akarta, 26 Juli 2014 --- Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri
Bersama tentang Penugasan Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Sekolah
Swasta. Peraturan ini akan memberikan payung hukum bagi guru PNS untuk
dapat ditugaskan di sekