyanyi.
Nenek Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada gunanya.
Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.
Kakek Mati saya tidak bahagia karena kau tidak maumenyanyi. Ini memang salah saya.
Tetapi kalau sejak dulu kau cukup mengerti bahwa saya memang sangat memainkan kau, tentu kau bisa memaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira saya akan menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau sedang menyanyikan sebuah lagu ditelinga saya.
Nenek Sayang saya mohon berhentilah kau berfikir mengenai hal itu. Demi segala-galanya berhentilah. Tersenyumlah lagi seperti biasanya.
Kakek Saya akan tersenyum kalau kau mau mengucapkan janji.
Nenek Tentu, tentu.
Kakek Kau mau menyanyi.
Nenek Tentu, sayang, tentu.
Kakek Kapan?
Nenek Suatu ketika.
Kakek Sebelum saya mati?
Nenek Ya, sayang, ya, sayang.
Kakek Sekarang.
Nenek Tidak mungkin, sayang, kau tahu saya sedikit flu karena pesta beberapa hari yang lalu?
Kakek (Tertawa) U, saya baru ingat sekarang.
Nenek Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit.
Kakek Kau melebih-lebihkan.
Nenek Tapi acap kali kau begitu. Kalau saya batuk baru setelah satu minggu kau tahu.
Kakek Ya, saya akui saya acap kali terlalu asyik dengan diri sendiri. Saya akui. Saya minta dimaafkan supaya sorga saya tidak tertutup, supaya kubur saya…….
Nenek Sayang, saya tidak mau memberi maaf kalau kau tidak mau juga berhenti menyebut-nyebut soal kematian.
Kakek Maaf, tidak lagi.
Nenek Sekarang saya akan memaafkan kau dengan satu syarat.
Kakek Apa?
Nenek Kau harus menyanyi.
Kakek (menggelengkan kepalanya)
Nenek Kalu begitu, kau tak saya maafkan.
Kakek Dan sorga saya…?
Nenek Mungkin, tertutup.
Kakek Baik, saya akan menyanyi. Tapi separo. Kalau terlalu lama nanti saya batuk.
Nenek Tidak. Satu lagu.
Kakek Nanti batuk.
Nenek Setiap kali kau bilang begitu, padahal kau memang pintar menyanyi. Dan kau selalu menghabiskan sebuah lagu dengan sempurna tanpa batuk.
Kakek Satu lagu?
Nenek Ayolah, sayang. Penonton sudah tidak sabar lagi menunggu sang penyanyi.
(Kemudian Kakek menyanyi du tiga baris dari no other love stand – chen Schubert atau lainnya dan selebihnya play back. Begitu lagu berakhir Nenek bertepuk tangan dengan semangat.)
Nenek Suara kau tidak pernah berubah.
Kakek Mana album kesatu? Saya ingin melihat gambar saya ketika saya menyanyi di depan umum dimana kau juga ikut mendengarkan. Kau ingat kapan itu.
Nenek Ketika itu kau baru saja lulus propaedus. Kau sombong betul ketika itu.
Kakek Kau juga. Sepicingpun kau tak pernah membalas pandang saya.
Nenek Habis pandangan kau nakal.
Kakek Habis kau juga suka mencuri pandang.
Nenek Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.
Kakek Saya memang pintar berkhayal. Setiap kali saya menonton saya selalu mengkhayalkan adegan ciuman secara amat terperinci.
EMPAT
Pesuruh Ada tamu, nyonya besar.
Nenek Siapa?
Pesuruh Nyonya Wenas, nyonya.
Nenek (Melirik pada Kakek ) Nyonya janda itu (kepada pesuruh) Sebentar saya ke depan.
Pesuruh exit.
Nenek Kau surati dia?
Kakek Tidak.
Nenek Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
Kakek Saya tidak tahu.
Nenek Kau bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
LIMA
Kakek Seharusnya dia tidak perlu datang kemari.
\ Kemudian Kakek mondar-mandir sambil bersungut-sungut.
Kakek Saya takut dia betul-betul demam karena kedatangan janda itu. Ah. Lebih baik saya menyingkir ke ruang baca. (Exit)
ENAM
Nenek Kami sangat berharap sekali nyonya hadir kemarin. Suami saya juga heran kenapa nyonya tidak datang kemudian.
Janda Kami sakit.
Nenek Kami? Maksud nyonya….
Janda Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison agak parah sakitnya.
Nenek Kasihan. Sayang. (Heran suaminya tidak ada). Dimana kau? Dia tadi disini. Sebentar, nyonya (beseru) Onda, dimana kau? (Exit)
TUJUH
Sambil mengamati ruangan tengah itu nyonya Wenas membenahi dirinya.
Janda Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?
DELAPAN
Pesuruh muncul membawa minuman, ketika pesuruh itu akan pergi,
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya.
Janda Siapa yang memilih minuman ini?
Pesuruh Saya sendiri, nyonya, kenapa?
Janda Ini memang kesukaan saya.
Pesuruh Menyenangkan sekali. silahkan minum, nyonya.
Janda (Minum) Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka minuman ini?
Pesuruh Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya tahu nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya?
Janda Tuan besar masih suka…
Pesuruh Menyirami kaktus?
Janda Ya?
Pesuruh Tidak, nonya, tapi tuan besar menyirami seluruh bunga sekarang, setiap pagi dan sore. Memang tengah malam seringkali diam-diam ia menyirami kaktus yang ditaruh di dalam kakus. Maaf nyonya, saya harus ke dalam.
SEMBILAN
Nenek Selamat datan, nyonya.
Janda Selamat atas….
Kakek Terima kasih. Maaf , nyonya Tampubolon?
Nenek Kau pelupa benar.
Kakek Siapa bilang, Nyonya pasti nyonya Mangandaralam.
Nenek Sayang, ini nyonya Wenas.
Kakek Ya, saya maksud nyonya Wnas. Apa kabar suami nyonya?
Nenek Maaf, Nyonya. Sayang, tuan Wenas telah meninggal sebelas tahun yang lalu.
Kakek Maafkan kau benar sayang. Daya ingat saya jelek sekali. maafkan nyonya.
Janda Tidak apa.
Nenek (Berseru) Joni.!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bawa minuman ini ke dalam.
Pesuruh membawa minuman tadi ke dalam.
Kakek Baik-baik nyonya?
Janda Berkat doa tuan dan nyonya. Tuan sendiri?
Kakek Berkat doa nyonya.
Nenek Nyonya suka minum jeruk?
Janda Minuman apa saja saya suka. Tapi es susu saya paling uka.
Kakek Saya sendiritidak begitu, tapi……..
Nenek Kita berdua minum jeruk saja. Kita flue (Berseru) Joni!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.
Pesuruh Dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?
Nenek Dua es jeruk satu susu panas.
Kakek Bagaimana anak-anak nyonya?
Nenek Sayang, Nyonya dan tuan Wenas tidak diberkahi putera. Kenapa kau bertanya begitu?
Kakek Maaf, saya lupa. Maksud saya apa tujuan nyonya datang kemari?
Nenek Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala dia amat kaar, tapi sebenarnya dia lelaki yang amat lembut.
Janda Betul, nyonya. Onda adalah lelaki yang amat lembut, malah sangat amat lembut. Onda selalu cermat dalam memilih kata-kata dan juga saya kira ia tidak pernah memakai tanda seru selama hidupnya.
Kakek Kita minum apa? Nyonya suka….
Nenek Onda, kita baru saja memesan minuman (menyeret) Tingkahmu berlebihan sehingga memuakkan.
Kakek Kausendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura tidak kenal kepada nyonya itu.
Nenek Ya, tapi kau berlebihan. Kau kurang wajar.
Kakek Susah. Kalau saya wajar kau marah. Kalau saya berlebihan kau juga marah. Kalau saya jumput di perpustakaan kau juga marah. Saya tidak tahu bagaimana supaya kau tidak marah dan saya tidak mau marah agar kau tidak marah.
Nenek Pendeknya berlakulah sedikit agak sopan.
Kakek Saya coba.
Nenek Kendorkan urat wajahmu.
Sementara itu pesuruh telah menyajikan minuman di atas meja dan baru saja akan melangkah pergi.
Kakek Udara sangat baik akhir-akhir ini, di rumah nyonya sering turun hujan?
Janda Ya, terutama belakangan ini.
Nenek Memang musim hujan.
Janda Dan terutama kalau sore.
Kakek Seperti di rumah kita, tidak begitu, sayang?
Nenek Tentu saja. Kalau di rumah nyonya Wenas jatuh hujan di rumah kitapun turun hujan, sebab nyonya dan kita satu kota, bahkan satu wilayah kecamatan.
Kakek memang satu kota, satu kecamatan. Tidak begitu nyonya eh, siapa? O ya nyonya Wenas? Tidak begitu?
Janda Ya, kita satu kota.
Kakek Mari kita minum, satu kota mari.
Nenek Silahkan, nyonya.
Kakek (Setelah minum) Alangkah hangat es jeruk ini.
Nenek Ya, silahkan, nyonya. Nyonya tidak suka?
Janda (Menjerit) Alangkah sejuknya. Terima kasih.
Kakek Sejak kapan nyonya suka es susu yang panas?
Janda Sejak, sejak kemarin. Ya, kemarin.
Kakek Kami sendiri menyukai wedang jeruk yang sejuk baru saja. Tidak begitu sayang?
Nenek Ya.
Janda Terus terang saya sangat kagum pada nyonya. Saya tidak pernah melihat nyonya bertambah tua.
Nenek Nyonya berlebihan.
Janda Saya sungguh-sungguh, nyonya.
Nenek Kalau begitu saypun berterus terang. Nyonya semakin tua semakin cantik.
Kakek Memang (Nenek melotot). Maksud saya, maksud saya ketuaan itu hanya timbul apabila kita merasa tua. Adapun tua itu sendiri hanya hasil dari suatu penjabaran, hanya sayangnya penjabaran tersebut dilakukan oleh waktu, sehingga menyebabkan kurang enak kita terima konsekwensinya.
Nenek Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran kita.
Kakek Ya, kalau saja kita punya matematika, kita tidak akan pernah tua. Juga kalau saja kita tidak punya jam kita tidak akan pernah tua.
Janda Tapi kita punya matahari.
Nenek Itu susahnya.
Kakek Takdir. Sekarang mari kita minum seakan kita tidak punya matahari.
Janda Alangkah sejuknyausu pana ini.
Kakek Alangkah panasnya es jeruk ini. Tidak begitu, sayang?
Nenek Ya.
Janda Tapi kalau kita tidak punya matahari kitapun tak akan pernah punya bulan.
Nenek Juga kita tidak akan punya iang hari dan rematik kau akan lebih parah lagi.
Janda Kita tidak akan punya siang dan punya malam.
Kakek Kalau begitu?
Nenek Lebih baik punya matahari daripada sama sekali tak punya apa-apa.
Kakek Ya, dan itu berarti tuapun merupakan rahmat.
Janda Tidak, bukan rahmat tapi “apa boleh buat”
Kakek Apa boleh buat mari kita minum lagi.
Mereka minum dan omong seperti tadi.
Janda Tua dan tidak tua tetap saja ama, kaktus, misalnya.
Nenek Ya, kaktus memang tetap kaktus kaku dan berduri kapanpun.
Kakek Saya jadi ingat Old Shatterhand dengan Winnetou, bagaimana keduanya merangkak di atas padang rumput sambil membaui udara yang mengantarkan bau musuh, atau bagaimana mereka mendengarkan bentak-bentakan kaki kuda musuh dari jarak ber-mil-mil. Kaktus-kaktus liar banyak bertumbuhan di Amerika.
Janda Indahnya.
Nenek Apa tidak indah kemeriahan flamboyant, yang mampu menciptakan jalan selalu diliputi senja?
Kakek Saya kira lebih indah, juga lebih bermanfaat. Kita bahkan bisa berteduh di bawah cahaya kuning merahnya.
Janda Tapi flamboyant saya kira terlalu mewah dan kurang sederhana.
Nenek Kaktus memang selalu kesepian.
Janda Memang ia kurang dihiraukan orang.
Nenek Lantaran berbahaya.
Kakek Bagaimana kalau kita beralih kepada bunga bank saja. Ini lebih langsung menyangkut kepentingan ekonomi kita.
Janda Sayang sekali kita telah sepakat menerima kehadiran matahari, sehingga saya kini telah ditegurnya. Sudah cukup lama.
Janda ……Saya di jamu di sini. Saya minta diri sekali lagi saya mengucapkan selamat ata perkawinan emas tuan dan nyonya.
Sayang sekali dia sedang sakit: saya harus segera pulang.
Nenek Terima kasih banyak ata kunjungan nyonya.
Kakek Terima kasih banyak. Salam pada suami nyonya.
Janda Terima kasih (Sambil pergi) Bisonku.
SEPULUH
Perang bisu meletus antara Kakek dan Nenek.
SEBELAS
Kakek Kenapa kau diam begitu?
Nenek diam saja.
Kakek Kenapa kau begitu diam?
Nenek Kau juga begitu.
Kakek Kenapa?
Nenek Kau juga kenapa?
Kakek Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan kata-kata seru.
Nenek Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga pesta kita dengan kaktus-kaktu pacar kau.
Kakek Sejak muda kau begitu yakin seakan saya pernah punya hubungan percintaan dengan perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil menciptakan tokoh yang fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata dalam diri kau sehingga tokoh itu mampu mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai saat kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman kesukaannya begitu dia datang.
Kakek Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?
Nenek Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda itu datang.
Kakek Tidak. Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek Kau lakukan itu ketika saya sedang menemui dia tadi ketika kau menyingkir dari dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi ke kamar baca.
Kakek Tidak, sayang, dari sini tadi saya langsung ke kamar baca dan kemudian saya asyik membaca mengenai para psikologi. Ketika kau datang tepat saya sampai pada baris-baris mengenai telepati. Saya ingat betul.
Nenek Kau bohong.
Kakek Kalau tidak percaya kau boleh memanggil Joni (Berseru) J o n i !
DUA BELAS
Pesuruh Ya, tuan besar.
Kakek Siapa yang menyuruh…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Kakek Siapa yang menyuru…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Nenek Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh Belum sekalipun nyonya.
Nenek Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh Pertama kepada istri saya.
Nenek Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh Yang kedua kepada istri saya.
Nenek Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh Pura-pura sakit.
Nenek Yang paling berat?
Pesuruh Soal sembahyang.
Nenek Tentang perempuan?
Pesuruh Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek Bagaimana?
Pesuruh Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat amat pribadi, nyonya dan kurang sopan.
Nenek Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau akui saja siapa yang menyuruh kau menyiapkan tiga gelas e susu begitu tamu tadi datang?
Pesuruh Saya sendiri nyonya.
Nenek Kenapa justru es susu?
Pesuruh Saya tidak tahu. Saya asal saja. Nyonya, seperti halnya untuk tamu sebelumnya saya buatkan es sirop dan nyonya diam saja.
S u n y i .
Pesuruh Ada yang perlu saya kerjakan lagi, nyonya besar?
Nenek Pergi !
Joni exit.
TIGA BELAS
S u n y i .
Nenek Berkomplot.
Kakek Tidak baik mengada-ada.
Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua buah lagu sekaligus. Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis nanti kau batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Nenek Biarpun kau dukung saya dari sini ke kamar saya tidak akan diam.
Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek Tuhanku,kepala saya Cuma satu dan puyeng. Kalau saja saya punya tiga kepala barangkali saya tahu apa yang harus saya perbuat agar kau diam. Tapi kepala saya Cuma stud an tangis kau memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat hijau. Tuhan-ku.
Nenek Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.
Kakek Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek Saya bukan bidadari.
Kakek Katakan malaikat ku.
Nenek Saya bukan malaikat!
Kakek Katakan dewiku………..
Nenek Saya bukan dewi.
Kakek Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek Saya istrimu!
Kakek Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek Saya bukan istrimu!
Kakek Tuhan-ku.
Nenek Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati terbuat dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau nodai percintaan kita dengan perempuan berhati kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam! Kejam! Tuhan, masukkan dia ke dalam neraka sampai kukunya hangus.
Kakek (Menangis) Doamu jahat.
Nenek Biar
Kakek Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek Kau kejam dank au sendiri?
Nenek Ke sorga.
Kakek Kau egoistis.
Nenek Biar.
Kakek Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek Tidak sudi.
Kakek Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek …..Saya ingin kita cerai.
Kakek Cerai?
Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek Tapi kau harus berfikir…..
Nenek Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi perasaan seperti halnya soal percintaan. Pokoknya kita harus cerai.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Kakek Sekarang sudah terlalu siang dan saya kira kantor-kantor………
Nenek Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi mulai malam ini saya tidak sudi tidur satu kamar bersama kau.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Suara Nita B u s t a m i
Suara Joni Ya, nyonya!
Kakek Kau dengar? Nita sudah datang.
Joni lewat.
Kakek Sayang diamlah.
Nenek Saya tidak mau diam.
Kakek Nita datang.
Nenek Tidak perduli.
Joni lewat membawa banyak bungkusan belanja, begitu muncul Nita begitu Nenek lari ke dalam.
EMPAT BELAS
Kakek (Mengejar) Sayang.
Nita Ada apa lagi, pak?
Kakek Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita Bustam.
Joni Ya, Nyonya.
Nita Ibu dan bapak bertengkar?
Joni Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.
LIMA BELAS
Ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul Sopir Arba membawa beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian muncul Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri.
Arba Di sini, nyonya?
Novia Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba Yang lainnya, nya?
Novia Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli Papa nanti ke sini, Mam?
Novia Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba Ya, nyonya?
Novia Tidak, nanti saja.
Arba Baik, nyonya (exit)
Feri Mana bude Ita, Mam?
Novia Sebentar, sayang.
Feri Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia Sebentar, sayang, sebentar.
Meli Meli juga, Mam.
Novia Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti Kakek dan Nenek menangis.
Feri Nenek juga suka menangis, Mam?
ENAM BELAS
Muncul Nita dan terkejut.
Nita (Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada apa lagi Novia?
Novia Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita Bustam!
Joni Ya, nyonya.
Novia Memet!
Nita Ya, nyonya.
Novia Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa yang mau lihat ikan?
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Novia Ikutlah sama Mang Memet.
Joni Ayo lita nonton ikan.
Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam.
TUJUH BELAS
Nita Lagu lama?
Novia Tapi kali ini saya kira yang terakhir.
Nita Dulu kau juga bilang begitu.
Novia Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya perasaan saya melihat tingkah Vita terhadap pasiennya yang pura-pura sakit itu.
Nita Siapa lagi?
Novia Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.
DELAPAN BELAS
Kakek Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia Pak…..
Kakek Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia Anak-anak.
Kakek Mana mereka?
Novia Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek (Setelah berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan berlarut-larut.
Novia Soal apa pak?
Nita Ibu Purik. Ibu marah.
Novia Kenapa?
Kakek Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia Bapak tidak mau mengalah?
Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia Buang saja kaktus itu.
Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia Minta cerai?
Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia Ibu?
Nita Ya, seperti kau sekarang.
Kakek Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek Kau dan ibumu memang satu jiwa. Alasan apa yang mendorong kau meminta kesedihan serupa itu? Kebodohan macam apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan dengan mendapatkan kata itu kau dapat mengecap hidup inilebih nikmat? Novia, kau jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira rumah tangga itu rumah-rumahan dari kotak geretan yang dengan mudah dapat kau bongkar-bongkar dank au susun-susun? Novia, kau sudah waktunya menginsafi bahwa rumah tangga adalah rumah suci yang lain, seperti masjid, gereja dan kelenteng. Dan rumah suci adalah tempat dimana firman-firman Tuhan yang agung dan suci dimulyakan, rumah suci adalah tempat dimana cinta kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah hidup, untuk meraih maka hidup yang samara dalam semesta ini.
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Meli, Feri…. Ini sudah menjadi persolan Negara, persoalan dunia, saya tidak boelh membiarkan rumahmu terbakar hanya disebabkan api mainan yang diminyaki cemburu buta. Saya harus beritahu segera ibumu. (Exit)
SEMBILAN BELAS
Nita Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Novia Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati saya. Coba saja, icih. Si sundal itu hampir setiap hari ia berobat ke rumah.
Nita Tiap hari?
Novia Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita Seminggu sekali?
Novia Katakanlah sebulan sekali tapi sekalipun begitu tingkahnya yang kekanak-kanakan cukup membakar seluruh amarah saya.
Nita Bagaimana kau tahu? Apa kau ikut memeriksa penyakitnya?
Novia Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu perempuan itu mau berobat. Sengaja saya masuk dalam kamar praktek. Pura-pura mencari sesuatu.
Nita Kau juga dengan apa yang dipercakapkan Icih dengan suamimu?
Novia Dengar.
Nita Apa?
Novia Seperti dokter dan pasien.
Nita Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Nita Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan menyaksikan Vita memeriksa tubuh perempuan itu.
Novia Gila.
Nita Lalu kau di luar saja.
Novia Tentu saja.
Nita Itulah kesalahanmu.
Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Novia Ini bukan masalah bersuami atau belum tapi masalah watak. Sekalipun perempuan jalang itu sudah mati saya yakin rohnya masih banal.
Nita Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari suamimu. Kalau kau mau jujr sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-praangkamu sendiri saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan perempuan-perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada suamimu?
Novia Apa kau kira semua perempuan banal seperti sundal itu? Kalau ternyata memang demikian sayapun pasti cemburu sebesar-besarnya terhadap semua perempuan. Tapi saya kira kaupun yakin tidak semua perempuan punya leher selenggang-lenggok leher Icih yang suka membelit leher suami orang lain.
DUA PULUH
Muncul Nenek dan Kakek .
Nenek (Menubruk Novia sambil menangis) Novia, sayang, kau jangan suka membaca roman-roman picisan. Kau bisa bayangkan sendiri apa jadinya isi kepalamu dengan roman-roman seperti itu. Dengan membaca cerita-cerita cengeng seperti itu kau sama dengan mengisi usus besarmu dengan minuman keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi kalau setiap hari kau minum arak sama dengan memperpendek usiamu sendiri.
Nenek ………….Novia, ibu yakin kau telah terpengaruh roman-roman sampah itu sehingga hidup bagimu tak ubahnya seperti mainan peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet. Bacalah tentang kesetiaan cinta, dan singkirkan bacaan yang mengajarkan kebencian dan perceraian. Kau kira perceraian itu jalan cuci?
Kakek Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau berhasil bercerai dengan suamimu?
Nenek Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu akan menuntun hidupmu kea rah kebahagiaan.
Nita Juga jangan lupakan Meli dan Feri.
Kakek Hanya karena soal cemburu, soal-soal roman picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa tidak kandang ayam saja yang kau bongkar yang sudah jelas sudah tapuh itu?
Nenek Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip dalam niatmu untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat membayangkan kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti katamu dulu, ketika kau mendesak ibu agar menerima lamaran? (Novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.
Kakek Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja yang kau punya sekarang.
Nenek Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih baik orang diam, dan lebih baiklagi kalau kau mau mendengarkan sayan orang lain.
Kakek Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang marah tetapi tak sepatahpun kata kata yang diucapkan.
Nenek Ban ini, kopor-kopor iniapa perlu artinya? Main-main kau sudah keterlaluan.
Novia Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Nenek Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Nita Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang dibenihkan setan cemburu.
Kakek Apa kira surat talak itu cek?
Nenek Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek Ayah dan ibumu berumah tangga selama setengah abad, tanpa sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek Kami bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek Apa kau pernah mendengar Hawa minta talak kepada Adam? Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu. Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek Kami bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek Kau sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia bunuh diri demi cintanya kepada Jayaprana.
Nenek Bacalah semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita yang manjur.
Kakek Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Nita Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya dan suami saya tidak pernah diberkahi anak?
Nenek Belum. Nita.
Kakek Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia Tapi bu.
Nenek Tidak, jangan bicara.
Kakek Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek Ibumu juga tidak suka marah.
Nenek Sekali-kali tentu saja boleh sekedar olah raga urat muka, tapi kalau terlalu sering bisa membuatpenyakit.
Nita Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu? Akan kau biarkan mereka kehausan cinta hanya demi kepuaan amarahmu? Egoistis?
Novia Saya tidak akan bicara apa-apa, saya hanya akan menjelakan panjang lebar. Duduk perkaranya.
Nenek Bicaralah.
Kakek Apa persoalannya.
Nita Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia Vita mau kawin lagi.
Nita Apa kau bilang?
Kakek Dia bilang apa?
Nenek Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin kalimat itu kau pungut dari salah satu buku picisanmu (berseru) Joni! (tak ada sahutan)
Nita Bustam !
Novia Memet !
Kakek Joni!
Joni Ya, tuan besar.
Nita Air dingin, Bustam!
Novia Cepat, Met!
Joni Sebentar, nyonya.
Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia Met !
Kakek Joni !
Nita Bus !
Joni tergesa membawa empat gelas air dingin, mereka berempat sama-sama minum
Nita Ganti kalimatmu, Novia.
Kakek Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia Ibu, saya cemburu.
Nenek Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia Tapi vita keterlaluan.
Kakek Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Nenek Novia, rupanya kau beluim menyadari bahwa usapan tangan seorang dokter lembut dan suci seperti lembut usapan orang-orang suci atau bahkan nabi. Dokter-dokter bekerja atas tugas suci. Merekalah yang paling nyata mengamalkan firman-firman Tuhan. Kalau kau mau mengerti para dokterlah yang paling banyak tahu tentang penderitaan manusia sepanjang sejarahnya. Merekalah yang berjuang dengan nyata agar kita bisa mengecap hidup ini bertambah baik.
Kakek Merekalah menghibur kita, menyembuhkan kita dari segala macam luka yang ditatahkan sang kala.
Nenek Saya jadi terharu.
Kakek Kasihan Vita.
Nenek Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek Judas kau.
Dengan pucat dan tergesa Joni muncul.
Nita Ada apa, Bus?
Nenek Ada apa, Joni?
Novia Ada apa, Met?
Joni Meli, nya.
Keempatnya Meli?
Joni Feri.
Keempatnya Feri?
Joni Meli dan Feri ?
Keempatnya Meli dan Feri?
Joni Ya, nya.
Keempatnya Kenapa?
Joni Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni Hilang.
Novia Kau gila.
Nita Kau taruh dimana mereka?
Kakek Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek Dunia penuh culik.
Nita Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita Tidak telpon dulu.
Kakek Polisi.
Kemudian mereka berimprovisasi, mereka betul-betul cemas, takut dan lain-lain.
Nita Meli ! Feri ! Di mana.
Kakek Cucuku.
Nenek Cucuku.
Novia Met !
Joni Ya, nya.
Novia Panggil Arba.
Arba Saya di sini, nya.
Novia Kenapa kau diam saja?
Arba Saya di sini, nya.
Novia Meli dan Feri hilang.
Arba Mereka diculik, nya.
Novia Diculik?
Arba Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan Feri pulang.
Novia Gila kamu.
Kakek dan Nenek dan Nita muncul.
Nenek Di mana mereka?
Kakek Sudah ada telpon dari Polisi?
Nita Tukang rokok seberang jalan Cuma bilang bahwa seorang laki-laki telah membawa lari Meli dan Feri dalam sebuah mobil.
Nenek dan Kakek : Apa?
Nenek (minum) Telpon polisi lagi.
Telpon berdering.
Kakek Pasti dari Polisi.
Nenek Cucuku yang malang…. Oh saya sedang membayangkan mereka menangis karena penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Nita (menyerahkan pesawat telpon) untuk mamanya Meli.
Kakek Dari Polisi?
Nita Dari Meli.
Kakek Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek Dongeng apa ini?
Kakek Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan permainan kasar seperti ini ini.
Nenek Kenapa berang begitu? Seharusnya kita bersyukur bahwa ini semua Cuma main-main.
Kakek Justru lantaran main-main saya jadi berang.
Nenek Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?
Kakek Bukan begitu maksud saya, tapi permainan ini bukan untuk orang-orang tua macam kita. Ini permainan pemuda dan bukan untuk orang-orang yang rapuh jantungnya.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.
Kakek Betapapun akan saya marahi Vita. Akan saya katakana bahwa sebagai dokter dia kurang mempertimbangkan kemungkinan effek psikologis dari permainannya. Apa dia tahu bahwa setiap kali saya harus mengatur peredaran darah saya sedemikian rupa di depan aquarium sambil mendengarkan lagu-lagu yang paling lembut agar kesehatan saya terpelihara? Dengan permainan baru saja, sama dengan dia meledakkan granat di atas batok kepala saya. Apa dia fakir dia mampu mengobati kalau saya sakit keras? Barang kali dia lupa bahwa dia dokter muda. Dokter muda jelas baru tahu tentang ilmu kedokteran seninya. Untuk ia, ia perlu bergaul dengan alam. Banyak tingkah. Coba……
Novia Pak, Ibu, saya permisi pulang.
Kakek Tanpa minta maaf?
Pulanglah dan bilanglah pada suamimu besok dia harus menghadap kemari.
Novia Pulang dulu, bu.
Nenek Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia Ya, bu.
Joni Polisi, Nyonya.
Nita Sebentar, saya ke muka.
Tampilkan postingan dengan label CERPEN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CERPEN. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 27 Februari 2010
Sabtu, 06 Februari 2010
Cinderella dan Putri Irakus
Cinderella adalah seorang gadis yang cantik jelita. Namun, dia kehilangan orang yang sangat dicintainya yaitu ibunya. Ketika ayahnya menikah dan pergi meninggalkannya, hidupnya semakin menderita. Dia selalu diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan saudara tirinya.
Pada saat itu, Sang Ratu mengadakan acara pesta dansa untuk mencari jodoh untuk Pangeran. Cinderella ingin sekali pergi ke pesta itu, namun ibu dan saudara tirinya tidak menijinkannya. Tapi dengan bantuan peri, Cinderella bisa pergi ke pesta itu dengan syarat kembali ke rumah sebelum jam 12 malam karena setelah jam 12 malam keajaiban itu akan hilang.
Setelah jam 12 malam, Cinderella meninggalkan istana. Namun, tanpa sengaja, dia meninggalkan sepatu bot kesayangannya. Pangeran yang sudah jatuh hati padanya, mengadakan sayembara barang siapa yang ukuran kakinya pas dengan sepatu bot istimewa tersebut, akan menikah dengannya.
Ketika Cinderella mencoba sepatu bot istimewa tersebut, ternyata cocok dan Cinderella juga mempunyai pasangan sepatu bot yang lain. Pangeran pun langsung melamar Cinderella. Setelah itu, Pangeran membawa Cinderella ke istana. Namun, cerita itu belum selesai.
Ketika Sang Pangeran membawa Cinderella ke istana . . . .
(Di arena sudah ada Ratu dan Putri Irakus yang sedang duduk di kursi. Cinderella dan Pangeran masuk ke arena)
Ratu : (berdiri lalu menunjuk Cinderella) Siapa perempuan ini, Pangeran?
Pangeran : Ini adalah wanita yang akan menjadi istriku.
Ratu : Kau yakin memilih wanita seperti ini?
Pangeran : Ya, kami sudah saling mencintai. (Cinderella dan Pangeran saling bertatap muka, berpegangan tangan, dan tersenyum.)
Ratu : Apa? Kau pilih perempuan seperti ini yang tampang pembantu? Apa kata Bu Nia?
Cinderella : Apa kata dunia, Ratu.
Ratu : Ya. Itu maksudku.
Pangeran : Walaupun penampilannya seperti pembantu, tapi hatinya seperti emas 24 karat.
Ratu : Kau bilang hatinya seperti emas karatan? Tapi Pangeran. Bunda sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu Pangeran. Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Pangeran : Tapi Bunda . . . .
Ratu : Dia adalah wanita yang sangat cantik. Lagipula dia adalah wanita yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Apabila kerajaan kita bersatu dengan Kerajaan Jatuh Bangun, akan menjadi kerajaan yang sangat besaaar.
Pangeran : Tapi aku sangat mencintainya, Bunda.
Ratu : Tidak boleh! Pokoknya kau harus menikah dengan Putri Irakus.
Pangeran : Hah? Irakus? Nama yang aneh. Tapi aku tetap tidak mau.
Ratu : Harus mau!
Pangeran : Tidak mau!
Ratu : Pokoknya harus!
Pangeran : Gak mau!
Ratu : Harus!
Pangeran : Mau. Eh tidak mau!
Ratu : Dasar anak durhaka kau!
Pangeran : Lho, kok jadi kaya Malin Kundang?
Ratu : Kurang ajar kau! Sudah membantah perintah orang tua! (Ratu hampir menampar Pangeran)
Raja : (masuk ke arena) Stop..!! Ada apa ini? Siapa perempuan itu? (menunjuk Cinderella)
Pangeran : Ini adalah calon istriku, Ayahanda.
Raja : Oh, ini calon istrimu. Jadi perempuan ini yang memenangkan sayembara sepatu bot itu.(sambil melirik sepatu bot yang dipakai Cinderella)
Pangeran : Iya, Ayahanda. Dia bahkan mempunyai pasangan sepatu bot yang lainnya.
Ratu: Tapi aku sudah menemukan jodoh buat Pangeran! Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Raja :Ya sudah. Itu terserah Pangeran saja!
Ratu : Tapi, Raja. Aku tidak setuju dengan keputusanmu. Masa Pangeran menikah sama pembantu seperti itu. Jangan gila donk!
Raja : (berfikir sejenak) Ya. Sudah. Bagaimana kalau kita adakan suatu kompetisi?
Putri Irakus : (berdiri) Kompetisi seperti apa, Yang Mulia?
Raja : Kalau kau menang dalam kompetisi itu, kau yang akan menikahi Pangeran. Kalau perempuan itu yang menang, dia yang akan menikah dengan Pangeran. Ada yang tidak setuju dengan kuputusanku?
Ratu : Lagi-lagi kau memberikan keputusan yang aneh! Setelah kau dan Pangeran mengadakan sayembara sepatu bot aneh itu!
Putri Irakus : Baiklah kalau begitu, saya terima, Yang Mulia.
Ratu : Apa? Kau terima tantangan aneh itu?(marah)
Putri Irakus : Sudahlah Bibi. Saya bisa bersaing secara sportif.
Ratu : Apa?? Kau panggil aku Bibi? Memangnya aku bibimu apa? (semakin marah)
Putri Irakus : Oh! Maksudku Ibunda Ratu. Lagipula saya yakin saya bisa mengalahkan perempuan itu.
Cinderella : (mengacungkan tangan)
Raja : Ada apa, Nona? Kau tidak setuju dengan keputusanku?
Cinderella : Saya setuju dengan keputusan Yang Mulia.
Raja : Lalu, kenapa kau mengacungkan tangan?
Cinderella : Sebenarnya, saya keberatan dipanggil dengan sebutan perempuan itu. Saya kan juga punya nama.
Raja : Oh ya. Kau belum memperkenalkan diri. Siapa namamu?
Cinderella : Namaku Cinderella.
Ratu : Cinderella? Gadis cerobong asap. Nama yang paling aneh yang pernah kudengar. Lihat dirimu! Kau memang pantas mendapatkan nama itu!
Cinderella : Sebenarnya itu cuma nama panggilanku saja. Nama itu diberikan oleh ibu dan saudara-saudara tiriku yang selalu jahat padaku.
Ratu : Alaah! Pake curhat segala!
Raja : Kalau begitu, siapa nama aslimu?
Cinderella : Tapi, nama asliku terlalu panjang.
Raja : Sebutkan saja
Cinderella : Nama asliku adalah Mocu Claudia Abraba Bella Sintia Cornelius Protectus Alfonso Equil Da Barbara Margaretha.
Putri Irakus: Tapi, namaku juga tidak kalah panjangnya dengan Cinderella. Aku bisa menyebutkannya sekarang.
Raja: Stop! Kenapa kita jadi mempeributkan nama?
(semua terdiam sejenak)
Raja: Bagaimana denganmu, Pangeran? Kau setuju?
Pangeran: Apapun keputusan Ayahanda, aku setuju.
Ratu: Apa? Kau terima juga keputusan aneh itu? Sedangkan kau membantah perintahku?
Raja: Oke! Kalau begitu, kompetisi dimulai besok pagi pukul 9.00 sampai dengan selesai.
Ratu: Tapi, kompetisi seperti apa baginda?
Raja: Ada tiga kompetisi yang akan digelar yaitu:
1). Kompetisi memasak
2). Kompetisi menjahit
3). Kompetisi yang masih dirahasiakan
Kalian siap?
Cinderella & P. Irakus : Siap, Yang Mulia.
Raja : Ya sudah. Ku tunggu besok ya. Dah! (meninggalkan arena kemudian disusul dengan  Cinderella dan Pangeran sambil bergandengan tangan)
Ratu : Kita harus menyusun rencana supaya Cinderella kalah dalam kompetisi itu.
Putri Irakus : Ya, I agree with you.
Ratu : Sini, saya bisikin.
Putri Irakus : Ih… Geli!
Ratu: Mau gak?
Putri Irakus : Iya, iya.
Putri Irakus: Itu ide berlian!
Ratu: Brilian.
Putri Irakus : Ya. Itu maksudku.
Ratu & Putri Irakus : Ha ha ha ha ha . . . .
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena).
Keesokan harinya . . . .
(Semua masuk arena)
Raja: Kalian sudah siap melaksanakan kompetisi pertama?
Cinderella & P. Irakus : Ya iyalah . . . .
Raja : Pengawal! Siapkan bahan & alat-alat masaknya!
Pengawal : Baik Baginda.
(Pengawal menyiapkan alat-alat masak)
Raja : Kompetisi pertama yaitu kompetisi memasak resmi dibuka. Tepuk tangan!
(Raja, Ratu, dan Pangeran duduk di ruang makan, sementara Cinderella dan Putri Irakus sibuk memasak.)
Raja : Kira-kira, siapa yang akan menang?
Ratu : Pasti putri Irakus yang akan menang.
Pangeran : Yakin banget sih!
Ratu : Suka-suka gue donk!
Raja : Sudah-sudah! Jangan bertengkar! Lihat saja nanti!
Sementara itu di dapur . . . .
Cinderella : Putri Irakus, aku titip masakanku dulu ya. Aku mau ke belakang dulu.
Putri Irakus: Tenang saja! Masakanmu aman kok!
Ternyata, Putri Irakus mempunyai niat jahat. Dia menaburkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones pada masakan Cinderella supaya rasa masakan Cinderella menjadi tidak karuan. Namun, tanpa sengaja, putri Irakus lupa menaburkan garam ke masakannya sendiri.
(Cinderella masuk lagi ke dapur).
Cinderella : Terima kasih, ya. Sudah menunggu masakanku.
Putri Irakus : Sama-sama. Oh ya, tadi ada 3 ekor lalat hinggap di adonan masakanmu lho. Tapi, sudah kuusir jauh-jauh.
Cinderella : Terima kasih very much.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Cinderella dan putri Irakus telah selesai mamasak masakan mereka. Akhirnya tiba penilaian masakan Cinderella dan Putri Irakus.
(Cinderella dan Putri Irakus keluar dari dapur dan membawa masakan mereka masing masing ke ruang makan)
Cinderella : Selamat Menikmati, Yang Mulia.
Raja : Terima kasih. (Mencicipi masakan Cinderella) Emm . . . . Masakanmu enak sekali. Coba kau cicipi Pangeran!
Pangeran: Emm . . . . Ini adalah masakan yang paling enak dari semua masakan yang pernah kucoba.
Putri Irakus : Tidak mungkin! Masakanku jauh lebih enak. Kalau tidak percaya, cicipi saja!
(Semua mencicipi masakan Putri Irakus)
Ratu : Dia benar! Masakan Putri Irakus lebih enak daripada masakan Cinderella.(berpura-pura)
Raja : Istriku. Apa kau mempunyai masalah dengan indera perasamu? Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya. Kau bilang masakan ini enak?
Pangeran : Iya. Ayahanda benar. Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya.
Ratu: Euh . . .
Raja: Baiklah. Sudah kuputuskan. Bahwa pemenang dari kompetisi ini adalah . . . . Cinderella!! Jadi, skor sementara 1-0 untuk Cinderella. Tepuk tangan untuk Cinderella!
Raja : Selamat ya Cinderella.
Cinderella: Terima kasih.
Raja : Saya tunggu kalian besok jam 9.00 pagi untuk kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit.
(Raja meninggalkan arena. Kemudian disusul oleh Pangeran dan Cinderella)
Ratu : Irakus! Kamu sengaja ya? Kenapa masakan Cinderella jadi enak sementara masakanmu sama sekali tidak ada rasanya? (marah)
Putri Irakus : Ampun, Nyai Ratu. Saya . . . .
Ratu: Apa?? Kau panggil aku Nyai? Setelah kau menyebutku Bibi?(semakin marah)
Putri Irakus :Maksudku Ibunda Ratu. Saya sudah memasukkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones dalam adonan masakan Cinderella supaya masakan Cinderella tidak karuan. Tapi, entah mengapa masakan Cinderella justru menjadi enak.
Ratu : Dasar tulol! Itu sih sama dengan membantu membumbui masakan Cinderella! Harusnya kau tambahkan cuka yang banyak atau kotoran unta dari Timur Tengah sekalian!
Putri Irakus : Maafkan saya, Bibi. Eh, maksudku Ibunda Ratu.
Ratu : Ya, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Sekarang, kita susun rencana baru untuk kompetisi selanjutnya.
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena dan pengawal datang membersihkan ruangan)
Keesokan harinya . . . .
(semua masuk ke arena)
Raja : Selamat pagi semuanya! Apakah kalian siap mengikuti kompetisi kedua?
Cinderella & Irakus : Ya, kami siap.
Raja : Kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit baju untuk Pangeran resmi dibuka. Tepuk tangan! (semua tepuk tangan) Peraturannya sangat mudah. Kalian harus membuat sebuah baju untuk Pangeran dalam waktu satu malam. Baju yang kalian buat harus diserahkan besok pagi sebelum kompetisi ketiga dimulai. Kalian mengerti dengan peraturannya?
Cinderella & Irakus : Mengerti, Yang Mulia.
Raja : Sekarang, kalian bisa memulai pembuatan baju kalian.
Cinderella : Baiklah Yang Mulia, kami berdua pamit sekarang.
(Cinderella & Putri Irakus pergi meniggalkan arena disusul dengan Raja)
Malamnya, Cinderella mulai menjahit.
(Cinderella masuk membawa kain dan berpura-pura menjahit, kemudian pengawal masuk).
Pengawal : Nona Cinderella. Anda dipanggil untuk menghadap Paduka Raja.
Cinderella : Oh, baiklah kalau begitu.
(Cinderella dan Pengawal meninggalkan arena, kemudian datang Putri Irakus)
Putri Irakus : (datang lalu merobek pakaian buatan Cinderella) Dengan begini. Kau pasti kalah, Cinderella. Ha ha ha ha! (meninggalkan arena, kemudian beberapa detik kemudian Cinderella datang).
Cinderella : Tidak! Siapa yang berani melakukan ini? (mengambil kain yang telah dirobek) Aduh, pasti aku akan kalah dalam kompetisi kedua ini. Apa yang harus kulakukan? (menangis, kemudian keluar arena)
Keesokan harinya . . . .
(Raja, Pangeran, Ratu, & Pengawal masuk)
Raja: Akhirnya tiba saatnya untuk penentuan pemenang dari kompetisi kedua ini. Kepada Putri Irakus, silahkan masuk dan memperlihatkan baju buatannya.
(Putri Irakus masuk sambil memperlihatkan baju buatannya)
Putri Irakus : Ini Yang Mulia. Ini adalah baju yang saya buat.
Raja: Cukup bagus. Kalau boleh tahu, apa bahan yang kau pakai untuk membuat baju ini?
Putri Irakus : Baju ini dibuat dari berbagai macam kulit. Kulit unta, kulit pisang, kulit domba, kulit gajah, kulit cheetah, dan tak lupa juga ditambahkan dengan kulit kodok.
Pangeran : Wow! Unik sekali!
Ratu : Tentu saja! Siapa dulu yang membuatnya? Putri Irakus . . . .
Raja : Sekarang, tiba giliran Cinderella. Cinderella, saatnya kau masuk dan membawa baju buatanmu.
Satu jam kemudian . . .
(Cinderella tidak muncul-muncul)
Dua jam kemudian . . . .
(Cinderella tidak muncul juga)
Raja: Kemana sih Cinderella itu? Kok belum muncul-muncul. Pengawal! Cari Cinderella!
Pengawal: Baik (kemudian keluar arena)
Putri Irakus : Mungkin dia belum menyelesaikan baju buatannya. Atau mungkin dia sama sekali tidak bisa menjahit.
Raja : Tunggu dulu! Pengawal kita kan sedang mencari dia. Pliss deh! Tunggu bentar donk ah!
Beberapa menit kemudian . . . .
Cinderella : (datang tergesa-gesa dan pengawal menyusul di belakang Cinderella) Yang Mulia, maaf…saya terlambat.
Raja: Dari mana saja kamu Cinderella? Kami sudah menunggu kamu, Cinderella.
Cinderella: Begini yang mulia, seseorang telah merobek baju yang saya buat untuk Pangeran.
Ratu : Alaah! Paling itu cuma alasan kamu saja.
Cinderella : Tidak! Semua itu benar! Ini buktinya.
(menunjukan baju robek ke raja dan kemudian ke penonton)
Ratu : Alah! Paling kamu yang merobek baju itu.
Cinderella : Tidak! Itu tidak benar! Sumpah!
Raja : Sudahlah! Lagipula kita sudah bisa melihat siapa pemenangnya. Jadi skor sementara satu sama.
(Putri Irakus dan Ratu terlihat girang)
Cinderella : Tapi, Yang Mulia . . . .
Pangeran : Sudahlah Cinderella. (memegang pundak Cinderella) Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur tidak bisa menjadi nasi lagi. Lagipula masih ada kompetisi ketiga. Jadi, kau masih punya kesempatan untuk mengalahkan Irakus.
Putri Irakus : Oh ya! Tempo hari, Yang Mulia bilang kompetisi ketiga masih dirahasiakan. Kalau begitu, apa kompetisi ketiganya, Yang Mulia?
Raja : Kompetisi yang ketiga adalah . . . . kompetisi mendandani pengawal kerajaan!
Semua : Hah? Mendandani pengawal kerajaan?
Ratu : Tapi, Baginda. Semua pegawai sakit cacar ayam, kecuali pengawal yang satu ini.
Raja : Oh, iya juga ya. Dari Minggu kemarin mereka sakit yah. Berarti kurang satu orang lagi. (berfikir sejenak lalu berkeliling melihat penonton lalu berbalik dan menunjuk narator) Bagaimana kalau Narator saja yang jadi sukarelawannya?
Semua : Setuju!
Raja : Narator! Ayo sini!
(Narator menghampiri Raja)
Raja : Pengawal! Siapkan kursi dan alat kecantikannya!
Pengawal : Baik, Yang Mulia.
(Pengawal menyiapkan kursi & alat kecantikan. Lalu Pengawal dan Narator duduk di kursi)
Raja : Sekarang kalian boleh memulai mendandani pengawal dan narator dan waktu kalian adalah 137,87 detik dari sekarang!
(Cinderella dan Putri Irakus mendandani pengawal dan narator)
Ratu: Ayo! Cepat! Cepat!
Putri Irakus : Iya! Iya!
Raja: Waktu habis!
(Cinderella dan Putri Irakus berhenti mendandani Pengawal dan Narator)
Raja: (melihat-lihat muka narator dan pengawal) Wow! Aku kan menyuruhmu mendandani pengawal ini supaya cantik? Bukan menyulapnya menjadi seperti badut!
Putri Irakus: Ma . . . maaf, Yang Mulia. Ini semua gara-gara Ratu yang mengesa-gesa saya mendandani pengawal.
Ratu : Aeh-aeh! Kenapa kau jadi menyalahkan Ratu?
Putri Irakus : Emang salah Ratu kok!
Ratu : Salah gimana maksud lho? Kok kamu jadi nyalahin Ratu sih? Dasar tidak tahu terima kasih! Aku kan sudah membantumu untuk membuat Cinderella kalah! Lagipula, merobek baju itu ideku! (terdiam sejenak) Ups…
Semua : Ooo…
Raja : Jadi, kalian yang merobek baju Cinderella itu?
Ratu : Bukan aku! Itu Putri Irakus! (menunjuk Putri Irakus)
Putri Irakus: Tapi itu kan ide Ratu!
Raja : Sudah-sudah! Jadi saya putuskan yang akan menikah dengan Pangeran adalah . . . . Cinderella!
Putri Irakus : Tidak!
(Pengawal menyeret Putri Irakus pergi)
Ratu : Dengan sangat berat hati, aku terima kau jadi menantuku, Cinderella.
Pangeran : Akhirnya kita bisa bersatu, Cinderella.
Cinderella: Iya. Pangeran.
(Ratu & Raja meninggalkan arena)
Pangeran: Kita bisa memulai hidup baru tanpa ada yang menggangu. Aku . . . .mencintaimu.
Cinderella: I love you too.
Akhirnya, setelah berbagai macam kompetisi dijalani, Cinderella dapat bersatu dengan Pangeran. Mereka pun hidup bahagia selamanya . . . .
Naskah Drama: Cinderella Part Two – Cinderella dan Putri Irakus
30 Agustus, 2008 oleh fauzzzblog
Cinderella adalah seorang gadis yang cantik jelita. Namun, dia kehilangan orang yang sangat dicintainya yaitu ibunya. Ketika ayahnya menikah dan pergi meninggalkannya, hidupnya semakin menderita. Dia selalu diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan saudara tirinya.
Pada saat itu, Sang Ratu mengadakan acara pesta dansa untuk mencari jodoh untuk Pangeran. Cinderella ingin sekali pergi ke pesta itu, namun ibu dan saudara tirinya tidak menijinkannya. Tapi dengan bantuan peri, Cinderella bisa pergi ke pesta itu dengan syarat kembali ke rumah sebelum jam 12 malam karena setelah jam 12 malam keajaiban itu akan hilang.
Setelah jam 12 malam, Cinderella meninggalkan istana. Namun, tanpa sengaja, dia meninggalkan sepatu bot kesayangannya. Pangeran yang sudah jatuh hati padanya, mengadakan sayembara barang siapa yang ukuran kakinya pas dengan sepatu bot istimewa tersebut, akan menikah dengannya.
Ketika Cinderella mencoba sepatu bot istimewa tersebut, ternyata cocok dan Cinderella juga mempunyai pasangan sepatu bot yang lain. Pangeran pun langsung melamar Cinderella. Setelah itu, Pangeran membawa Cinderella ke istana. Namun, cerita itu belum selesai.
Ketika Sang Pangeran membawa Cinderella ke istana . . . .
(Di arena sudah ada Ratu dan Putri Irakus yang sedang duduk di kursi. Cinderella dan Pangeran masuk ke arena)
Ratu : (berdiri lalu menunjuk Cinderella) Siapa perempuan ini, Pangeran?
Pangeran : Ini adalah wanita yang akan menjadi istriku.
Ratu : Kau yakin memilih wanita seperti ini?
Pangeran : Ya, kami sudah saling mencintai. (Cinderella dan Pangeran saling bertatap muka, berpegangan tangan, dan tersenyum.)
Ratu : Apa? Kau pilih perempuan seperti ini yang tampang pembantu? Apa kata Bu Nia?
Cinderella: Apa kata dunia, Ratu.
Ratu : Ya. Itu maksudku.
Pangeran: Walaupun penampilannya seperti pembantu, tapi hatinya seperti emas 24 karat.
Ratu: Kau bilang hatinya seperti emas karatan? Tapi Pangeran. Bunda sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu Pangeran. Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Pangeran: Tapi Bunda . . . .
Ratu: Dia adalah wanita yang sangat cantik. Lagipula dia adalah wanita yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Apabila kerajaan kita bersatu dengan Kerajaan Jatuh Bangun, akan menjadi kerajaan yang sangat besaaar.
Pangeran: Tapi aku sangat mencintainya, Bunda.
Ratu : Tidak boleh! Pokoknya kau harus menikah dengan Putri Irakus.
Pangeran : Hah? Irakus? Nama yang aneh. Tapi aku tetap tidak mau.
Ratu : Harus mau!
Pangeran : Tidak mau!
Ratu : Pokoknya harus!
Pangeran : Gak mau!
Ratu : Harus!
Pangeran : Mau. Eh tidak mau!
Ratu : Dasar anak durhaka kau!
Pangeran : Lho, kok jadi kaya Malin Kundang?
Ratu: Kurang ajar kau! Sudah membantah perintah orang tua! (Ratu hampir menampar Pangeran)
Raja : (masuk ke arena) Stop..!! Ada apa ini? Siapa perempuan itu? (menunjuk Cinderella)
Pangeran : Ini adalah calon istriku, Ayahanda.
Raja : Oh, ini calon istrimu. Jadi perempuan ini yang memenangkan sayembara sepatu bot itu.(sambil melirik sepatu bot yang dipakai Cinderella)
Pangeran : Iya, Ayahanda. Dia bahkan mempunyai pasangan sepatu bot yang lainnya.
Ratu: Tapi aku sudah menemukan jodoh buat Pangeran! Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Raja :Ya sudah. Itu terserah Pangeran saja!
Ratu : Tapi, Raja. Aku tidak setuju dengan keputusanmu. Masa Pangeran menikah sama pembantu seperti itu. Jangan gila donk!
Raja : (berfikir sejenak) Ya. Sudah. Bagaimana kalau kita adakan suatu kompetisi?
Putri Irakus : (berdiri) Kompetisi seperti apa, Yang Mulia?
Raja : Kalau kau menang dalam kompetisi itu, kau yang akan menikahi Pangeran. Kalau perempuan itu yang menang, dia yang akan menikah dengan Pangeran. Ada yang tidak setuju dengan kuputusanku?
Ratu : Lagi-lagi kau memberikan keputusan yang aneh! Setelah kau dan Pangeran mengadakan sayembara sepatu bot aneh itu!
Putri Irakus : Baiklah kalau begitu, saya terima, Yang Mulia.
Ratu : Apa? Kau terima tantangan aneh itu?(marah)
Putri Irakus : Sudahlah Bibi. Saya bisa bersaing secara sportif.
Ratu : Apa?? Kau panggil aku Bibi? Memangnya aku bibimu apa? (semakin marah)
Putri Irakus : Oh! Maksudku Ibunda Ratu. Lagipula saya yakin saya bisa mengalahkan perempuan itu.
Cinderella : (mengacungkan tangan)
Raja : Ada apa, Nona? Kau tidak setuju dengan keputusanku?
Cinderella : Saya setuju dengan keputusan Yang Mulia.
Raja : Lalu, kenapa kau mengacungkan tangan?
Cinderella : Sebenarnya, saya keberatan dipanggil dengan sebutan perempuan itu. Saya kan juga punya nama.
Raja : Oh ya. Kau belum memperkenalkan diri. Siapa namamu?
Cinderella : Namaku Cinderella.
Ratu : Cinderella? Gadis cerobong asap. Nama yang paling aneh yang pernah kudengar. Lihat dirimu! Kau memang pantas mendapatkan nama itu!
Cinderella : Sebenarnya itu cuma nama panggilanku saja. Nama itu diberikan oleh ibu dan saudara-saudara tiriku yang selalu jahat padaku.
Ratu : Alaah! Pake curhat segala!
Raja : Kalau begitu, siapa nama aslimu?
Cinderella : Tapi, nama asliku terlalu panjang.
Raja : Sebutkan saja
Cinderella : Nama asliku adalah Mocu Claudia Abraba Bella Sintia Cornelius Protectus Alfonso Equil Da Barbara Margaretha.
Putri Irakus: Tapi, namaku juga tidak kalah panjangnya dengan Cinderella. Aku bisa menyebutkannya sekarang.
Raja: Stop! Kenapa kita jadi mempeributkan nama?
(semua terdiam sejenak)
Raja: Bagaimana denganmu, Pangeran? Kau setuju?
Pangeran: Apapun keputusan Ayahanda, aku setuju.
Ratu: Apa? Kau terima juga keputusan aneh itu? Sedangkan kau membantah perintahku?
Raja: Oke! Kalau begitu, kompetisi dimulai besok pagi pukul 9.00 sampai dengan selesai.
Ratu: Tapi, kompetisi seperti apa baginda?
Raja: Ada tiga kompetisi yang akan digelar yaitu:
1). Kompetisi memasak
2). Kompetisi menjahit
3). Kompetisi yang masih dirahasiakan
Kalian siap?
Cinderella & P. Irakus : Siap, Yang Mulia.
Raja : Ya sudah. Ku tunggu besok ya. Dah! (meninggalkan arena kemudian disusul dengan  Cinderella dan Pangeran sambil bergandengan tangan)
Ratu : Kita harus menyusun rencana supaya Cinderella kalah dalam kompetisi itu.
Putri Irakus : Ya, I agree with you.
Ratu : Sini, saya bisikin.
Putri Irakus : Ih… Geli!
Ratu: Mau gak?
Putri Irakus : Iya, iya.
Putri Irakus: Itu ide berlian!
Ratu: Brilian.
Putri Irakus : Ya. Itu maksudku.
Ratu & Putri Irakus : Ha ha ha ha ha . . . .
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena).
Keesokan harinya . . . .
(Semua masuk arena)
Raja: Kalian sudah siap melaksanakan kompetisi pertama?
Cinderella & P. Irakus : Ya iyalah . . . .
Raja : Pengawal! Siapkan bahan & alat-alat masaknya!
Pengawal : Baik Baginda.
(Pengawal menyiapkan alat-alat masak)
Raja : Kompetisi pertama yaitu kompetisi memasak resmi dibuka. Tepuk tangan!
(Raja, Ratu, dan Pangeran duduk di ruang makan, sementara Cinderella dan Putri Irakus sibuk memasak.)
Raja : Kira-kira, siapa yang akan menang?
Ratu : Pasti putri Irakus yang akan menang.
Pangeran : Yakin banget sih!
Ratu : Suka-suka gue donk!
Raja : Sudah-sudah! Jangan bertengkar! Lihat saja nanti!
Sementara itu di dapur . . . .
Cinderella : Putri Irakus, aku titip masakanku dulu ya. Aku mau ke belakang dulu.
Putri Irakus: Tenang saja! Masakanmu aman kok!
Ternyata, Putri Irakus mempunyai niat jahat. Dia menaburkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones pada masakan Cinderella supaya rasa masakan Cinderella menjadi tidak karuan. Namun, tanpa sengaja, putri Irakus lupa menaburkan garam ke masakannya sendiri.
(Cinderella masuk lagi ke dapur).
Cinderella : Terima kasih, ya. Sudah menunggu masakanku.
Putri Irakus : Sama-sama. Oh ya, tadi ada 3 ekor lalat hinggap di adonan masakanmu lho. Tapi, sudah kuusir jauh-jauh.
Cinderella : Terima kasih very much.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Cinderella dan putri Irakus telah selesai mamasak masakan mereka. Akhirnya tiba penilaian masakan Cinderella dan Putri Irakus.
(Cinderella dan Putri Irakus keluar dari dapur dan membawa masakan mereka masing masing ke ruang makan)
Cinderella : Selamat Menikmati, Yang Mulia.
Raja : Terima kasih. (Mencicipi masakan Cinderella) Emm . . . . Masakanmu enak sekali. Coba kau cicipi Pangeran!
Pangeran: Emm . . . . Ini adalah masakan yang paling enak dari semua masakan yang pernah kucoba.
Putri Irakus : Tidak mungkin! Masakanku jauh lebih enak. Kalau tidak percaya, cicipi saja!
(Semua mencicipi masakan Putri Irakus)
Ratu : Dia benar! Masakan Putri Irakus lebih enak daripada masakan Cinderella.(berpura-pura)
Raja : Istriku. Apa kau mempunyai masalah dengan indera perasamu? Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya. Kau bilang masakan ini enak?
Pangeran : Iya. Ayahanda benar. Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya.
Ratu: Euh . . .
Raja: Baiklah. Sudah kuputuskan. Bahwa pemenang dari kompetisi ini adalah . . . . Cinderella!! Jadi, skor sementara 1-0 untuk Cinderella. Tepuk tangan untuk Cinderella!
Raja : Selamat ya Cinderella.
Cinderella: Terima kasih.
Raja : Saya tunggu kalian besok jam 9.00 pagi untuk kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit.
(Raja meninggalkan arena. Kemudian disusul oleh Pangeran dan Cinderella)
Ratu : Irakus! Kamu sengaja ya? Kenapa masakan Cinderella jadi enak sementara masakanmu sama sekali tidak ada rasanya? (marah)
Putri Irakus : Ampun, Nyai Ratu. Saya . . . .
Ratu: Apa?? Kau panggil aku Nyai? Setelah kau menyebutku Bibi?(semakin marah)
Putri Irakus :Maksudku Ibunda Ratu. Saya sudah memasukkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones dalam adonan masakan Cinderella supaya masakan Cinderella tidak karuan. Tapi, entah mengapa masakan Cinderella justru menjadi enak.
Ratu : Dasar tulol! Itu sih sama dengan membantu membumbui masakan Cinderella! Harusnya kau tambahkan cuka yang banyak atau kotoran unta dari Timur Tengah sekalian!
Putri Irakus : Maafkan saya, Bibi. Eh, maksudku Ibunda Ratu.
Ratu : Ya, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Sekarang, kita susun rencana baru untuk kompetisi selanjutnya.
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena dan pengawal datang membersihkan ruangan)
Keesokan harinya . . . .
(semua masuk ke arena)
Raja : Selamat pagi semuanya! Apakah kalian siap mengikuti kompetisi kedua?
Cinderella & Irakus : Ya, kami siap.
Raja : Kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit baju untuk Pangeran resmi dibuka. Tepuk tangan! (semua tepuk tangan) Peraturannya sangat mudah. Kalian harus membuat sebuah baju untuk Pangeran dalam waktu satu malam. Baju yang kalian buat harus diserahkan besok pagi sebelum kompetisi ketiga dimulai. Kalian mengerti dengan peraturannya?
Cinderella & Irakus : Mengerti, Yang Mulia.
Raja : Sekarang, kalian bisa memulai pembuatan baju kalian.
Cinderella : Baiklah Yang Mulia, kami berdua pamit sekarang.
(Cinderella & Putri Irakus pergi meniggalkan arena disusul dengan Raja)
Malamnya, Cinderella mulai menjahit.
(Cinderella masuk membawa kain dan berpura-pura menjahit, kemudian pengawal masuk).
Pengawal : Nona Cinderella. Anda dipanggil untuk menghadap Paduka Raja.
Cinderella : Oh, baiklah kalau begitu.
(Cinderella dan Pengawal meninggalkan arena, kemudian datang Putri Irakus)
Putri Irakus : (datang lalu merobek pakaian buatan Cinderella) Dengan begini. Kau pasti kalah, Cinderella. Ha ha ha ha! (meninggalkan arena, kemudian beberapa detik kemudian Cinderella datang).
Cinderella : Tidak! Siapa yang berani melakukan ini? (mengambil kain yang telah dirobek) Aduh, pasti aku akan kalah dalam kompetisi kedua ini. Apa yang harus kulakukan? (menangis, kemudian keluar arena)
Keesokan harinya . . . .
(Raja, Pangeran, Ratu, & Pengawal masuk)
Raja: Akhirnya tiba saatnya untuk penentuan pemenang dari kompetisi kedua ini. Kepada Putri Irakus, silahkan masuk dan memperlihatkan baju buatannya.
(Putri Irakus masuk sambil memperlihatkan baju buatannya)
Putri Irakus : Ini Yang Mulia. Ini adalah baju yang saya buat.
Raja: Cukup bagus. Kalau boleh tahu, apa bahan yang kau pakai untuk membuat baju ini?
Putri Irakus : Baju ini dibuat dari berbagai macam kulit. Kulit unta, kulit pisang, kulit domba, kulit gajah, kulit cheetah, dan tak lupa juga ditambahkan dengan kulit kodok.
Pangeran : Wow! Unik sekali!
Ratu : Tentu saja! Siapa dulu yang membuatnya? Putri Irakus . . . .
Raja : Sekarang, tiba giliran Cinderella. Cinderella, saatnya kau masuk dan membawa baju buatanmu.
Satu jam kemudian . . .
(Cinderella tidak muncul-muncul)
Dua jam kemudian . . . .
(Cinderella tidak muncul juga)
Raja: Kemana sih Cinderella itu? Kok belum muncul-muncul. Pengawal! Cari Cinderella!
Pengawal: Baik (kemudian keluar arena)
Putri Irakus : Mungkin dia belum menyelesaikan baju buatannya. Atau mungkin dia sama sekali tidak bisa menjahit.
Raja : Tunggu dulu! Pengawal kita kan sedang mencari dia. Pliss deh! Tunggu bentar donk ah!
Beberapa menit kemudian . . . .
Cinderella : (datang tergesa-gesa dan pengawal menyusul di belakang Cinderella) Yang Mulia, maaf…saya terlambat.
Raja: Dari mana saja kamu Cinderella? Kami sudah menunggu kamu, Cinderella.
Cinderella: Begini yang mulia, seseorang telah merobek baju yang saya buat untuk Pangeran.
Ratu : Alaah! Paling itu cuma alasan kamu saja.
Cinderella : Tidak! Semua itu benar! Ini buktinya.
(menunjukan baju robek ke raja dan kemudian ke penonton)
Ratu : Alah! Paling kamu yang merobek baju itu.
Cinderella : Tidak! Itu tidak benar! Sumpah!
Raja : Sudahlah! Lagipula kita sudah bisa melihat siapa pemenangnya. Jadi skor sementara satu sama.
(Putri Irakus dan Ratu terlihat girang)
Cinderella : Tapi, Yang Mulia . . . .
Pangeran : Sudahlah Cinderella. (memegang pundak Cinderella) Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur tidak bisa menjadi nasi lagi. Lagipula masih ada kompetisi ketiga. Jadi, kau masih punya kesempatan untuk mengalahkan Irakus.
Putri Irakus : Oh ya! Tempo hari, Yang Mulia bilang kompetisi ketiga masih dirahasiakan. Kalau begitu, apa kompetisi ketiganya, Yang Mulia?
Raja : Kompetisi yang ketiga adalah . . . . kompetisi mendandani pengawal kerajaan!
Semua : Hah? Mendandani pengawal kerajaan?
Ratu : Tapi, Baginda. Semua pegawai sakit cacar ayam, kecuali pengawal yang satu ini.
Raja : Oh, iya juga ya. Dari Minggu kemarin mereka sakit yah. Berarti kurang satu orang lagi. (berfikir sejenak lalu berkeliling melihat penonton lalu berbalik dan menunjuk narator) Bagaimana kalau Narator saja yang jadi sukarelawannya?
Semua : Setuju!
Raja : Narator! Ayo sini!
(Narator menghampiri Raja)
Raja : Pengawal! Siapkan kursi dan alat kecantikannya!
Pengawal : Baik, Yang Mulia.
(Pengawal menyiapkan kursi & alat kecantikan. Lalu Pengawal dan Narator duduk di kursi)
Raja : Sekarang kalian boleh memulai mendandani pengawal dan narator dan waktu kalian adalah 137,87 detik dari sekarang!
(Cinderella dan Putri Irakus mendandani pengawal dan narator)
Ratu: Ayo! Cepat! Cepat!
Putri Irakus : Iya! Iya!
Raja: Waktu habis!
(Cinderella dan Putri Irakus berhenti mendandani Pengawal dan Narator)
Raja: (melihat-lihat muka narator dan pengawal) Wow! Aku kan menyuruhmu mendandani pengawal ini supaya cantik? Bukan menyulapnya menjadi seperti badut!
Putri Irakus: Ma . . . maaf, Yang Mulia. Ini semua gara-gara Ratu yang mengesa-gesa saya mendandani pengawal.
Ratu : Aeh-aeh! Kenapa kau jadi menyalahkan Ratu?
Putri Irakus : Emang salah Ratu kok!
Ratu : Salah gimana maksud lho? Kok kamu jadi nyalahin Ratu sih? Dasar tidak tahu terima kasih! Aku kan sudah membantumu untuk membuat Cinderella kalah! Lagipula, merobek baju itu ideku! (terdiam sejenak) Ups…
Semua : Ooo…
Raja : Jadi, kalian yang merobek baju Cinderella itu?
Ratu : Bukan aku! Itu Putri Irakus! (menunjuk Putri Irakus)
Putri Irakus: Tapi itu kan ide Ratu!
Raja : Sudah-sudah! Jadi saya putuskan yang akan menikah dengan Pangeran adalah . . . . Cinderella!
Putri Irakus : Tidak!
(Pengawal menyeret Putri Irakus pergi)
Ratu : Dengan sangat berat hati, aku terima kau jadi menantuku, Cinderella.
Pangeran : Akhirnya kita bisa bersatu, Cinderella.
Cinderella: Iya. Pangeran.
(Ratu & Raja meninggalkan arena)
Pangeran: Kita bisa memulai hidup baru tanpa ada yang menggangu. Aku . . . .mencintaimu.
Cinderella: I love you too.
Akhirnya, setelah berbagai macam kompetisi dijalani, Cinderella dapat bersatu dengan Pangeran. Mereka pun hidup bahagia selamanya . . . .
Naskah Drama: Cinderella Part Two – Cinderella dan Putri Irakus
30 Agustus, 2008 oleh fauzzzblog
Cinderella adalah seorang gadis yang cantik jelita. Namun, dia kehilangan orang yang sangat dicintainya yaitu ibunya. Ketika ayahnya menikah dan pergi meninggalkannya, hidupnya semakin menderita. Dia selalu diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan saudara tirinya.
Pada saat itu, Sang Ratu mengadakan acara pesta dansa untuk mencari jodoh untuk Pangeran. Cinderella ingin sekali pergi ke pesta itu, namun ibu dan saudara tirinya tidak menijinkannya. Tapi dengan bantuan peri, Cinderella bisa pergi ke pesta itu dengan syarat kembali ke rumah sebelum jam 12 malam karena setelah jam 12 malam keajaiban itu akan hilang.
Setelah jam 12 malam, Cinderella meninggalkan istana. Namun, tanpa sengaja, dia meninggalkan sepatu bot kesayangannya. Pangeran yang sudah jatuh hati padanya, mengadakan sayembara barang siapa yang ukuran kakinya pas dengan sepatu bot istimewa tersebut, akan menikah dengannya.
Ketika Cinderella mencoba sepatu bot istimewa tersebut, ternyata cocok dan Cinderella juga mempunyai pasangan sepatu bot yang lain. Pangeran pun langsung melamar Cinderella. Setelah itu, Pangeran membawa Cinderella ke istana. Namun, cerita itu belum selesai.
Ketika Sang Pangeran membawa Cinderella ke istana . . . .
(Di arena sudah ada Ratu dan Putri Irakus yang sedang duduk di kursi. Cinderella dan Pangeran masuk ke arena)
Ratu : (berdiri lalu menunjuk Cinderella) Siapa perempuan ini, Pangeran?
Pangeran : Ini adalah wanita yang akan menjadi istriku.
Ratu : Kau yakin memilih wanita seperti ini?
Pangeran : Ya, kami sudah saling mencintai. (Cinderella dan Pangeran saling bertatap muka, berpegangan tangan, dan tersenyum.)
Ratu : Apa? Kau pilih perempuan seperti ini yang tampang pembantu? Apa kata Bu Nia?
Cinderella: Apa kata dunia, Ratu.
Ratu : Ya. Itu maksudku.
Pangeran: Walaupun penampilannya seperti pembantu, tapi hatinya seperti emas 24 karat.
Ratu: Kau bilang hatinya seperti emas karatan? Tapi Pangeran. Bunda sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu Pangeran. Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Pangeran: Tapi Bunda . . . .
Ratu: Dia adalah wanita yang sangat cantik. Lagipula dia adalah wanita yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Apabila kerajaan kita bersatu dengan Kerajaan Jatuh Bangun, akan menjadi kerajaan yang sangat besaaar.
Pangeran: Tapi aku sangat mencintainya, Bunda.
Ratu : Tidak boleh! Pokoknya kau harus menikah dengan Putri Irakus.
Pangeran : Hah? Irakus? Nama yang aneh. Tapi aku tetap tidak mau.
Ratu : Harus mau!
Pangeran : Tidak mau!
Ratu : Pokoknya harus!
Pangeran : Gak mau!
Ratu : Harus!
Pangeran : Mau. Eh tidak mau!
Ratu : Dasar anak durhaka kau!
Pangeran : Lho, kok jadi kaya Malin Kundang?
Ratu: Kurang ajar kau! Sudah membantah perintah orang tua! (Ratu hampir menampar Pangeran)
Raja : (masuk ke arena) Stop..!! Ada apa ini? Siapa perempuan itu? (menunjuk Cinderella)
Pangeran : Ini adalah calon istriku, Ayahanda.
Raja : Oh, ini calon istrimu. Jadi perempuan ini yang memenangkan sayembara sepatu bot itu.(sambil melirik sepatu bot yang dipakai Cinderella)
Pangeran : Iya, Ayahanda. Dia bahkan mempunyai pasangan sepatu bot yang lainnya.
Ratu: Tapi aku sudah menemukan jodoh buat Pangeran! Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Raja :Ya sudah. Itu terserah Pangeran saja!
Ratu : Tapi, Raja. Aku tidak setuju dengan keputusanmu. Masa Pangeran menikah sama pembantu seperti itu. Jangan gila donk!
Raja : (berfikir sejenak) Ya. Sudah. Bagaimana kalau kita adakan suatu kompetisi?
Putri Irakus : (berdiri) Kompetisi seperti apa, Yang Mulia?
Raja : Kalau kau menang dalam kompetisi itu, kau yang akan menikahi Pangeran. Kalau perempuan itu yang menang, dia yang akan menikah dengan Pangeran. Ada yang tidak setuju dengan kuputusanku?
Ratu : Lagi-lagi kau memberikan keputusan yang aneh! Setelah kau dan Pangeran mengadakan sayembara sepatu bot aneh itu!
Putri Irakus : Baiklah kalau begitu, saya terima, Yang Mulia.
Ratu : Apa? Kau terima tantangan aneh itu?(marah)
Putri Irakus : Sudahlah Bibi. Saya bisa bersaing secara sportif.
Ratu : Apa?? Kau panggil aku Bibi? Memangnya aku bibimu apa? (semakin marah)
Putri Irakus : Oh! Maksudku Ibunda Ratu. Lagipula saya yakin saya bisa mengalahkan perempuan itu.
Cinderella : (mengacungkan tangan)
Raja : Ada apa, Nona? Kau tidak setuju dengan keputusanku?
Cinderella : Saya setuju dengan keputusan Yang Mulia.
Raja : Lalu, kenapa kau mengacungkan tangan?
Cinderella : Sebenarnya, saya keberatan dipanggil dengan sebutan perempuan itu. Saya kan juga punya nama.
Raja : Oh ya. Kau belum memperkenalkan diri. Siapa namamu?
Cinderella : Namaku Cinderella.
Ratu : Cinderella? Gadis cerobong asap. Nama yang paling aneh yang pernah kudengar. Lihat dirimu! Kau memang pantas mendapatkan nama itu!
Cinderella : Sebenarnya itu cuma nama panggilanku saja. Nama itu diberikan oleh ibu dan saudara-saudara tiriku yang selalu jahat padaku.
Ratu : Alaah! Pake curhat segala!
Raja : Kalau begitu, siapa nama aslimu?
Cinderella : Tapi, nama asliku terlalu panjang.
Raja : Sebutkan saja
Cinderella : Nama asliku adalah Mocu Claudia Abraba Bella Sintia Cornelius Protectus Alfonso Equil Da Barbara Margaretha.
Putri Irakus: Tapi, namaku juga tidak kalah panjangnya dengan Cinderella. Aku bisa menyebutkannya sekarang.
Raja: Stop! Kenapa kita jadi mempeributkan nama?
(semua terdiam sejenak)
Raja: Bagaimana denganmu, Pangeran? Kau setuju?
Pangeran: Apapun keputusan Ayahanda, aku setuju.
Ratu: Apa? Kau terima juga keputusan aneh itu? Sedangkan kau membantah perintahku?
Raja: Oke! Kalau begitu, kompetisi dimulai besok pagi pukul 9.00 sampai dengan selesai.
Ratu: Tapi, kompetisi seperti apa baginda?
Raja: Ada tiga kompetisi yang akan digelar yaitu:
1). Kompetisi memasak
2). Kompetisi menjahit
3). Kompetisi yang masih dirahasiakan
Kalian siap?
Cinderella & P. Irakus : Siap, Yang Mulia.
Raja : Ya sudah. Ku tunggu besok ya. Dah! (meninggalkan arena kemudian disusul dengan  Cinderella dan Pangeran sambil bergandengan tangan)
Ratu : Kita harus menyusun rencana supaya Cinderella kalah dalam kompetisi itu.
Putri Irakus : Ya, I agree with you.
Ratu : Sini, saya bisikin.
Putri Irakus : Ih… Geli!
Ratu: Mau gak?
Putri Irakus : Iya, iya.
Putri Irakus: Itu ide berlian!
Ratu: Brilian.
Putri Irakus : Ya. Itu maksudku.
Ratu & Putri Irakus : Ha ha ha ha ha . . . .
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena).
Keesokan harinya . . . .
(Semua masuk arena)
Raja: Kalian sudah siap melaksanakan kompetisi pertama?
Cinderella & P. Irakus : Ya iyalah . . . .
Raja : Pengawal! Siapkan bahan & alat-alat masaknya!
Pengawal : Baik Baginda.
(Pengawal menyiapkan alat-alat masak)
Raja : Kompetisi pertama yaitu kompetisi memasak resmi dibuka. Tepuk tangan!
(Raja, Ratu, dan Pangeran duduk di ruang makan, sementara Cinderella dan Putri Irakus sibuk memasak.)
Raja : Kira-kira, siapa yang akan menang?
Ratu : Pasti putri Irakus yang akan menang.
Pangeran : Yakin banget sih!
Ratu : Suka-suka gue donk!
Raja : Sudah-sudah! Jangan bertengkar! Lihat saja nanti!
Sementara itu di dapur . . . .
Cinderella : Putri Irakus, aku titip masakanku dulu ya. Aku mau ke belakang dulu.
Putri Irakus: Tenang saja! Masakanmu aman kok!
Ternyata, Putri Irakus mempunyai niat jahat. Dia menaburkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones pada masakan Cinderella supaya rasa masakan Cinderella menjadi tidak karuan. Namun, tanpa sengaja, putri Irakus lupa menaburkan garam ke masakannya sendiri.
(Cinderella masuk lagi ke dapur).
Cinderella : Terima kasih, ya. Sudah menunggu masakanku.
Putri Irakus : Sama-sama. Oh ya, tadi ada 3 ekor lalat hinggap di adonan masakanmu lho. Tapi, sudah kuusir jauh-jauh.
Cinderella : Terima kasih very much.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Cinderella dan putri Irakus telah selesai mamasak masakan mereka. Akhirnya tiba penilaian masakan Cinderella dan Putri Irakus.
(Cinderella dan Putri Irakus keluar dari dapur dan membawa masakan mereka masing masing ke ruang makan)
Cinderella : Selamat Menikmati, Yang Mulia.
Raja : Terima kasih. (Mencicipi masakan Cinderella) Emm . . . . Masakanmu enak sekali. Coba kau cicipi Pangeran!
Pangeran: Emm . . . . Ini adalah masakan yang paling enak dari semua masakan yang pernah kucoba.
Putri Irakus : Tidak mungkin! Masakanku jauh lebih enak. Kalau tidak percaya, cicipi saja!
(Semua mencicipi masakan Putri Irakus)
Ratu : Dia benar! Masakan Putri Irakus lebih enak daripada masakan Cinderella.(berpura-pura)
Raja : Istriku. Apa kau mempunyai masalah dengan indera perasamu? Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya. Kau bilang masakan ini enak?
Pangeran : Iya. Ayahanda benar. Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya.
Ratu: Euh . . .
Raja: Baiklah. Sudah kuputuskan. Bahwa pemenang dari kompetisi ini adalah . . . . Cinderella!! Jadi, skor sementara 1-0 untuk Cinderella. Tepuk tangan untuk Cinderella!
Raja : Selamat ya Cinderella.
Cinderella: Terima kasih.
Raja : Saya tunggu kalian besok jam 9.00 pagi untuk kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit.
(Raja meninggalkan arena. Kemudian disusul oleh Pangeran dan Cinderella)
Ratu : Irakus! Kamu sengaja ya? Kenapa masakan Cinderella jadi enak sementara masakanmu sama sekali tidak ada rasanya? (marah)
Putri Irakus : Ampun, Nyai Ratu. Saya . . . .
Ratu: Apa?? Kau panggil aku Nyai? Setelah kau menyebutku Bibi?(semakin marah)
Putri Irakus :Maksudku Ibunda Ratu. Saya sudah memasukkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones dalam adonan masakan Cinderella supaya masakan Cinderella tidak karuan. Tapi, entah mengapa masakan Cinderella justru menjadi enak.
Ratu : Dasar tulol! Itu sih sama dengan membantu membumbui masakan Cinderella! Harusnya kau tambahkan cuka yang banyak atau kotoran unta dari Timur Tengah sekalian!
Putri Irakus : Maafkan saya, Bibi. Eh, maksudku Ibunda Ratu.
Ratu : Ya, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Sekarang, kita susun rencana baru untuk kompetisi selanjutnya.
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena dan pengawal datang membersihkan ruangan)
Keesokan harinya . . . .
(semua masuk ke arena)
Raja : Selamat pagi semuanya! Apakah kalian siap mengikuti kompetisi kedua?
Cinderella & Irakus : Ya, kami siap.
Raja : Kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit baju untuk Pangeran resmi dibuka. Tepuk tangan! (semua tepuk tangan) Peraturannya sangat mudah. Kalian harus membuat sebuah baju untuk Pangeran dalam waktu satu malam. Baju yang kalian buat harus diserahkan besok pagi sebelum kompetisi ketiga dimulai. Kalian mengerti dengan peraturannya?
Cinderella & Irakus : Mengerti, Yang Mulia.
Raja : Sekarang, kalian bisa memulai pembuatan baju kalian.
Cinderella : Baiklah Yang Mulia, kami berdua pamit sekarang.
(Cinderella & Putri Irakus pergi meniggalkan arena disusul dengan Raja)
Malamnya, Cinderella mulai menjahit.
(Cinderella masuk membawa kain dan berpura-pura menjahit, kemudian pengawal masuk).
Pengawal : Nona Cinderella. Anda dipanggil untuk menghadap Paduka Raja.
Cinderella : Oh, baiklah kalau begitu.
(Cinderella dan Pengawal meninggalkan arena, kemudian datang Putri Irakus)
Putri Irakus : (datang lalu merobek pakaian buatan Cinderella) Dengan begini. Kau pasti kalah, Cinderella. Ha ha ha ha! (meninggalkan arena, kemudian beberapa detik kemudian Cinderella datang).
Cinderella : Tidak! Siapa yang berani melakukan ini? (mengambil kain yang telah dirobek) Aduh, pasti aku akan kalah dalam kompetisi kedua ini. Apa yang harus kulakukan? (menangis, kemudian keluar arena)
Keesokan harinya . . . .
(Raja, Pangeran, Ratu, & Pengawal masuk)
Raja: Akhirnya tiba saatnya untuk penentuan pemenang dari kompetisi kedua ini. Kepada Putri Irakus, silahkan masuk dan memperlihatkan baju buatannya.
(Putri Irakus masuk sambil memperlihatkan baju buatannya)
Putri Irakus : Ini Yang Mulia. Ini adalah baju yang saya buat.
Raja: Cukup bagus. Kalau boleh tahu, apa bahan yang kau pakai untuk membuat baju ini?
Putri Irakus : Baju ini dibuat dari berbagai macam kulit. Kulit unta, kulit pisang, kulit domba, kulit gajah, kulit cheetah, dan tak lupa juga ditambahkan dengan kulit kodok.
Pangeran : Wow! Unik sekali!
Ratu : Tentu saja! Siapa dulu yang membuatnya? Putri Irakus . . . .
Raja : Sekarang, tiba giliran Cinderella. Cinderella, saatnya kau masuk dan membawa baju buatanmu.
Satu jam kemudian . . .
(Cinderella tidak muncul-muncul)
Dua jam kemudian . . . .
(Cinderella tidak muncul juga)
Raja: Kemana sih Cinderella itu? Kok belum muncul-muncul. Pengawal! Cari Cinderella!
Pengawal: Baik (kemudian keluar arena)
Putri Irakus : Mungkin dia belum menyelesaikan baju buatannya. Atau mungkin dia sama sekali tidak bisa menjahit.
Raja : Tunggu dulu! Pengawal kita kan sedang mencari dia. Pliss deh! Tunggu bentar donk ah!
Beberapa menit kemudian . . . .
Cinderella : (datang tergesa-gesa dan pengawal menyusul di belakang Cinderella) Yang Mulia, maaf…saya terlambat.
Raja: Dari mana saja kamu Cinderella? Kami sudah menunggu kamu, Cinderella.
Cinderella: Begini yang mulia, seseorang telah merobek baju yang saya buat untuk Pangeran.
Ratu : Alaah! Paling itu cuma alasan kamu saja.
Cinderella : Tidak! Semua itu benar! Ini buktinya.
(menunjukan baju robek ke raja dan kemudian ke penonton)
Ratu : Alah! Paling kamu yang merobek baju itu.
Cinderella : Tidak! Itu tidak benar! Sumpah!
Raja : Sudahlah! Lagipula kita sudah bisa melihat siapa pemenangnya. Jadi skor sementara satu sama.
(Putri Irakus dan Ratu terlihat girang)
Cinderella : Tapi, Yang Mulia . . . .
Pangeran : Sudahlah Cinderella. (memegang pundak Cinderella) Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur tidak bisa menjadi nasi lagi. Lagipula masih ada kompetisi ketiga. Jadi, kau masih punya kesempatan untuk mengalahkan Irakus.
Putri Irakus : Oh ya! Tempo hari, Yang Mulia bilang kompetisi ketiga masih dirahasiakan. Kalau begitu, apa kompetisi ketiganya, Yang Mulia?
Raja : Kompetisi yang ketiga adalah . . . . kompetisi mendandani pengawal kerajaan!
Semua : Hah? Mendandani pengawal kerajaan?
Ratu : Tapi, Baginda. Semua pegawai sakit cacar ayam, kecuali pengawal yang satu ini.
Raja : Oh, iya juga ya. Dari Minggu kemarin mereka sakit yah. Berarti kurang satu orang lagi. (berfikir sejenak lalu berkeliling melihat penonton lalu berbalik dan menunjuk narator) Bagaimana kalau Narator saja yang jadi sukarelawannya?
Semua : Setuju!
Raja : Narator! Ayo sini!
(Narator menghampiri Raja)
Raja : Pengawal! Siapkan kursi dan alat kecantikannya!
Pengawal : Baik, Yang Mulia.
(Pengawal menyiapkan kursi & alat kecantikan. Lalu Pengawal dan Narator duduk di kursi)
Raja : Sekarang kalian boleh memulai mendandani pengawal dan narator dan waktu kalian adalah 137,87 detik dari sekarang!
(Cinderella dan Putri Irakus mendandani pengawal dan narator)
Ratu: Ayo! Cepat! Cepat!
Putri Irakus : Iya! Iya!
Raja: Waktu habis!
(Cinderella dan Putri Irakus berhenti mendandani Pengawal dan Narator)
Raja: (melihat-lihat muka narator dan pengawal) Wow! Aku kan menyuruhmu mendandani pengawal ini supaya cantik? Bukan menyulapnya menjadi seperti badut!
Putri Irakus: Ma . . . maaf, Yang Mulia. Ini semua gara-gara Ratu yang mengesa-gesa saya mendandani pengawal.
Ratu : Aeh-aeh! Kenapa kau jadi menyalahkan Ratu?
Putri Irakus : Emang salah Ratu kok!
Ratu : Salah gimana maksud lho? Kok kamu jadi nyalahin Ratu sih? Dasar tidak tahu terima kasih! Aku kan sudah membantumu untuk membuat Cinderella kalah! Lagipula, merobek baju itu ideku! (terdiam sejenak) Ups…
Semua : Ooo…
Raja : Jadi, kalian yang merobek baju Cinderella itu?
Ratu : Bukan aku! Itu Putri Irakus! (menunjuk Putri Irakus)
Putri Irakus: Tapi itu kan ide Ratu!
Raja : Sudah-sudah! Jadi saya putuskan yang akan menikah dengan Pangeran adalah . . . . Cinderella!
Putri Irakus : Tidak!
(Pengawal menyeret Putri Irakus pergi)
Ratu : Dengan sangat berat hati, aku terima kau jadi menantuku, Cinderella.
Pangeran : Akhirnya kita bisa bersatu, Cinderella.
Cinderella: Iya. Pangeran.
(Ratu & Raja meninggalkan arena)
Pangeran: Kita bisa memulai hidup baru tanpa ada yang menggangu. Aku . . . .mencintaimu.
Cinderella: I love you too.
Akhirnya, setelah berbagai macam kompetisi dijalani, Cinderella dapat bersatu dengan Pangeran. Mereka pun hidup bahagia selamanya . . . .
Pada saat itu, Sang Ratu mengadakan acara pesta dansa untuk mencari jodoh untuk Pangeran. Cinderella ingin sekali pergi ke pesta itu, namun ibu dan saudara tirinya tidak menijinkannya. Tapi dengan bantuan peri, Cinderella bisa pergi ke pesta itu dengan syarat kembali ke rumah sebelum jam 12 malam karena setelah jam 12 malam keajaiban itu akan hilang.
Setelah jam 12 malam, Cinderella meninggalkan istana. Namun, tanpa sengaja, dia meninggalkan sepatu bot kesayangannya. Pangeran yang sudah jatuh hati padanya, mengadakan sayembara barang siapa yang ukuran kakinya pas dengan sepatu bot istimewa tersebut, akan menikah dengannya.
Ketika Cinderella mencoba sepatu bot istimewa tersebut, ternyata cocok dan Cinderella juga mempunyai pasangan sepatu bot yang lain. Pangeran pun langsung melamar Cinderella. Setelah itu, Pangeran membawa Cinderella ke istana. Namun, cerita itu belum selesai.
Ketika Sang Pangeran membawa Cinderella ke istana . . . .
(Di arena sudah ada Ratu dan Putri Irakus yang sedang duduk di kursi. Cinderella dan Pangeran masuk ke arena)
Ratu : (berdiri lalu menunjuk Cinderella) Siapa perempuan ini, Pangeran?
Pangeran : Ini adalah wanita yang akan menjadi istriku.
Ratu : Kau yakin memilih wanita seperti ini?
Pangeran : Ya, kami sudah saling mencintai. (Cinderella dan Pangeran saling bertatap muka, berpegangan tangan, dan tersenyum.)
Ratu : Apa? Kau pilih perempuan seperti ini yang tampang pembantu? Apa kata Bu Nia?
Cinderella : Apa kata dunia, Ratu.
Ratu : Ya. Itu maksudku.
Pangeran : Walaupun penampilannya seperti pembantu, tapi hatinya seperti emas 24 karat.
Ratu : Kau bilang hatinya seperti emas karatan? Tapi Pangeran. Bunda sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu Pangeran. Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Pangeran : Tapi Bunda . . . .
Ratu : Dia adalah wanita yang sangat cantik. Lagipula dia adalah wanita yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Apabila kerajaan kita bersatu dengan Kerajaan Jatuh Bangun, akan menjadi kerajaan yang sangat besaaar.
Pangeran : Tapi aku sangat mencintainya, Bunda.
Ratu : Tidak boleh! Pokoknya kau harus menikah dengan Putri Irakus.
Pangeran : Hah? Irakus? Nama yang aneh. Tapi aku tetap tidak mau.
Ratu : Harus mau!
Pangeran : Tidak mau!
Ratu : Pokoknya harus!
Pangeran : Gak mau!
Ratu : Harus!
Pangeran : Mau. Eh tidak mau!
Ratu : Dasar anak durhaka kau!
Pangeran : Lho, kok jadi kaya Malin Kundang?
Ratu : Kurang ajar kau! Sudah membantah perintah orang tua! (Ratu hampir menampar Pangeran)
Raja : (masuk ke arena) Stop..!! Ada apa ini? Siapa perempuan itu? (menunjuk Cinderella)
Pangeran : Ini adalah calon istriku, Ayahanda.
Raja : Oh, ini calon istrimu. Jadi perempuan ini yang memenangkan sayembara sepatu bot itu.(sambil melirik sepatu bot yang dipakai Cinderella)
Pangeran : Iya, Ayahanda. Dia bahkan mempunyai pasangan sepatu bot yang lainnya.
Ratu: Tapi aku sudah menemukan jodoh buat Pangeran! Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Raja :Ya sudah. Itu terserah Pangeran saja!
Ratu : Tapi, Raja. Aku tidak setuju dengan keputusanmu. Masa Pangeran menikah sama pembantu seperti itu. Jangan gila donk!
Raja : (berfikir sejenak) Ya. Sudah. Bagaimana kalau kita adakan suatu kompetisi?
Putri Irakus : (berdiri) Kompetisi seperti apa, Yang Mulia?
Raja : Kalau kau menang dalam kompetisi itu, kau yang akan menikahi Pangeran. Kalau perempuan itu yang menang, dia yang akan menikah dengan Pangeran. Ada yang tidak setuju dengan kuputusanku?
Ratu : Lagi-lagi kau memberikan keputusan yang aneh! Setelah kau dan Pangeran mengadakan sayembara sepatu bot aneh itu!
Putri Irakus : Baiklah kalau begitu, saya terima, Yang Mulia.
Ratu : Apa? Kau terima tantangan aneh itu?(marah)
Putri Irakus : Sudahlah Bibi. Saya bisa bersaing secara sportif.
Ratu : Apa?? Kau panggil aku Bibi? Memangnya aku bibimu apa? (semakin marah)
Putri Irakus : Oh! Maksudku Ibunda Ratu. Lagipula saya yakin saya bisa mengalahkan perempuan itu.
Cinderella : (mengacungkan tangan)
Raja : Ada apa, Nona? Kau tidak setuju dengan keputusanku?
Cinderella : Saya setuju dengan keputusan Yang Mulia.
Raja : Lalu, kenapa kau mengacungkan tangan?
Cinderella : Sebenarnya, saya keberatan dipanggil dengan sebutan perempuan itu. Saya kan juga punya nama.
Raja : Oh ya. Kau belum memperkenalkan diri. Siapa namamu?
Cinderella : Namaku Cinderella.
Ratu : Cinderella? Gadis cerobong asap. Nama yang paling aneh yang pernah kudengar. Lihat dirimu! Kau memang pantas mendapatkan nama itu!
Cinderella : Sebenarnya itu cuma nama panggilanku saja. Nama itu diberikan oleh ibu dan saudara-saudara tiriku yang selalu jahat padaku.
Ratu : Alaah! Pake curhat segala!
Raja : Kalau begitu, siapa nama aslimu?
Cinderella : Tapi, nama asliku terlalu panjang.
Raja : Sebutkan saja
Cinderella : Nama asliku adalah Mocu Claudia Abraba Bella Sintia Cornelius Protectus Alfonso Equil Da Barbara Margaretha.
Putri Irakus: Tapi, namaku juga tidak kalah panjangnya dengan Cinderella. Aku bisa menyebutkannya sekarang.
Raja: Stop! Kenapa kita jadi mempeributkan nama?
(semua terdiam sejenak)
Raja: Bagaimana denganmu, Pangeran? Kau setuju?
Pangeran: Apapun keputusan Ayahanda, aku setuju.
Ratu: Apa? Kau terima juga keputusan aneh itu? Sedangkan kau membantah perintahku?
Raja: Oke! Kalau begitu, kompetisi dimulai besok pagi pukul 9.00 sampai dengan selesai.
Ratu: Tapi, kompetisi seperti apa baginda?
Raja: Ada tiga kompetisi yang akan digelar yaitu:
1). Kompetisi memasak
2). Kompetisi menjahit
3). Kompetisi yang masih dirahasiakan
Kalian siap?
Cinderella & P. Irakus : Siap, Yang Mulia.
Raja : Ya sudah. Ku tunggu besok ya. Dah! (meninggalkan arena kemudian disusul dengan  Cinderella dan Pangeran sambil bergandengan tangan)
Ratu : Kita harus menyusun rencana supaya Cinderella kalah dalam kompetisi itu.
Putri Irakus : Ya, I agree with you.
Ratu : Sini, saya bisikin.
Putri Irakus : Ih… Geli!
Ratu: Mau gak?
Putri Irakus : Iya, iya.
Putri Irakus: Itu ide berlian!
Ratu: Brilian.
Putri Irakus : Ya. Itu maksudku.
Ratu & Putri Irakus : Ha ha ha ha ha . . . .
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena).
Keesokan harinya . . . .
(Semua masuk arena)
Raja: Kalian sudah siap melaksanakan kompetisi pertama?
Cinderella & P. Irakus : Ya iyalah . . . .
Raja : Pengawal! Siapkan bahan & alat-alat masaknya!
Pengawal : Baik Baginda.
(Pengawal menyiapkan alat-alat masak)
Raja : Kompetisi pertama yaitu kompetisi memasak resmi dibuka. Tepuk tangan!
(Raja, Ratu, dan Pangeran duduk di ruang makan, sementara Cinderella dan Putri Irakus sibuk memasak.)
Raja : Kira-kira, siapa yang akan menang?
Ratu : Pasti putri Irakus yang akan menang.
Pangeran : Yakin banget sih!
Ratu : Suka-suka gue donk!
Raja : Sudah-sudah! Jangan bertengkar! Lihat saja nanti!
Sementara itu di dapur . . . .
Cinderella : Putri Irakus, aku titip masakanku dulu ya. Aku mau ke belakang dulu.
Putri Irakus: Tenang saja! Masakanmu aman kok!
Ternyata, Putri Irakus mempunyai niat jahat. Dia menaburkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones pada masakan Cinderella supaya rasa masakan Cinderella menjadi tidak karuan. Namun, tanpa sengaja, putri Irakus lupa menaburkan garam ke masakannya sendiri.
(Cinderella masuk lagi ke dapur).
Cinderella : Terima kasih, ya. Sudah menunggu masakanku.
Putri Irakus : Sama-sama. Oh ya, tadi ada 3 ekor lalat hinggap di adonan masakanmu lho. Tapi, sudah kuusir jauh-jauh.
Cinderella : Terima kasih very much.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Cinderella dan putri Irakus telah selesai mamasak masakan mereka. Akhirnya tiba penilaian masakan Cinderella dan Putri Irakus.
(Cinderella dan Putri Irakus keluar dari dapur dan membawa masakan mereka masing masing ke ruang makan)
Cinderella : Selamat Menikmati, Yang Mulia.
Raja : Terima kasih. (Mencicipi masakan Cinderella) Emm . . . . Masakanmu enak sekali. Coba kau cicipi Pangeran!
Pangeran: Emm . . . . Ini adalah masakan yang paling enak dari semua masakan yang pernah kucoba.
Putri Irakus : Tidak mungkin! Masakanku jauh lebih enak. Kalau tidak percaya, cicipi saja!
(Semua mencicipi masakan Putri Irakus)
Ratu : Dia benar! Masakan Putri Irakus lebih enak daripada masakan Cinderella.(berpura-pura)
Raja : Istriku. Apa kau mempunyai masalah dengan indera perasamu? Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya. Kau bilang masakan ini enak?
Pangeran : Iya. Ayahanda benar. Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya.
Ratu: Euh . . .
Raja: Baiklah. Sudah kuputuskan. Bahwa pemenang dari kompetisi ini adalah . . . . Cinderella!! Jadi, skor sementara 1-0 untuk Cinderella. Tepuk tangan untuk Cinderella!
Raja : Selamat ya Cinderella.
Cinderella: Terima kasih.
Raja : Saya tunggu kalian besok jam 9.00 pagi untuk kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit.
(Raja meninggalkan arena. Kemudian disusul oleh Pangeran dan Cinderella)
Ratu : Irakus! Kamu sengaja ya? Kenapa masakan Cinderella jadi enak sementara masakanmu sama sekali tidak ada rasanya? (marah)
Putri Irakus : Ampun, Nyai Ratu. Saya . . . .
Ratu: Apa?? Kau panggil aku Nyai? Setelah kau menyebutku Bibi?(semakin marah)
Putri Irakus :Maksudku Ibunda Ratu. Saya sudah memasukkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones dalam adonan masakan Cinderella supaya masakan Cinderella tidak karuan. Tapi, entah mengapa masakan Cinderella justru menjadi enak.
Ratu : Dasar tulol! Itu sih sama dengan membantu membumbui masakan Cinderella! Harusnya kau tambahkan cuka yang banyak atau kotoran unta dari Timur Tengah sekalian!
Putri Irakus : Maafkan saya, Bibi. Eh, maksudku Ibunda Ratu.
Ratu : Ya, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Sekarang, kita susun rencana baru untuk kompetisi selanjutnya.
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena dan pengawal datang membersihkan ruangan)
Keesokan harinya . . . .
(semua masuk ke arena)
Raja : Selamat pagi semuanya! Apakah kalian siap mengikuti kompetisi kedua?
Cinderella & Irakus : Ya, kami siap.
Raja : Kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit baju untuk Pangeran resmi dibuka. Tepuk tangan! (semua tepuk tangan) Peraturannya sangat mudah. Kalian harus membuat sebuah baju untuk Pangeran dalam waktu satu malam. Baju yang kalian buat harus diserahkan besok pagi sebelum kompetisi ketiga dimulai. Kalian mengerti dengan peraturannya?
Cinderella & Irakus : Mengerti, Yang Mulia.
Raja : Sekarang, kalian bisa memulai pembuatan baju kalian.
Cinderella : Baiklah Yang Mulia, kami berdua pamit sekarang.
(Cinderella & Putri Irakus pergi meniggalkan arena disusul dengan Raja)
Malamnya, Cinderella mulai menjahit.
(Cinderella masuk membawa kain dan berpura-pura menjahit, kemudian pengawal masuk).
Pengawal : Nona Cinderella. Anda dipanggil untuk menghadap Paduka Raja.
Cinderella : Oh, baiklah kalau begitu.
(Cinderella dan Pengawal meninggalkan arena, kemudian datang Putri Irakus)
Putri Irakus : (datang lalu merobek pakaian buatan Cinderella) Dengan begini. Kau pasti kalah, Cinderella. Ha ha ha ha! (meninggalkan arena, kemudian beberapa detik kemudian Cinderella datang).
Cinderella : Tidak! Siapa yang berani melakukan ini? (mengambil kain yang telah dirobek) Aduh, pasti aku akan kalah dalam kompetisi kedua ini. Apa yang harus kulakukan? (menangis, kemudian keluar arena)
Keesokan harinya . . . .
(Raja, Pangeran, Ratu, & Pengawal masuk)
Raja: Akhirnya tiba saatnya untuk penentuan pemenang dari kompetisi kedua ini. Kepada Putri Irakus, silahkan masuk dan memperlihatkan baju buatannya.
(Putri Irakus masuk sambil memperlihatkan baju buatannya)
Putri Irakus : Ini Yang Mulia. Ini adalah baju yang saya buat.
Raja: Cukup bagus. Kalau boleh tahu, apa bahan yang kau pakai untuk membuat baju ini?
Putri Irakus : Baju ini dibuat dari berbagai macam kulit. Kulit unta, kulit pisang, kulit domba, kulit gajah, kulit cheetah, dan tak lupa juga ditambahkan dengan kulit kodok.
Pangeran : Wow! Unik sekali!
Ratu : Tentu saja! Siapa dulu yang membuatnya? Putri Irakus . . . .
Raja : Sekarang, tiba giliran Cinderella. Cinderella, saatnya kau masuk dan membawa baju buatanmu.
Satu jam kemudian . . .
(Cinderella tidak muncul-muncul)
Dua jam kemudian . . . .
(Cinderella tidak muncul juga)
Raja: Kemana sih Cinderella itu? Kok belum muncul-muncul. Pengawal! Cari Cinderella!
Pengawal: Baik (kemudian keluar arena)
Putri Irakus : Mungkin dia belum menyelesaikan baju buatannya. Atau mungkin dia sama sekali tidak bisa menjahit.
Raja : Tunggu dulu! Pengawal kita kan sedang mencari dia. Pliss deh! Tunggu bentar donk ah!
Beberapa menit kemudian . . . .
Cinderella : (datang tergesa-gesa dan pengawal menyusul di belakang Cinderella) Yang Mulia, maaf…saya terlambat.
Raja: Dari mana saja kamu Cinderella? Kami sudah menunggu kamu, Cinderella.
Cinderella: Begini yang mulia, seseorang telah merobek baju yang saya buat untuk Pangeran.
Ratu : Alaah! Paling itu cuma alasan kamu saja.
Cinderella : Tidak! Semua itu benar! Ini buktinya.
(menunjukan baju robek ke raja dan kemudian ke penonton)
Ratu : Alah! Paling kamu yang merobek baju itu.
Cinderella : Tidak! Itu tidak benar! Sumpah!
Raja : Sudahlah! Lagipula kita sudah bisa melihat siapa pemenangnya. Jadi skor sementara satu sama.
(Putri Irakus dan Ratu terlihat girang)
Cinderella : Tapi, Yang Mulia . . . .
Pangeran : Sudahlah Cinderella. (memegang pundak Cinderella) Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur tidak bisa menjadi nasi lagi. Lagipula masih ada kompetisi ketiga. Jadi, kau masih punya kesempatan untuk mengalahkan Irakus.
Putri Irakus : Oh ya! Tempo hari, Yang Mulia bilang kompetisi ketiga masih dirahasiakan. Kalau begitu, apa kompetisi ketiganya, Yang Mulia?
Raja : Kompetisi yang ketiga adalah . . . . kompetisi mendandani pengawal kerajaan!
Semua : Hah? Mendandani pengawal kerajaan?
Ratu : Tapi, Baginda. Semua pegawai sakit cacar ayam, kecuali pengawal yang satu ini.
Raja : Oh, iya juga ya. Dari Minggu kemarin mereka sakit yah. Berarti kurang satu orang lagi. (berfikir sejenak lalu berkeliling melihat penonton lalu berbalik dan menunjuk narator) Bagaimana kalau Narator saja yang jadi sukarelawannya?
Semua : Setuju!
Raja : Narator! Ayo sini!
(Narator menghampiri Raja)
Raja : Pengawal! Siapkan kursi dan alat kecantikannya!
Pengawal : Baik, Yang Mulia.
(Pengawal menyiapkan kursi & alat kecantikan. Lalu Pengawal dan Narator duduk di kursi)
Raja : Sekarang kalian boleh memulai mendandani pengawal dan narator dan waktu kalian adalah 137,87 detik dari sekarang!
(Cinderella dan Putri Irakus mendandani pengawal dan narator)
Ratu: Ayo! Cepat! Cepat!
Putri Irakus : Iya! Iya!
Raja: Waktu habis!
(Cinderella dan Putri Irakus berhenti mendandani Pengawal dan Narator)
Raja: (melihat-lihat muka narator dan pengawal) Wow! Aku kan menyuruhmu mendandani pengawal ini supaya cantik? Bukan menyulapnya menjadi seperti badut!
Putri Irakus: Ma . . . maaf, Yang Mulia. Ini semua gara-gara Ratu yang mengesa-gesa saya mendandani pengawal.
Ratu : Aeh-aeh! Kenapa kau jadi menyalahkan Ratu?
Putri Irakus : Emang salah Ratu kok!
Ratu : Salah gimana maksud lho? Kok kamu jadi nyalahin Ratu sih? Dasar tidak tahu terima kasih! Aku kan sudah membantumu untuk membuat Cinderella kalah! Lagipula, merobek baju itu ideku! (terdiam sejenak) Ups…
Semua : Ooo…
Raja : Jadi, kalian yang merobek baju Cinderella itu?
Ratu : Bukan aku! Itu Putri Irakus! (menunjuk Putri Irakus)
Putri Irakus: Tapi itu kan ide Ratu!
Raja : Sudah-sudah! Jadi saya putuskan yang akan menikah dengan Pangeran adalah . . . . Cinderella!
Putri Irakus : Tidak!
(Pengawal menyeret Putri Irakus pergi)
Ratu : Dengan sangat berat hati, aku terima kau jadi menantuku, Cinderella.
Pangeran : Akhirnya kita bisa bersatu, Cinderella.
Cinderella: Iya. Pangeran.
(Ratu & Raja meninggalkan arena)
Pangeran: Kita bisa memulai hidup baru tanpa ada yang menggangu. Aku . . . .mencintaimu.
Cinderella: I love you too.
Akhirnya, setelah berbagai macam kompetisi dijalani, Cinderella dapat bersatu dengan Pangeran. Mereka pun hidup bahagia selamanya . . . .
Naskah Drama: Cinderella Part Two – Cinderella dan Putri Irakus
30 Agustus, 2008 oleh fauzzzblog
Cinderella adalah seorang gadis yang cantik jelita. Namun, dia kehilangan orang yang sangat dicintainya yaitu ibunya. Ketika ayahnya menikah dan pergi meninggalkannya, hidupnya semakin menderita. Dia selalu diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan saudara tirinya.
Pada saat itu, Sang Ratu mengadakan acara pesta dansa untuk mencari jodoh untuk Pangeran. Cinderella ingin sekali pergi ke pesta itu, namun ibu dan saudara tirinya tidak menijinkannya. Tapi dengan bantuan peri, Cinderella bisa pergi ke pesta itu dengan syarat kembali ke rumah sebelum jam 12 malam karena setelah jam 12 malam keajaiban itu akan hilang.
Setelah jam 12 malam, Cinderella meninggalkan istana. Namun, tanpa sengaja, dia meninggalkan sepatu bot kesayangannya. Pangeran yang sudah jatuh hati padanya, mengadakan sayembara barang siapa yang ukuran kakinya pas dengan sepatu bot istimewa tersebut, akan menikah dengannya.
Ketika Cinderella mencoba sepatu bot istimewa tersebut, ternyata cocok dan Cinderella juga mempunyai pasangan sepatu bot yang lain. Pangeran pun langsung melamar Cinderella. Setelah itu, Pangeran membawa Cinderella ke istana. Namun, cerita itu belum selesai.
Ketika Sang Pangeran membawa Cinderella ke istana . . . .
(Di arena sudah ada Ratu dan Putri Irakus yang sedang duduk di kursi. Cinderella dan Pangeran masuk ke arena)
Ratu : (berdiri lalu menunjuk Cinderella) Siapa perempuan ini, Pangeran?
Pangeran : Ini adalah wanita yang akan menjadi istriku.
Ratu : Kau yakin memilih wanita seperti ini?
Pangeran : Ya, kami sudah saling mencintai. (Cinderella dan Pangeran saling bertatap muka, berpegangan tangan, dan tersenyum.)
Ratu : Apa? Kau pilih perempuan seperti ini yang tampang pembantu? Apa kata Bu Nia?
Cinderella: Apa kata dunia, Ratu.
Ratu : Ya. Itu maksudku.
Pangeran: Walaupun penampilannya seperti pembantu, tapi hatinya seperti emas 24 karat.
Ratu: Kau bilang hatinya seperti emas karatan? Tapi Pangeran. Bunda sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu Pangeran. Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Pangeran: Tapi Bunda . . . .
Ratu: Dia adalah wanita yang sangat cantik. Lagipula dia adalah wanita yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Apabila kerajaan kita bersatu dengan Kerajaan Jatuh Bangun, akan menjadi kerajaan yang sangat besaaar.
Pangeran: Tapi aku sangat mencintainya, Bunda.
Ratu : Tidak boleh! Pokoknya kau harus menikah dengan Putri Irakus.
Pangeran : Hah? Irakus? Nama yang aneh. Tapi aku tetap tidak mau.
Ratu : Harus mau!
Pangeran : Tidak mau!
Ratu : Pokoknya harus!
Pangeran : Gak mau!
Ratu : Harus!
Pangeran : Mau. Eh tidak mau!
Ratu : Dasar anak durhaka kau!
Pangeran : Lho, kok jadi kaya Malin Kundang?
Ratu: Kurang ajar kau! Sudah membantah perintah orang tua! (Ratu hampir menampar Pangeran)
Raja : (masuk ke arena) Stop..!! Ada apa ini? Siapa perempuan itu? (menunjuk Cinderella)
Pangeran : Ini adalah calon istriku, Ayahanda.
Raja : Oh, ini calon istrimu. Jadi perempuan ini yang memenangkan sayembara sepatu bot itu.(sambil melirik sepatu bot yang dipakai Cinderella)
Pangeran : Iya, Ayahanda. Dia bahkan mempunyai pasangan sepatu bot yang lainnya.
Ratu: Tapi aku sudah menemukan jodoh buat Pangeran! Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Raja :Ya sudah. Itu terserah Pangeran saja!
Ratu : Tapi, Raja. Aku tidak setuju dengan keputusanmu. Masa Pangeran menikah sama pembantu seperti itu. Jangan gila donk!
Raja : (berfikir sejenak) Ya. Sudah. Bagaimana kalau kita adakan suatu kompetisi?
Putri Irakus : (berdiri) Kompetisi seperti apa, Yang Mulia?
Raja : Kalau kau menang dalam kompetisi itu, kau yang akan menikahi Pangeran. Kalau perempuan itu yang menang, dia yang akan menikah dengan Pangeran. Ada yang tidak setuju dengan kuputusanku?
Ratu : Lagi-lagi kau memberikan keputusan yang aneh! Setelah kau dan Pangeran mengadakan sayembara sepatu bot aneh itu!
Putri Irakus : Baiklah kalau begitu, saya terima, Yang Mulia.
Ratu : Apa? Kau terima tantangan aneh itu?(marah)
Putri Irakus : Sudahlah Bibi. Saya bisa bersaing secara sportif.
Ratu : Apa?? Kau panggil aku Bibi? Memangnya aku bibimu apa? (semakin marah)
Putri Irakus : Oh! Maksudku Ibunda Ratu. Lagipula saya yakin saya bisa mengalahkan perempuan itu.
Cinderella : (mengacungkan tangan)
Raja : Ada apa, Nona? Kau tidak setuju dengan keputusanku?
Cinderella : Saya setuju dengan keputusan Yang Mulia.
Raja : Lalu, kenapa kau mengacungkan tangan?
Cinderella : Sebenarnya, saya keberatan dipanggil dengan sebutan perempuan itu. Saya kan juga punya nama.
Raja : Oh ya. Kau belum memperkenalkan diri. Siapa namamu?
Cinderella : Namaku Cinderella.
Ratu : Cinderella? Gadis cerobong asap. Nama yang paling aneh yang pernah kudengar. Lihat dirimu! Kau memang pantas mendapatkan nama itu!
Cinderella : Sebenarnya itu cuma nama panggilanku saja. Nama itu diberikan oleh ibu dan saudara-saudara tiriku yang selalu jahat padaku.
Ratu : Alaah! Pake curhat segala!
Raja : Kalau begitu, siapa nama aslimu?
Cinderella : Tapi, nama asliku terlalu panjang.
Raja : Sebutkan saja
Cinderella : Nama asliku adalah Mocu Claudia Abraba Bella Sintia Cornelius Protectus Alfonso Equil Da Barbara Margaretha.
Putri Irakus: Tapi, namaku juga tidak kalah panjangnya dengan Cinderella. Aku bisa menyebutkannya sekarang.
Raja: Stop! Kenapa kita jadi mempeributkan nama?
(semua terdiam sejenak)
Raja: Bagaimana denganmu, Pangeran? Kau setuju?
Pangeran: Apapun keputusan Ayahanda, aku setuju.
Ratu: Apa? Kau terima juga keputusan aneh itu? Sedangkan kau membantah perintahku?
Raja: Oke! Kalau begitu, kompetisi dimulai besok pagi pukul 9.00 sampai dengan selesai.
Ratu: Tapi, kompetisi seperti apa baginda?
Raja: Ada tiga kompetisi yang akan digelar yaitu:
1). Kompetisi memasak
2). Kompetisi menjahit
3). Kompetisi yang masih dirahasiakan
Kalian siap?
Cinderella & P. Irakus : Siap, Yang Mulia.
Raja : Ya sudah. Ku tunggu besok ya. Dah! (meninggalkan arena kemudian disusul dengan  Cinderella dan Pangeran sambil bergandengan tangan)
Ratu : Kita harus menyusun rencana supaya Cinderella kalah dalam kompetisi itu.
Putri Irakus : Ya, I agree with you.
Ratu : Sini, saya bisikin.
Putri Irakus : Ih… Geli!
Ratu: Mau gak?
Putri Irakus : Iya, iya.
Putri Irakus: Itu ide berlian!
Ratu: Brilian.
Putri Irakus : Ya. Itu maksudku.
Ratu & Putri Irakus : Ha ha ha ha ha . . . .
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena).
Keesokan harinya . . . .
(Semua masuk arena)
Raja: Kalian sudah siap melaksanakan kompetisi pertama?
Cinderella & P. Irakus : Ya iyalah . . . .
Raja : Pengawal! Siapkan bahan & alat-alat masaknya!
Pengawal : Baik Baginda.
(Pengawal menyiapkan alat-alat masak)
Raja : Kompetisi pertama yaitu kompetisi memasak resmi dibuka. Tepuk tangan!
(Raja, Ratu, dan Pangeran duduk di ruang makan, sementara Cinderella dan Putri Irakus sibuk memasak.)
Raja : Kira-kira, siapa yang akan menang?
Ratu : Pasti putri Irakus yang akan menang.
Pangeran : Yakin banget sih!
Ratu : Suka-suka gue donk!
Raja : Sudah-sudah! Jangan bertengkar! Lihat saja nanti!
Sementara itu di dapur . . . .
Cinderella : Putri Irakus, aku titip masakanku dulu ya. Aku mau ke belakang dulu.
Putri Irakus: Tenang saja! Masakanmu aman kok!
Ternyata, Putri Irakus mempunyai niat jahat. Dia menaburkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones pada masakan Cinderella supaya rasa masakan Cinderella menjadi tidak karuan. Namun, tanpa sengaja, putri Irakus lupa menaburkan garam ke masakannya sendiri.
(Cinderella masuk lagi ke dapur).
Cinderella : Terima kasih, ya. Sudah menunggu masakanku.
Putri Irakus : Sama-sama. Oh ya, tadi ada 3 ekor lalat hinggap di adonan masakanmu lho. Tapi, sudah kuusir jauh-jauh.
Cinderella : Terima kasih very much.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Cinderella dan putri Irakus telah selesai mamasak masakan mereka. Akhirnya tiba penilaian masakan Cinderella dan Putri Irakus.
(Cinderella dan Putri Irakus keluar dari dapur dan membawa masakan mereka masing masing ke ruang makan)
Cinderella : Selamat Menikmati, Yang Mulia.
Raja : Terima kasih. (Mencicipi masakan Cinderella) Emm . . . . Masakanmu enak sekali. Coba kau cicipi Pangeran!
Pangeran: Emm . . . . Ini adalah masakan yang paling enak dari semua masakan yang pernah kucoba.
Putri Irakus : Tidak mungkin! Masakanku jauh lebih enak. Kalau tidak percaya, cicipi saja!
(Semua mencicipi masakan Putri Irakus)
Ratu : Dia benar! Masakan Putri Irakus lebih enak daripada masakan Cinderella.(berpura-pura)
Raja : Istriku. Apa kau mempunyai masalah dengan indera perasamu? Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya. Kau bilang masakan ini enak?
Pangeran : Iya. Ayahanda benar. Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya.
Ratu: Euh . . .
Raja: Baiklah. Sudah kuputuskan. Bahwa pemenang dari kompetisi ini adalah . . . . Cinderella!! Jadi, skor sementara 1-0 untuk Cinderella. Tepuk tangan untuk Cinderella!
Raja : Selamat ya Cinderella.
Cinderella: Terima kasih.
Raja : Saya tunggu kalian besok jam 9.00 pagi untuk kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit.
(Raja meninggalkan arena. Kemudian disusul oleh Pangeran dan Cinderella)
Ratu : Irakus! Kamu sengaja ya? Kenapa masakan Cinderella jadi enak sementara masakanmu sama sekali tidak ada rasanya? (marah)
Putri Irakus : Ampun, Nyai Ratu. Saya . . . .
Ratu: Apa?? Kau panggil aku Nyai? Setelah kau menyebutku Bibi?(semakin marah)
Putri Irakus :Maksudku Ibunda Ratu. Saya sudah memasukkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones dalam adonan masakan Cinderella supaya masakan Cinderella tidak karuan. Tapi, entah mengapa masakan Cinderella justru menjadi enak.
Ratu : Dasar tulol! Itu sih sama dengan membantu membumbui masakan Cinderella! Harusnya kau tambahkan cuka yang banyak atau kotoran unta dari Timur Tengah sekalian!
Putri Irakus : Maafkan saya, Bibi. Eh, maksudku Ibunda Ratu.
Ratu : Ya, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Sekarang, kita susun rencana baru untuk kompetisi selanjutnya.
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena dan pengawal datang membersihkan ruangan)
Keesokan harinya . . . .
(semua masuk ke arena)
Raja : Selamat pagi semuanya! Apakah kalian siap mengikuti kompetisi kedua?
Cinderella & Irakus : Ya, kami siap.
Raja : Kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit baju untuk Pangeran resmi dibuka. Tepuk tangan! (semua tepuk tangan) Peraturannya sangat mudah. Kalian harus membuat sebuah baju untuk Pangeran dalam waktu satu malam. Baju yang kalian buat harus diserahkan besok pagi sebelum kompetisi ketiga dimulai. Kalian mengerti dengan peraturannya?
Cinderella & Irakus : Mengerti, Yang Mulia.
Raja : Sekarang, kalian bisa memulai pembuatan baju kalian.
Cinderella : Baiklah Yang Mulia, kami berdua pamit sekarang.
(Cinderella & Putri Irakus pergi meniggalkan arena disusul dengan Raja)
Malamnya, Cinderella mulai menjahit.
(Cinderella masuk membawa kain dan berpura-pura menjahit, kemudian pengawal masuk).
Pengawal : Nona Cinderella. Anda dipanggil untuk menghadap Paduka Raja.
Cinderella : Oh, baiklah kalau begitu.
(Cinderella dan Pengawal meninggalkan arena, kemudian datang Putri Irakus)
Putri Irakus : (datang lalu merobek pakaian buatan Cinderella) Dengan begini. Kau pasti kalah, Cinderella. Ha ha ha ha! (meninggalkan arena, kemudian beberapa detik kemudian Cinderella datang).
Cinderella : Tidak! Siapa yang berani melakukan ini? (mengambil kain yang telah dirobek) Aduh, pasti aku akan kalah dalam kompetisi kedua ini. Apa yang harus kulakukan? (menangis, kemudian keluar arena)
Keesokan harinya . . . .
(Raja, Pangeran, Ratu, & Pengawal masuk)
Raja: Akhirnya tiba saatnya untuk penentuan pemenang dari kompetisi kedua ini. Kepada Putri Irakus, silahkan masuk dan memperlihatkan baju buatannya.
(Putri Irakus masuk sambil memperlihatkan baju buatannya)
Putri Irakus : Ini Yang Mulia. Ini adalah baju yang saya buat.
Raja: Cukup bagus. Kalau boleh tahu, apa bahan yang kau pakai untuk membuat baju ini?
Putri Irakus : Baju ini dibuat dari berbagai macam kulit. Kulit unta, kulit pisang, kulit domba, kulit gajah, kulit cheetah, dan tak lupa juga ditambahkan dengan kulit kodok.
Pangeran : Wow! Unik sekali!
Ratu : Tentu saja! Siapa dulu yang membuatnya? Putri Irakus . . . .
Raja : Sekarang, tiba giliran Cinderella. Cinderella, saatnya kau masuk dan membawa baju buatanmu.
Satu jam kemudian . . .
(Cinderella tidak muncul-muncul)
Dua jam kemudian . . . .
(Cinderella tidak muncul juga)
Raja: Kemana sih Cinderella itu? Kok belum muncul-muncul. Pengawal! Cari Cinderella!
Pengawal: Baik (kemudian keluar arena)
Putri Irakus : Mungkin dia belum menyelesaikan baju buatannya. Atau mungkin dia sama sekali tidak bisa menjahit.
Raja : Tunggu dulu! Pengawal kita kan sedang mencari dia. Pliss deh! Tunggu bentar donk ah!
Beberapa menit kemudian . . . .
Cinderella : (datang tergesa-gesa dan pengawal menyusul di belakang Cinderella) Yang Mulia, maaf…saya terlambat.
Raja: Dari mana saja kamu Cinderella? Kami sudah menunggu kamu, Cinderella.
Cinderella: Begini yang mulia, seseorang telah merobek baju yang saya buat untuk Pangeran.
Ratu : Alaah! Paling itu cuma alasan kamu saja.
Cinderella : Tidak! Semua itu benar! Ini buktinya.
(menunjukan baju robek ke raja dan kemudian ke penonton)
Ratu : Alah! Paling kamu yang merobek baju itu.
Cinderella : Tidak! Itu tidak benar! Sumpah!
Raja : Sudahlah! Lagipula kita sudah bisa melihat siapa pemenangnya. Jadi skor sementara satu sama.
(Putri Irakus dan Ratu terlihat girang)
Cinderella : Tapi, Yang Mulia . . . .
Pangeran : Sudahlah Cinderella. (memegang pundak Cinderella) Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur tidak bisa menjadi nasi lagi. Lagipula masih ada kompetisi ketiga. Jadi, kau masih punya kesempatan untuk mengalahkan Irakus.
Putri Irakus : Oh ya! Tempo hari, Yang Mulia bilang kompetisi ketiga masih dirahasiakan. Kalau begitu, apa kompetisi ketiganya, Yang Mulia?
Raja : Kompetisi yang ketiga adalah . . . . kompetisi mendandani pengawal kerajaan!
Semua : Hah? Mendandani pengawal kerajaan?
Ratu : Tapi, Baginda. Semua pegawai sakit cacar ayam, kecuali pengawal yang satu ini.
Raja : Oh, iya juga ya. Dari Minggu kemarin mereka sakit yah. Berarti kurang satu orang lagi. (berfikir sejenak lalu berkeliling melihat penonton lalu berbalik dan menunjuk narator) Bagaimana kalau Narator saja yang jadi sukarelawannya?
Semua : Setuju!
Raja : Narator! Ayo sini!
(Narator menghampiri Raja)
Raja : Pengawal! Siapkan kursi dan alat kecantikannya!
Pengawal : Baik, Yang Mulia.
(Pengawal menyiapkan kursi & alat kecantikan. Lalu Pengawal dan Narator duduk di kursi)
Raja : Sekarang kalian boleh memulai mendandani pengawal dan narator dan waktu kalian adalah 137,87 detik dari sekarang!
(Cinderella dan Putri Irakus mendandani pengawal dan narator)
Ratu: Ayo! Cepat! Cepat!
Putri Irakus : Iya! Iya!
Raja: Waktu habis!
(Cinderella dan Putri Irakus berhenti mendandani Pengawal dan Narator)
Raja: (melihat-lihat muka narator dan pengawal) Wow! Aku kan menyuruhmu mendandani pengawal ini supaya cantik? Bukan menyulapnya menjadi seperti badut!
Putri Irakus: Ma . . . maaf, Yang Mulia. Ini semua gara-gara Ratu yang mengesa-gesa saya mendandani pengawal.
Ratu : Aeh-aeh! Kenapa kau jadi menyalahkan Ratu?
Putri Irakus : Emang salah Ratu kok!
Ratu : Salah gimana maksud lho? Kok kamu jadi nyalahin Ratu sih? Dasar tidak tahu terima kasih! Aku kan sudah membantumu untuk membuat Cinderella kalah! Lagipula, merobek baju itu ideku! (terdiam sejenak) Ups…
Semua : Ooo…
Raja : Jadi, kalian yang merobek baju Cinderella itu?
Ratu : Bukan aku! Itu Putri Irakus! (menunjuk Putri Irakus)
Putri Irakus: Tapi itu kan ide Ratu!
Raja : Sudah-sudah! Jadi saya putuskan yang akan menikah dengan Pangeran adalah . . . . Cinderella!
Putri Irakus : Tidak!
(Pengawal menyeret Putri Irakus pergi)
Ratu : Dengan sangat berat hati, aku terima kau jadi menantuku, Cinderella.
Pangeran : Akhirnya kita bisa bersatu, Cinderella.
Cinderella: Iya. Pangeran.
(Ratu & Raja meninggalkan arena)
Pangeran: Kita bisa memulai hidup baru tanpa ada yang menggangu. Aku . . . .mencintaimu.
Cinderella: I love you too.
Akhirnya, setelah berbagai macam kompetisi dijalani, Cinderella dapat bersatu dengan Pangeran. Mereka pun hidup bahagia selamanya . . . .
Naskah Drama: Cinderella Part Two – Cinderella dan Putri Irakus
30 Agustus, 2008 oleh fauzzzblog
Cinderella adalah seorang gadis yang cantik jelita. Namun, dia kehilangan orang yang sangat dicintainya yaitu ibunya. Ketika ayahnya menikah dan pergi meninggalkannya, hidupnya semakin menderita. Dia selalu diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan saudara tirinya.
Pada saat itu, Sang Ratu mengadakan acara pesta dansa untuk mencari jodoh untuk Pangeran. Cinderella ingin sekali pergi ke pesta itu, namun ibu dan saudara tirinya tidak menijinkannya. Tapi dengan bantuan peri, Cinderella bisa pergi ke pesta itu dengan syarat kembali ke rumah sebelum jam 12 malam karena setelah jam 12 malam keajaiban itu akan hilang.
Setelah jam 12 malam, Cinderella meninggalkan istana. Namun, tanpa sengaja, dia meninggalkan sepatu bot kesayangannya. Pangeran yang sudah jatuh hati padanya, mengadakan sayembara barang siapa yang ukuran kakinya pas dengan sepatu bot istimewa tersebut, akan menikah dengannya.
Ketika Cinderella mencoba sepatu bot istimewa tersebut, ternyata cocok dan Cinderella juga mempunyai pasangan sepatu bot yang lain. Pangeran pun langsung melamar Cinderella. Setelah itu, Pangeran membawa Cinderella ke istana. Namun, cerita itu belum selesai.
Ketika Sang Pangeran membawa Cinderella ke istana . . . .
(Di arena sudah ada Ratu dan Putri Irakus yang sedang duduk di kursi. Cinderella dan Pangeran masuk ke arena)
Ratu : (berdiri lalu menunjuk Cinderella) Siapa perempuan ini, Pangeran?
Pangeran : Ini adalah wanita yang akan menjadi istriku.
Ratu : Kau yakin memilih wanita seperti ini?
Pangeran : Ya, kami sudah saling mencintai. (Cinderella dan Pangeran saling bertatap muka, berpegangan tangan, dan tersenyum.)
Ratu : Apa? Kau pilih perempuan seperti ini yang tampang pembantu? Apa kata Bu Nia?
Cinderella: Apa kata dunia, Ratu.
Ratu : Ya. Itu maksudku.
Pangeran: Walaupun penampilannya seperti pembantu, tapi hatinya seperti emas 24 karat.
Ratu: Kau bilang hatinya seperti emas karatan? Tapi Pangeran. Bunda sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu Pangeran. Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Pangeran: Tapi Bunda . . . .
Ratu: Dia adalah wanita yang sangat cantik. Lagipula dia adalah wanita yang baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. Apabila kerajaan kita bersatu dengan Kerajaan Jatuh Bangun, akan menjadi kerajaan yang sangat besaaar.
Pangeran: Tapi aku sangat mencintainya, Bunda.
Ratu : Tidak boleh! Pokoknya kau harus menikah dengan Putri Irakus.
Pangeran : Hah? Irakus? Nama yang aneh. Tapi aku tetap tidak mau.
Ratu : Harus mau!
Pangeran : Tidak mau!
Ratu : Pokoknya harus!
Pangeran : Gak mau!
Ratu : Harus!
Pangeran : Mau. Eh tidak mau!
Ratu : Dasar anak durhaka kau!
Pangeran : Lho, kok jadi kaya Malin Kundang?
Ratu: Kurang ajar kau! Sudah membantah perintah orang tua! (Ratu hampir menampar Pangeran)
Raja : (masuk ke arena) Stop..!! Ada apa ini? Siapa perempuan itu? (menunjuk Cinderella)
Pangeran : Ini adalah calon istriku, Ayahanda.
Raja : Oh, ini calon istrimu. Jadi perempuan ini yang memenangkan sayembara sepatu bot itu.(sambil melirik sepatu bot yang dipakai Cinderella)
Pangeran : Iya, Ayahanda. Dia bahkan mempunyai pasangan sepatu bot yang lainnya.
Ratu: Tapi aku sudah menemukan jodoh buat Pangeran! Dia adalah putri dari Kerajaan Jatuh Bangun.
Raja :Ya sudah. Itu terserah Pangeran saja!
Ratu : Tapi, Raja. Aku tidak setuju dengan keputusanmu. Masa Pangeran menikah sama pembantu seperti itu. Jangan gila donk!
Raja : (berfikir sejenak) Ya. Sudah. Bagaimana kalau kita adakan suatu kompetisi?
Putri Irakus : (berdiri) Kompetisi seperti apa, Yang Mulia?
Raja : Kalau kau menang dalam kompetisi itu, kau yang akan menikahi Pangeran. Kalau perempuan itu yang menang, dia yang akan menikah dengan Pangeran. Ada yang tidak setuju dengan kuputusanku?
Ratu : Lagi-lagi kau memberikan keputusan yang aneh! Setelah kau dan Pangeran mengadakan sayembara sepatu bot aneh itu!
Putri Irakus : Baiklah kalau begitu, saya terima, Yang Mulia.
Ratu : Apa? Kau terima tantangan aneh itu?(marah)
Putri Irakus : Sudahlah Bibi. Saya bisa bersaing secara sportif.
Ratu : Apa?? Kau panggil aku Bibi? Memangnya aku bibimu apa? (semakin marah)
Putri Irakus : Oh! Maksudku Ibunda Ratu. Lagipula saya yakin saya bisa mengalahkan perempuan itu.
Cinderella : (mengacungkan tangan)
Raja : Ada apa, Nona? Kau tidak setuju dengan keputusanku?
Cinderella : Saya setuju dengan keputusan Yang Mulia.
Raja : Lalu, kenapa kau mengacungkan tangan?
Cinderella : Sebenarnya, saya keberatan dipanggil dengan sebutan perempuan itu. Saya kan juga punya nama.
Raja : Oh ya. Kau belum memperkenalkan diri. Siapa namamu?
Cinderella : Namaku Cinderella.
Ratu : Cinderella? Gadis cerobong asap. Nama yang paling aneh yang pernah kudengar. Lihat dirimu! Kau memang pantas mendapatkan nama itu!
Cinderella : Sebenarnya itu cuma nama panggilanku saja. Nama itu diberikan oleh ibu dan saudara-saudara tiriku yang selalu jahat padaku.
Ratu : Alaah! Pake curhat segala!
Raja : Kalau begitu, siapa nama aslimu?
Cinderella : Tapi, nama asliku terlalu panjang.
Raja : Sebutkan saja
Cinderella : Nama asliku adalah Mocu Claudia Abraba Bella Sintia Cornelius Protectus Alfonso Equil Da Barbara Margaretha.
Putri Irakus: Tapi, namaku juga tidak kalah panjangnya dengan Cinderella. Aku bisa menyebutkannya sekarang.
Raja: Stop! Kenapa kita jadi mempeributkan nama?
(semua terdiam sejenak)
Raja: Bagaimana denganmu, Pangeran? Kau setuju?
Pangeran: Apapun keputusan Ayahanda, aku setuju.
Ratu: Apa? Kau terima juga keputusan aneh itu? Sedangkan kau membantah perintahku?
Raja: Oke! Kalau begitu, kompetisi dimulai besok pagi pukul 9.00 sampai dengan selesai.
Ratu: Tapi, kompetisi seperti apa baginda?
Raja: Ada tiga kompetisi yang akan digelar yaitu:
1). Kompetisi memasak
2). Kompetisi menjahit
3). Kompetisi yang masih dirahasiakan
Kalian siap?
Cinderella & P. Irakus : Siap, Yang Mulia.
Raja : Ya sudah. Ku tunggu besok ya. Dah! (meninggalkan arena kemudian disusul dengan  Cinderella dan Pangeran sambil bergandengan tangan)
Ratu : Kita harus menyusun rencana supaya Cinderella kalah dalam kompetisi itu.
Putri Irakus : Ya, I agree with you.
Ratu : Sini, saya bisikin.
Putri Irakus : Ih… Geli!
Ratu: Mau gak?
Putri Irakus : Iya, iya.
Putri Irakus: Itu ide berlian!
Ratu: Brilian.
Putri Irakus : Ya. Itu maksudku.
Ratu & Putri Irakus : Ha ha ha ha ha . . . .
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena).
Keesokan harinya . . . .
(Semua masuk arena)
Raja: Kalian sudah siap melaksanakan kompetisi pertama?
Cinderella & P. Irakus : Ya iyalah . . . .
Raja : Pengawal! Siapkan bahan & alat-alat masaknya!
Pengawal : Baik Baginda.
(Pengawal menyiapkan alat-alat masak)
Raja : Kompetisi pertama yaitu kompetisi memasak resmi dibuka. Tepuk tangan!
(Raja, Ratu, dan Pangeran duduk di ruang makan, sementara Cinderella dan Putri Irakus sibuk memasak.)
Raja : Kira-kira, siapa yang akan menang?
Ratu : Pasti putri Irakus yang akan menang.
Pangeran : Yakin banget sih!
Ratu : Suka-suka gue donk!
Raja : Sudah-sudah! Jangan bertengkar! Lihat saja nanti!
Sementara itu di dapur . . . .
Cinderella : Putri Irakus, aku titip masakanku dulu ya. Aku mau ke belakang dulu.
Putri Irakus: Tenang saja! Masakanmu aman kok!
Ternyata, Putri Irakus mempunyai niat jahat. Dia menaburkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones pada masakan Cinderella supaya rasa masakan Cinderella menjadi tidak karuan. Namun, tanpa sengaja, putri Irakus lupa menaburkan garam ke masakannya sendiri.
(Cinderella masuk lagi ke dapur).
Cinderella : Terima kasih, ya. Sudah menunggu masakanku.
Putri Irakus : Sama-sama. Oh ya, tadi ada 3 ekor lalat hinggap di adonan masakanmu lho. Tapi, sudah kuusir jauh-jauh.
Cinderella : Terima kasih very much.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Cinderella dan putri Irakus telah selesai mamasak masakan mereka. Akhirnya tiba penilaian masakan Cinderella dan Putri Irakus.
(Cinderella dan Putri Irakus keluar dari dapur dan membawa masakan mereka masing masing ke ruang makan)
Cinderella : Selamat Menikmati, Yang Mulia.
Raja : Terima kasih. (Mencicipi masakan Cinderella) Emm . . . . Masakanmu enak sekali. Coba kau cicipi Pangeran!
Pangeran: Emm . . . . Ini adalah masakan yang paling enak dari semua masakan yang pernah kucoba.
Putri Irakus : Tidak mungkin! Masakanku jauh lebih enak. Kalau tidak percaya, cicipi saja!
(Semua mencicipi masakan Putri Irakus)
Ratu : Dia benar! Masakan Putri Irakus lebih enak daripada masakan Cinderella.(berpura-pura)
Raja : Istriku. Apa kau mempunyai masalah dengan indera perasamu? Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya. Kau bilang masakan ini enak?
Pangeran : Iya. Ayahanda benar. Masakan ini sama sekali tidak ada rasanya.
Ratu: Euh . . .
Raja: Baiklah. Sudah kuputuskan. Bahwa pemenang dari kompetisi ini adalah . . . . Cinderella!! Jadi, skor sementara 1-0 untuk Cinderella. Tepuk tangan untuk Cinderella!
Raja : Selamat ya Cinderella.
Cinderella: Terima kasih.
Raja : Saya tunggu kalian besok jam 9.00 pagi untuk kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit.
(Raja meninggalkan arena. Kemudian disusul oleh Pangeran dan Cinderella)
Ratu : Irakus! Kamu sengaja ya? Kenapa masakan Cinderella jadi enak sementara masakanmu sama sekali tidak ada rasanya? (marah)
Putri Irakus : Ampun, Nyai Ratu. Saya . . . .
Ratu: Apa?? Kau panggil aku Nyai? Setelah kau menyebutku Bibi?(semakin marah)
Putri Irakus :Maksudku Ibunda Ratu. Saya sudah memasukkan garam, gula, merica, vetsin, dan mayones dalam adonan masakan Cinderella supaya masakan Cinderella tidak karuan. Tapi, entah mengapa masakan Cinderella justru menjadi enak.
Ratu : Dasar tulol! Itu sih sama dengan membantu membumbui masakan Cinderella! Harusnya kau tambahkan cuka yang banyak atau kotoran unta dari Timur Tengah sekalian!
Putri Irakus : Maafkan saya, Bibi. Eh, maksudku Ibunda Ratu.
Ratu : Ya, sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Sekarang, kita susun rencana baru untuk kompetisi selanjutnya.
(Ratu dan Putri Irakus meninggalkan arena dan pengawal datang membersihkan ruangan)
Keesokan harinya . . . .
(semua masuk ke arena)
Raja : Selamat pagi semuanya! Apakah kalian siap mengikuti kompetisi kedua?
Cinderella & Irakus : Ya, kami siap.
Raja : Kompetisi kedua yaitu kompetisi menjahit baju untuk Pangeran resmi dibuka. Tepuk tangan! (semua tepuk tangan) Peraturannya sangat mudah. Kalian harus membuat sebuah baju untuk Pangeran dalam waktu satu malam. Baju yang kalian buat harus diserahkan besok pagi sebelum kompetisi ketiga dimulai. Kalian mengerti dengan peraturannya?
Cinderella & Irakus : Mengerti, Yang Mulia.
Raja : Sekarang, kalian bisa memulai pembuatan baju kalian.
Cinderella : Baiklah Yang Mulia, kami berdua pamit sekarang.
(Cinderella & Putri Irakus pergi meniggalkan arena disusul dengan Raja)
Malamnya, Cinderella mulai menjahit.
(Cinderella masuk membawa kain dan berpura-pura menjahit, kemudian pengawal masuk).
Pengawal : Nona Cinderella. Anda dipanggil untuk menghadap Paduka Raja.
Cinderella : Oh, baiklah kalau begitu.
(Cinderella dan Pengawal meninggalkan arena, kemudian datang Putri Irakus)
Putri Irakus : (datang lalu merobek pakaian buatan Cinderella) Dengan begini. Kau pasti kalah, Cinderella. Ha ha ha ha! (meninggalkan arena, kemudian beberapa detik kemudian Cinderella datang).
Cinderella : Tidak! Siapa yang berani melakukan ini? (mengambil kain yang telah dirobek) Aduh, pasti aku akan kalah dalam kompetisi kedua ini. Apa yang harus kulakukan? (menangis, kemudian keluar arena)
Keesokan harinya . . . .
(Raja, Pangeran, Ratu, & Pengawal masuk)
Raja: Akhirnya tiba saatnya untuk penentuan pemenang dari kompetisi kedua ini. Kepada Putri Irakus, silahkan masuk dan memperlihatkan baju buatannya.
(Putri Irakus masuk sambil memperlihatkan baju buatannya)
Putri Irakus : Ini Yang Mulia. Ini adalah baju yang saya buat.
Raja: Cukup bagus. Kalau boleh tahu, apa bahan yang kau pakai untuk membuat baju ini?
Putri Irakus : Baju ini dibuat dari berbagai macam kulit. Kulit unta, kulit pisang, kulit domba, kulit gajah, kulit cheetah, dan tak lupa juga ditambahkan dengan kulit kodok.
Pangeran : Wow! Unik sekali!
Ratu : Tentu saja! Siapa dulu yang membuatnya? Putri Irakus . . . .
Raja : Sekarang, tiba giliran Cinderella. Cinderella, saatnya kau masuk dan membawa baju buatanmu.
Satu jam kemudian . . .
(Cinderella tidak muncul-muncul)
Dua jam kemudian . . . .
(Cinderella tidak muncul juga)
Raja: Kemana sih Cinderella itu? Kok belum muncul-muncul. Pengawal! Cari Cinderella!
Pengawal: Baik (kemudian keluar arena)
Putri Irakus : Mungkin dia belum menyelesaikan baju buatannya. Atau mungkin dia sama sekali tidak bisa menjahit.
Raja : Tunggu dulu! Pengawal kita kan sedang mencari dia. Pliss deh! Tunggu bentar donk ah!
Beberapa menit kemudian . . . .
Cinderella : (datang tergesa-gesa dan pengawal menyusul di belakang Cinderella) Yang Mulia, maaf…saya terlambat.
Raja: Dari mana saja kamu Cinderella? Kami sudah menunggu kamu, Cinderella.
Cinderella: Begini yang mulia, seseorang telah merobek baju yang saya buat untuk Pangeran.
Ratu : Alaah! Paling itu cuma alasan kamu saja.
Cinderella : Tidak! Semua itu benar! Ini buktinya.
(menunjukan baju robek ke raja dan kemudian ke penonton)
Ratu : Alah! Paling kamu yang merobek baju itu.
Cinderella : Tidak! Itu tidak benar! Sumpah!
Raja : Sudahlah! Lagipula kita sudah bisa melihat siapa pemenangnya. Jadi skor sementara satu sama.
(Putri Irakus dan Ratu terlihat girang)
Cinderella : Tapi, Yang Mulia . . . .
Pangeran : Sudahlah Cinderella. (memegang pundak Cinderella) Yang lalu biarlah berlalu. Jangan lagi ini terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Dan bubur tidak bisa menjadi nasi lagi. Lagipula masih ada kompetisi ketiga. Jadi, kau masih punya kesempatan untuk mengalahkan Irakus.
Putri Irakus : Oh ya! Tempo hari, Yang Mulia bilang kompetisi ketiga masih dirahasiakan. Kalau begitu, apa kompetisi ketiganya, Yang Mulia?
Raja : Kompetisi yang ketiga adalah . . . . kompetisi mendandani pengawal kerajaan!
Semua : Hah? Mendandani pengawal kerajaan?
Ratu : Tapi, Baginda. Semua pegawai sakit cacar ayam, kecuali pengawal yang satu ini.
Raja : Oh, iya juga ya. Dari Minggu kemarin mereka sakit yah. Berarti kurang satu orang lagi. (berfikir sejenak lalu berkeliling melihat penonton lalu berbalik dan menunjuk narator) Bagaimana kalau Narator saja yang jadi sukarelawannya?
Semua : Setuju!
Raja : Narator! Ayo sini!
(Narator menghampiri Raja)
Raja : Pengawal! Siapkan kursi dan alat kecantikannya!
Pengawal : Baik, Yang Mulia.
(Pengawal menyiapkan kursi & alat kecantikan. Lalu Pengawal dan Narator duduk di kursi)
Raja : Sekarang kalian boleh memulai mendandani pengawal dan narator dan waktu kalian adalah 137,87 detik dari sekarang!
(Cinderella dan Putri Irakus mendandani pengawal dan narator)
Ratu: Ayo! Cepat! Cepat!
Putri Irakus : Iya! Iya!
Raja: Waktu habis!
(Cinderella dan Putri Irakus berhenti mendandani Pengawal dan Narator)
Raja: (melihat-lihat muka narator dan pengawal) Wow! Aku kan menyuruhmu mendandani pengawal ini supaya cantik? Bukan menyulapnya menjadi seperti badut!
Putri Irakus: Ma . . . maaf, Yang Mulia. Ini semua gara-gara Ratu yang mengesa-gesa saya mendandani pengawal.
Ratu : Aeh-aeh! Kenapa kau jadi menyalahkan Ratu?
Putri Irakus : Emang salah Ratu kok!
Ratu : Salah gimana maksud lho? Kok kamu jadi nyalahin Ratu sih? Dasar tidak tahu terima kasih! Aku kan sudah membantumu untuk membuat Cinderella kalah! Lagipula, merobek baju itu ideku! (terdiam sejenak) Ups…
Semua : Ooo…
Raja : Jadi, kalian yang merobek baju Cinderella itu?
Ratu : Bukan aku! Itu Putri Irakus! (menunjuk Putri Irakus)
Putri Irakus: Tapi itu kan ide Ratu!
Raja : Sudah-sudah! Jadi saya putuskan yang akan menikah dengan Pangeran adalah . . . . Cinderella!
Putri Irakus : Tidak!
(Pengawal menyeret Putri Irakus pergi)
Ratu : Dengan sangat berat hati, aku terima kau jadi menantuku, Cinderella.
Pangeran : Akhirnya kita bisa bersatu, Cinderella.
Cinderella: Iya. Pangeran.
(Ratu & Raja meninggalkan arena)
Pangeran: Kita bisa memulai hidup baru tanpa ada yang menggangu. Aku . . . .mencintaimu.
Cinderella: I love you too.
Akhirnya, setelah berbagai macam kompetisi dijalani, Cinderella dapat bersatu dengan Pangeran. Mereka pun hidup bahagia selamanya . . . .
Sabtu, 05 Desember 2009
MELEPASMU
Di malam yang sunyi ini, tiada lagi bintang – bintang yang bersinar dilangit. Seorang gadis yang begitu cantik, ceria dan baik hati, kini sedang termenung. Rara nama gadis itu. Kini tak ada lagi tawa dan canda yang terlihat diwajahnya. Yang terlihat hanyalah mendung yang menggelayuti hatinya, sakit yang membelenggunya. Tak henti – hentinya ia menangis karena kekasihnya, Ariez telah berselingkuh. Remuk rasanya seluruh tulang – belulangnya. Matanya pun hampir kering karena terkuras semua air matanya.
Pagi yang cerah ini, Rara kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Namun berat rasanya tatkala kakinya akan melangkah dari pembaringan. Harapan seolah tak ada lagi. Merah kelopak matanya setelah semalam suntuk hampir terus menerus menangis, semerah hatinya yang begitu terluka. Dipinggir pembaringan, Rara kembali termenung. Kosong tatapan matanya. Jika saja tak ingat akan ada ulangan fisika hari ini, rasanya malas untuk berangkat ke sekolah. Tetapi, seberat apapun, Rara akhirnya melangkahkan kakinya menuju ke sekolah. Walaupun dengan hati yang tercabik – cabik dan perasaan marah yang begitu menggelora.
Bel masuk pun berbunyi. Semua anak – anak telah siap untuk mengikuti pelajaran. Apalagi hari ini adalah jadwal ulangan. Tetapi Bu Ticka tidak dapat mengajar. Maka ulangan fisika di undur minggu depan. Kelas yang semula tenang berubah menjadi rebut. Tiba – tiba Ariez mendekatiku. Aku berusaha tenang. Seperti tak pernah terjadi apa – apa.
“ Ra…..Aku kangen banget sama kamu nech ! Kamu koq merah gitu matanya, kenapa Ra ? “ tanya Ariez dengan sedikit merayu.
“ Semua ini gara – gara kamu !!! “ jawab Rara dengan nada membentak.
“ Ra,,,kamu tuh kenapa sech ? Aku ngga ngerti dengan apa yang kamu omongin ke aku ! “ jawab Ariez dengan muka kebingungan.
“ Kamu kemaren jalan sama siapa ? Kamu dah selingkuh dibelakang aku kan ? “
“ Semua tuh bohong. Itu cumin temen aku Ra….kamau jangan salah paham dulu donk “ kata Ariez membela diri.
“ Napa ech kamu ngga jujur sama aku ? Aku kecewa banget sama kamu tahu ? Dahl ah aku males ngomong sama kamu ! “
“ Ra…aku mau jelasin smuanya. Itu cuman salah paham “ kata Ariez sambil memegangi tangan Rara
“ Lepasin aku…!!! Plak ..!!! Plak….!!! “ bentak Rara sembari menampar wajah Ariez.
“ Ra…kamu tega banget yach sama aku. ! “
“ Biarin !!! “ sahut Rara
Anak – anak pun jadi tambah heboh melihat pertengkaran Rara dan Ariez. Rara pun langsung pergi meninggalkan kelas sambil menangis.
“ Ra….udahlah…ga usah dipikirin banget. Dan ga usah terlalu menangis gitu. Buat apa sech nagisin cowo brengsek yang jelas – jelas telah nyakitin hati kamu. Air mata kamu mubadir dech untuk nangisin cowo macam Ariez “ ujar sahabatnya sembari mengelus rambt Rara.
“ Tapi Pep…aku tuch sayang banget sama Ariez “
“ Yach …aku tahu Ra. Tapi apalah artnya perasaan sayang kamu sama Aries kalo yang didapat cuman sakit di hati kamu. Lagian dia kan jelas – jelas udah ga sayang sama kamu. Iya kan ? “
Bel istirahat berbunyi. Rara dan sahabatnya pergi ke toilet untuk membasuh muka. Kemudian mereka pergi ke kantin. Tatkala sampai di kantin, ternyata tempat duduk telah penuh semua. Terpaksa mereka pun harus rela mengantri. Setelah dapat makanan dan tempat duduk, mereka pun mencoba untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Tiba – tiba Rara kembali menangis.
“ Ra…kamu kenapa ? “ tanya Pepy
“ Tuch..dipojok sana ada siapa “ ucap Rara sembari menunjuk tempat yang dimaksud.
“ Oh……….cowo brengsek itu. Ni ga bisa dibiarin. Harus dikasih pelajaran tuh biar kapok. Kalo perlu di putusin aja “
“ Tuch ..masalah gampang “
Dengan wajah yang serius dan memendam amarah, aku langsung mendekati Ariez yang sedang duduk mesra dengan cewe selingkuhannya yang bernama Erlina. Ariez pun terejut sewaktu aku mendekatinya. Tanpa pikir panjang aku pun mendamprat habis dan menyiram wajahnya dengan es campur yang ada didekatnya.
“ Ra..apa – apan niech ? “ tanya Ariez dengan nada tinggi.
“ Dasar cowo play boy. Tukang selingkuh Kamu yach “
“ Kalo ngoong yang bener donk !!” jawab Ariez membela diri
“ Ra…aku bisa jelasin semuanya ke kamu. Tetapi jangan sekarang, ntar sepulang sekolah. Malu tuh dilihat sama temen – temen “
Erlina yang semula kebingungan pun menjadi paham situasinya. Tak kalah dengan Rara, kemarahan Erlina pun tak terelakan lagi.
“ Riez…apa yang Rara omongin benar tuch ? Nggak khan ? “ tanya Erlina dengan ragu – ragu.
“ i….a……se….mua….i…..tu….be…nar ! “ jawab Ariez dengan nada gugup.
“ Jadi selama ini kamu juga ngebohongin aku ? Kamu tega banget dech sama aku. Aku ngga nyangka kamu sejahat ini Riez “
“ Kamu jangan salah paham dunk, aku ngelakuin ini juga karena aku punya alasan “
“ Alasan apa ? “ tanya Rara dengan ketusnya.
“ Karena ku sayang sama kamu dan juga sayang sama Erlina “
“ Terlalu !!!! …plak..plak..!!! “ sambung Erlina sambil menanpar Ariez.
Semua yang ada di kantin pun tertuju pada pertengkaran mereka. Ariez pun terpojokkan oleh Rara dan Erlina. Seperti maling yang ketangkap basah, Ariez tidak bisa berkutik lagi.
“ Kenapa semua ini harus terjadi ? Aku bingung harus memilih diantara kalian. Aku tuh sayang semua sama kalian. Aku ga bisa kalo harus memilih diantara kalian ‘ ujar Ariez dengan nada terbata – bata.
“ Riez. Kamu harus tetep memilih diantara kami “
“ Please dech Ra. Aku selesein ntar sepulang sekolah aja yach. Aku bingung “ ujar Ariez memelas.
“ Aku ngga mau. Pokoknya sekarang “
“ Ya…harus selesai saat ini juga “ sambung Erlina dengan nada yang tak kalah marahnya.
“ Kenapa kamu diam aja ? Cepetan dunk ! Kamu harus memilih diantara kami ! “ ujar Rara sambil memukul meja kantin.
Rara pun terdiam dan menangis. Sementara Ariez juga hanya terdiam diantara beribu rasa yang hanya dirinya yang tahu.
“ Hatiku sangat sakit dan hancur. Luka ini tidak akan terlupakan untuk selamanya. Aku harus memutuskan masalah ini. Ariez tak akan mampu memutuskan “ batin Rara.
“ Dah ..gini aja Riez….sekarang aku yang mutisin masalah ini ! “
“ Maksud kamu apa Ra ? “
“ Mulai sekarang kita putus. Kamu ga usah deketin aku, ingetin aku atau apa saja. Anggap kita ga pernah kenal. Aku pun akan membuang jauh semua tentang kamu. Melupakan kamu. Dan membuang semua dari kehidupan ku ! “ kata Rara sambul menangis.
“ Ngga bisa Ra….aku ngga bisa lepas dari kamu….please Ra..! “ ujar Ariez sambil memegangi tangan Rara.
“ Lepasin !!! “ bentak Rara.
“ Ngga akan aku lepasin. Aku sayang kamu Ra….”
“ Sudahlah…hubungan kita sampai disini aja. Please kamu jalan sama Erlina, mungkin kamu akan dapat kebahagiaan sama dia. Aku rela…aku ikhlas Riez….melepasmu dari kehidupan aku….”
“ Tapi…Ra..”
“ Dah yach….met tinggal “ kata Rara meninggalkan Ariez sambil menangis.
Rara pun berlalu dari kantin meninggalkan Ariez dengan wajah yang sedu dan terus menangis. Hatinya telah beku dan tersayat – sayat oleh cinta. Hari – harinya kini berselimut duka. Tak ada lagi canda, tawa dan keindahan yang mengiringi berlalunya waktu. Cinta telah menghempaskan Rara pada kenyataan yang begitu pahit. Meninggalkan kenangan pada sebuah kisah hidup. Untuk kemudian berjalan dengan dilubuk hati masing – masing.
Pagi yang cerah ini, Rara kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Namun berat rasanya tatkala kakinya akan melangkah dari pembaringan. Harapan seolah tak ada lagi. Merah kelopak matanya setelah semalam suntuk hampir terus menerus menangis, semerah hatinya yang begitu terluka. Dipinggir pembaringan, Rara kembali termenung. Kosong tatapan matanya. Jika saja tak ingat akan ada ulangan fisika hari ini, rasanya malas untuk berangkat ke sekolah. Tetapi, seberat apapun, Rara akhirnya melangkahkan kakinya menuju ke sekolah. Walaupun dengan hati yang tercabik – cabik dan perasaan marah yang begitu menggelora.
Bel masuk pun berbunyi. Semua anak – anak telah siap untuk mengikuti pelajaran. Apalagi hari ini adalah jadwal ulangan. Tetapi Bu Ticka tidak dapat mengajar. Maka ulangan fisika di undur minggu depan. Kelas yang semula tenang berubah menjadi rebut. Tiba – tiba Ariez mendekatiku. Aku berusaha tenang. Seperti tak pernah terjadi apa – apa.
“ Ra…..Aku kangen banget sama kamu nech ! Kamu koq merah gitu matanya, kenapa Ra ? “ tanya Ariez dengan sedikit merayu.
“ Semua ini gara – gara kamu !!! “ jawab Rara dengan nada membentak.
“ Ra,,,kamu tuh kenapa sech ? Aku ngga ngerti dengan apa yang kamu omongin ke aku ! “ jawab Ariez dengan muka kebingungan.
“ Kamu kemaren jalan sama siapa ? Kamu dah selingkuh dibelakang aku kan ? “
“ Semua tuh bohong. Itu cumin temen aku Ra….kamau jangan salah paham dulu donk “ kata Ariez membela diri.
“ Napa ech kamu ngga jujur sama aku ? Aku kecewa banget sama kamu tahu ? Dahl ah aku males ngomong sama kamu ! “
“ Ra…aku mau jelasin smuanya. Itu cuman salah paham “ kata Ariez sambil memegangi tangan Rara
“ Lepasin aku…!!! Plak ..!!! Plak….!!! “ bentak Rara sembari menampar wajah Ariez.
“ Ra…kamu tega banget yach sama aku. ! “
“ Biarin !!! “ sahut Rara
Anak – anak pun jadi tambah heboh melihat pertengkaran Rara dan Ariez. Rara pun langsung pergi meninggalkan kelas sambil menangis.
“ Ra….udahlah…ga usah dipikirin banget. Dan ga usah terlalu menangis gitu. Buat apa sech nagisin cowo brengsek yang jelas – jelas telah nyakitin hati kamu. Air mata kamu mubadir dech untuk nangisin cowo macam Ariez “ ujar sahabatnya sembari mengelus rambt Rara.
“ Tapi Pep…aku tuch sayang banget sama Ariez “
“ Yach …aku tahu Ra. Tapi apalah artnya perasaan sayang kamu sama Aries kalo yang didapat cuman sakit di hati kamu. Lagian dia kan jelas – jelas udah ga sayang sama kamu. Iya kan ? “
Bel istirahat berbunyi. Rara dan sahabatnya pergi ke toilet untuk membasuh muka. Kemudian mereka pergi ke kantin. Tatkala sampai di kantin, ternyata tempat duduk telah penuh semua. Terpaksa mereka pun harus rela mengantri. Setelah dapat makanan dan tempat duduk, mereka pun mencoba untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Tiba – tiba Rara kembali menangis.
“ Ra…kamu kenapa ? “ tanya Pepy
“ Tuch..dipojok sana ada siapa “ ucap Rara sembari menunjuk tempat yang dimaksud.
“ Oh……….cowo brengsek itu. Ni ga bisa dibiarin. Harus dikasih pelajaran tuh biar kapok. Kalo perlu di putusin aja “
“ Tuch ..masalah gampang “
Dengan wajah yang serius dan memendam amarah, aku langsung mendekati Ariez yang sedang duduk mesra dengan cewe selingkuhannya yang bernama Erlina. Ariez pun terejut sewaktu aku mendekatinya. Tanpa pikir panjang aku pun mendamprat habis dan menyiram wajahnya dengan es campur yang ada didekatnya.
“ Ra..apa – apan niech ? “ tanya Ariez dengan nada tinggi.
“ Dasar cowo play boy. Tukang selingkuh Kamu yach “
“ Kalo ngoong yang bener donk !!” jawab Ariez membela diri
“ Ra…aku bisa jelasin semuanya ke kamu. Tetapi jangan sekarang, ntar sepulang sekolah. Malu tuh dilihat sama temen – temen “
Erlina yang semula kebingungan pun menjadi paham situasinya. Tak kalah dengan Rara, kemarahan Erlina pun tak terelakan lagi.
“ Riez…apa yang Rara omongin benar tuch ? Nggak khan ? “ tanya Erlina dengan ragu – ragu.
“ i….a……se….mua….i…..tu….be…nar ! “ jawab Ariez dengan nada gugup.
“ Jadi selama ini kamu juga ngebohongin aku ? Kamu tega banget dech sama aku. Aku ngga nyangka kamu sejahat ini Riez “
“ Kamu jangan salah paham dunk, aku ngelakuin ini juga karena aku punya alasan “
“ Alasan apa ? “ tanya Rara dengan ketusnya.
“ Karena ku sayang sama kamu dan juga sayang sama Erlina “
“ Terlalu !!!! …plak..plak..!!! “ sambung Erlina sambil menanpar Ariez.
Semua yang ada di kantin pun tertuju pada pertengkaran mereka. Ariez pun terpojokkan oleh Rara dan Erlina. Seperti maling yang ketangkap basah, Ariez tidak bisa berkutik lagi.
“ Kenapa semua ini harus terjadi ? Aku bingung harus memilih diantara kalian. Aku tuh sayang semua sama kalian. Aku ga bisa kalo harus memilih diantara kalian ‘ ujar Ariez dengan nada terbata – bata.
“ Riez. Kamu harus tetep memilih diantara kami “
“ Please dech Ra. Aku selesein ntar sepulang sekolah aja yach. Aku bingung “ ujar Ariez memelas.
“ Aku ngga mau. Pokoknya sekarang “
“ Ya…harus selesai saat ini juga “ sambung Erlina dengan nada yang tak kalah marahnya.
“ Kenapa kamu diam aja ? Cepetan dunk ! Kamu harus memilih diantara kami ! “ ujar Rara sambil memukul meja kantin.
Rara pun terdiam dan menangis. Sementara Ariez juga hanya terdiam diantara beribu rasa yang hanya dirinya yang tahu.
“ Hatiku sangat sakit dan hancur. Luka ini tidak akan terlupakan untuk selamanya. Aku harus memutuskan masalah ini. Ariez tak akan mampu memutuskan “ batin Rara.
“ Dah ..gini aja Riez….sekarang aku yang mutisin masalah ini ! “
“ Maksud kamu apa Ra ? “
“ Mulai sekarang kita putus. Kamu ga usah deketin aku, ingetin aku atau apa saja. Anggap kita ga pernah kenal. Aku pun akan membuang jauh semua tentang kamu. Melupakan kamu. Dan membuang semua dari kehidupan ku ! “ kata Rara sambul menangis.
“ Ngga bisa Ra….aku ngga bisa lepas dari kamu….please Ra..! “ ujar Ariez sambil memegangi tangan Rara.
“ Lepasin !!! “ bentak Rara.
“ Ngga akan aku lepasin. Aku sayang kamu Ra….”
“ Sudahlah…hubungan kita sampai disini aja. Please kamu jalan sama Erlina, mungkin kamu akan dapat kebahagiaan sama dia. Aku rela…aku ikhlas Riez….melepasmu dari kehidupan aku….”
“ Tapi…Ra..”
“ Dah yach….met tinggal “ kata Rara meninggalkan Ariez sambil menangis.
Rara pun berlalu dari kantin meninggalkan Ariez dengan wajah yang sedu dan terus menangis. Hatinya telah beku dan tersayat – sayat oleh cinta. Hari – harinya kini berselimut duka. Tak ada lagi canda, tawa dan keindahan yang mengiringi berlalunya waktu. Cinta telah menghempaskan Rara pada kenyataan yang begitu pahit. Meninggalkan kenangan pada sebuah kisah hidup. Untuk kemudian berjalan dengan dilubuk hati masing – masing.
Rabu, 06 Mei 2009
MELEPASMU
Di malam yang sunyi ini, tiada lagi bintang – bintang yang bersinar dilangit. Seorang gadis yang begitu cantik, ceria dan baik hati, kini sedang termenung. Rara nama gadis itu. Kini tak ada lagi tawa dan canda yang terlihat diwajahnya. Yang terlihat hanyalah mendung yang menggelayuti hatinya, sakit yang membelenggunya. Tak henti – hentinya ia menangis karena kekasihnya, Ariez telah berselingkuh. Remuk rasanya seluruh tulang – belulangnya. Matanya pun hampir kering karena terkuras semua air matanya.
Pagi yang cerah ini, Rara kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Namun berat rasanya tatkala kakinya akan melangkah dari pembaringan. Harapan seolah tak ada lagi. Merah kelopak matanya setelah semalam suntuk hampir terus menerus menangis, semerah hatinya yang begitu terluka. Dipinggir pembaringan, Rara kembali termenung. Kosong tatapan matanya. Jika saja tak ingat akan ada ulangan fisika hari ini, rasanya malas untuk berangkat ke sekolah. Tetapi, seberat apapun, Rara akhirnya melangkahkan kakinya menuju ke sekolah. Walaupun dengan hati yang tercabik – cabik dan perasaan marah yang begitu menggelora.
Bel masuk pun berbunyi. Semua anak – anak telah siap untuk mengikuti pelajaran. Apalagi hari ini adalah jadwal ulangan. Tetapi Bu Ticka tidak dapat mengajar. Maka ulangan fisika di undur minggu depan. Kelas yang semula tenang berubah menjadi rebut. Tiba – tiba Ariez mendekatiku. Aku berusaha tenang. Seperti tak pernah terjadi apa – apa.
“ Ra…..Aku kangen banget sama kamu nech ! Kamu koq merah gitu matanya, kenapa Ra ? “ tanya Ariez dengan sedikit merayu.
“ Semua ini gara – gara kamu !!! “ jawab Rara dengan nada membentak.
“ Ra,,,kamu tuh kenapa sech ? Aku ngga ngerti dengan apa yang kamu omongin ke aku ! “ jawab Ariez dengan muka kebingungan.
“ Kamu kemaren jalan sama siapa ? Kamu dah selingkuh dibelakang aku kan ? “
“ Semua tuh bohong. Itu cumin temen aku Ra….kamau jangan salah paham dulu donk “ kata Ariez membela diri.
“ Napa ech kamu ngga jujur sama aku ? Aku kecewa banget sama kamu tahu ? Dahl ah aku males ngomong sama kamu ! “
“ Ra…aku mau jelasin smuanya. Itu cuman salah paham “ kata Ariez sambil memegangi tangan Rara
“ Lepasin aku…!!! Plak ..!!! Plak….!!! “ bentak Rara sembari menampar wajah Ariez.
“ Ra…kamu tega banget yach sama aku. ! “
“ Biarin !!! “ sahut Rara
Anak – anak pun jadi tambah heboh melihat pertengkaran Rara dan Ariez. Rara pun langsung pergi meninggalkan kelas sambil menangis.
“ Ra….udahlah…ga usah dipikirin banget. Dan ga usah terlalu menangis gitu. Buat apa sech nagisin cowo brengsek yang jelas – jelas telah nyakitin hati kamu. Air mata kamu mubadir dech untuk nangisin cowo macam Ariez “ ujar sahabatnya sembari mengelus rambt Rara.
“ Tapi Pep…aku tuch sayang banget sama Ariez “
“ Yach …aku tahu Ra. Tapi apalah artnya perasaan sayang kamu sama Aries kalo yang didapat cuman sakit di hati kamu. Lagian dia kan jelas – jelas udah ga sayang sama kamu. Iya kan ? “
Bel istirahat berbunyi. Rara dan sahabatnya pergi ke toilet untuk membasuh muka. Kemudian mereka pergi ke kantin. Tatkala sampai di kantin, ternyata tempat duduk telah penuh semua. Terpaksa mereka pun harus rela mengantri. Setelah dapat makanan dan tempat duduk, mereka pun mencoba untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Tiba – tiba Rara kembali menangis.
“ Ra…kamu kenapa ? “ tanya Pepy
“ Tuch..dipojok sana ada siapa “ ucap Rara sembari menunjuk tempat yang dimaksud.
“ Oh……….cowo brengsek itu. Ni ga bisa dibiarin. Harus dikasih pelajaran tuh biar kapok. Kalo perlu di putusin aja “
“ Tuch ..masalah gampang “
Dengan wajah yang serius dan memendam amarah, aku langsung mendekati Ariez yang sedang duduk mesra dengan cewe selingkuhannya yang bernama Erlina. Ariez pun terejut sewaktu aku mendekatinya. Tanpa pikir panjang aku pun mendamprat habis dan menyiram wajahnya dengan es campur yang ada didekatnya.
“ Ra..apa – apan niech ? “ tanya Ariez dengan nada tinggi.
“ Dasar cowo play boy. Tukang selingkuh Kamu yach “
“ Kalo ngoong yang bener donk !!” jawab Ariez membela diri
“ Ra…aku bisa jelasin semuanya ke kamu. Tetapi jangan sekarang, ntar sepulang sekolah. Malu tuh dilihat sama temen – temen “
Erlina yang semula kebingungan pun menjadi paham situasinya. Tak kalah dengan Rara, kemarahan Erlina pun tak terelakan lagi.
“ Riez…apa yang Rara omongin benar tuch ? Nggak khan ? “ tanya Erlina dengan ragu – ragu.
“ i….a……se….mua….i…..tu….be…nar ! “ jawab Ariez dengan nada gugup.
“ Jadi selama ini kamu juga ngebohongin aku ? Kamu tega banget dech sama aku. Aku ngga nyangka kamu sejahat ini Riez “
“ Kamu jangan salah paham dunk, aku ngelakuin ini juga karena aku punya alasan “
“ Alasan apa ? “ tanya Rara dengan ketusnya.
“ Karena ku sayang sama kamu dan juga sayang sama Erlina “
“ Terlalu !!!! …plak..plak..!!! “ sambung Erlina sambil menanpar Ariez.
Semua yang ada di kantin pun tertuju pada pertengkaran mereka. Ariez pun terpojokkan oleh Rara dan Erlina. Seperti maling yang ketangkap basah, Ariez tidak bisa berkutik lagi.
“ Kenapa semua ini harus terjadi ? Aku bingung harus memilih diantara kalian. Aku tuh sayang semua sama kalian. Aku ga bisa kalo harus memilih diantara kalian ‘ ujar Ariez dengan nada terbata – bata.
“ Riez. Kamu harus tetep memilih diantara kami “
“ Please dech Ra. Aku selesein ntar sepulang sekolah aja yach. Aku bingung “ ujar Ariez memelas.
“ Aku ngga mau. Pokoknya sekarang “
“ Ya…harus selesai saat ini juga “ sambung Erlina dengan nada yang tak kalah marahnya.
“ Kenapa kamu diam aja ? Cepetan dunk ! Kamu harus memilih diantara kami ! “ ujar Rara sambil memukul meja kantin.
Rara pun terdiam dan menangis. Sementara Ariez juga hanya terdiam diantara beribu rasa yang hanya dirinya yang tahu.
“ Hatiku sangat sakit dan hancur. Luka ini tidak akan terlupakan untuk selamanya. Aku harus memutuskan masalah ini. Ariez tak akan mampu memutuskan “ batin Rara.
“ Dah ..gini aja Riez….sekarang aku yang mutisin masalah ini ! “
“ Maksud kamu apa Ra ? “
“ Mulai sekarang kita putus. Kamu ga usah deketin aku, ingetin aku atau apa saja. Anggap kita ga pernah kenal. Aku pun akan membuang jauh semua tentang kamu. Melupakan kamu. Dan membuang semua dari kehidupan ku ! “ kata Rara sambul menangis.
“ Ngga bisa Ra….aku ngga bisa lepas dari kamu….please Ra..! “ ujar Ariez sambil memegangi tangan Rara.
“ Lepasin !!! “ bentak Rara.
“ Ngga akan aku lepasin. Aku sayang kamu Ra….”
“ Sudahlah…hubungan kita sampai disini aja. Please kamu jalan sama Erlina, mungkin kamu akan dapat kebahagiaan sama dia. Aku rela…aku ikhlas Riez….melepasmu dari kehidupan aku….”
“ Tapi…Ra..”
“ Dah yach….met tinggal “ kata Rara meninggalkan Ariez sambil menangis.
Rara pun berlalu dari kantin meninggalkan Ariez dengan wajah yang sedu dan terus menangis. Hatinya telah beku dan tersayat – sayat oleh cinta. Hari – harinya kini berselimut duka. Tak ada lagi canda, tawa dan keindahan yang mengiringi berlalunya waktu. Cinta telah menghempaskan Rara pada kenyataan yang begitu pahit. Meninggalkan kenangan pada sebuah kisah hidup. Untuk kemudian berjalan dengan dilubuk hati masing – masing.
Pagi yang cerah ini, Rara kembali melakukan aktifitas seperti biasanya. Namun berat rasanya tatkala kakinya akan melangkah dari pembaringan. Harapan seolah tak ada lagi. Merah kelopak matanya setelah semalam suntuk hampir terus menerus menangis, semerah hatinya yang begitu terluka. Dipinggir pembaringan, Rara kembali termenung. Kosong tatapan matanya. Jika saja tak ingat akan ada ulangan fisika hari ini, rasanya malas untuk berangkat ke sekolah. Tetapi, seberat apapun, Rara akhirnya melangkahkan kakinya menuju ke sekolah. Walaupun dengan hati yang tercabik – cabik dan perasaan marah yang begitu menggelora.
Bel masuk pun berbunyi. Semua anak – anak telah siap untuk mengikuti pelajaran. Apalagi hari ini adalah jadwal ulangan. Tetapi Bu Ticka tidak dapat mengajar. Maka ulangan fisika di undur minggu depan. Kelas yang semula tenang berubah menjadi rebut. Tiba – tiba Ariez mendekatiku. Aku berusaha tenang. Seperti tak pernah terjadi apa – apa.
“ Ra…..Aku kangen banget sama kamu nech ! Kamu koq merah gitu matanya, kenapa Ra ? “ tanya Ariez dengan sedikit merayu.
“ Semua ini gara – gara kamu !!! “ jawab Rara dengan nada membentak.
“ Ra,,,kamu tuh kenapa sech ? Aku ngga ngerti dengan apa yang kamu omongin ke aku ! “ jawab Ariez dengan muka kebingungan.
“ Kamu kemaren jalan sama siapa ? Kamu dah selingkuh dibelakang aku kan ? “
“ Semua tuh bohong. Itu cumin temen aku Ra….kamau jangan salah paham dulu donk “ kata Ariez membela diri.
“ Napa ech kamu ngga jujur sama aku ? Aku kecewa banget sama kamu tahu ? Dahl ah aku males ngomong sama kamu ! “
“ Ra…aku mau jelasin smuanya. Itu cuman salah paham “ kata Ariez sambil memegangi tangan Rara
“ Lepasin aku…!!! Plak ..!!! Plak….!!! “ bentak Rara sembari menampar wajah Ariez.
“ Ra…kamu tega banget yach sama aku. ! “
“ Biarin !!! “ sahut Rara
Anak – anak pun jadi tambah heboh melihat pertengkaran Rara dan Ariez. Rara pun langsung pergi meninggalkan kelas sambil menangis.
“ Ra….udahlah…ga usah dipikirin banget. Dan ga usah terlalu menangis gitu. Buat apa sech nagisin cowo brengsek yang jelas – jelas telah nyakitin hati kamu. Air mata kamu mubadir dech untuk nangisin cowo macam Ariez “ ujar sahabatnya sembari mengelus rambt Rara.
“ Tapi Pep…aku tuch sayang banget sama Ariez “
“ Yach …aku tahu Ra. Tapi apalah artnya perasaan sayang kamu sama Aries kalo yang didapat cuman sakit di hati kamu. Lagian dia kan jelas – jelas udah ga sayang sama kamu. Iya kan ? “
Bel istirahat berbunyi. Rara dan sahabatnya pergi ke toilet untuk membasuh muka. Kemudian mereka pergi ke kantin. Tatkala sampai di kantin, ternyata tempat duduk telah penuh semua. Terpaksa mereka pun harus rela mengantri. Setelah dapat makanan dan tempat duduk, mereka pun mencoba untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Tiba – tiba Rara kembali menangis.
“ Ra…kamu kenapa ? “ tanya Pepy
“ Tuch..dipojok sana ada siapa “ ucap Rara sembari menunjuk tempat yang dimaksud.
“ Oh……….cowo brengsek itu. Ni ga bisa dibiarin. Harus dikasih pelajaran tuh biar kapok. Kalo perlu di putusin aja “
“ Tuch ..masalah gampang “
Dengan wajah yang serius dan memendam amarah, aku langsung mendekati Ariez yang sedang duduk mesra dengan cewe selingkuhannya yang bernama Erlina. Ariez pun terejut sewaktu aku mendekatinya. Tanpa pikir panjang aku pun mendamprat habis dan menyiram wajahnya dengan es campur yang ada didekatnya.
“ Ra..apa – apan niech ? “ tanya Ariez dengan nada tinggi.
“ Dasar cowo play boy. Tukang selingkuh Kamu yach “
“ Kalo ngoong yang bener donk !!” jawab Ariez membela diri
“ Ra…aku bisa jelasin semuanya ke kamu. Tetapi jangan sekarang, ntar sepulang sekolah. Malu tuh dilihat sama temen – temen “
Erlina yang semula kebingungan pun menjadi paham situasinya. Tak kalah dengan Rara, kemarahan Erlina pun tak terelakan lagi.
“ Riez…apa yang Rara omongin benar tuch ? Nggak khan ? “ tanya Erlina dengan ragu – ragu.
“ i….a……se….mua….i…..tu….be…nar ! “ jawab Ariez dengan nada gugup.
“ Jadi selama ini kamu juga ngebohongin aku ? Kamu tega banget dech sama aku. Aku ngga nyangka kamu sejahat ini Riez “
“ Kamu jangan salah paham dunk, aku ngelakuin ini juga karena aku punya alasan “
“ Alasan apa ? “ tanya Rara dengan ketusnya.
“ Karena ku sayang sama kamu dan juga sayang sama Erlina “
“ Terlalu !!!! …plak..plak..!!! “ sambung Erlina sambil menanpar Ariez.
Semua yang ada di kantin pun tertuju pada pertengkaran mereka. Ariez pun terpojokkan oleh Rara dan Erlina. Seperti maling yang ketangkap basah, Ariez tidak bisa berkutik lagi.
“ Kenapa semua ini harus terjadi ? Aku bingung harus memilih diantara kalian. Aku tuh sayang semua sama kalian. Aku ga bisa kalo harus memilih diantara kalian ‘ ujar Ariez dengan nada terbata – bata.
“ Riez. Kamu harus tetep memilih diantara kami “
“ Please dech Ra. Aku selesein ntar sepulang sekolah aja yach. Aku bingung “ ujar Ariez memelas.
“ Aku ngga mau. Pokoknya sekarang “
“ Ya…harus selesai saat ini juga “ sambung Erlina dengan nada yang tak kalah marahnya.
“ Kenapa kamu diam aja ? Cepetan dunk ! Kamu harus memilih diantara kami ! “ ujar Rara sambil memukul meja kantin.
Rara pun terdiam dan menangis. Sementara Ariez juga hanya terdiam diantara beribu rasa yang hanya dirinya yang tahu.
“ Hatiku sangat sakit dan hancur. Luka ini tidak akan terlupakan untuk selamanya. Aku harus memutuskan masalah ini. Ariez tak akan mampu memutuskan “ batin Rara.
“ Dah ..gini aja Riez….sekarang aku yang mutisin masalah ini ! “
“ Maksud kamu apa Ra ? “
“ Mulai sekarang kita putus. Kamu ga usah deketin aku, ingetin aku atau apa saja. Anggap kita ga pernah kenal. Aku pun akan membuang jauh semua tentang kamu. Melupakan kamu. Dan membuang semua dari kehidupan ku ! “ kata Rara sambul menangis.
“ Ngga bisa Ra….aku ngga bisa lepas dari kamu….please Ra..! “ ujar Ariez sambil memegangi tangan Rara.
“ Lepasin !!! “ bentak Rara.
“ Ngga akan aku lepasin. Aku sayang kamu Ra….”
“ Sudahlah…hubungan kita sampai disini aja. Please kamu jalan sama Erlina, mungkin kamu akan dapat kebahagiaan sama dia. Aku rela…aku ikhlas Riez….melepasmu dari kehidupan aku….”
“ Tapi…Ra..”
“ Dah yach….met tinggal “ kata Rara meninggalkan Ariez sambil menangis.
Rara pun berlalu dari kantin meninggalkan Ariez dengan wajah yang sedu dan terus menangis. Hatinya telah beku dan tersayat – sayat oleh cinta. Hari – harinya kini berselimut duka. Tak ada lagi canda, tawa dan keindahan yang mengiringi berlalunya waktu. Cinta telah menghempaskan Rara pada kenyataan yang begitu pahit. Meninggalkan kenangan pada sebuah kisah hidup. Untuk kemudian berjalan dengan dilubuk hati masing – masing.
Langganan:
Postingan (Atom)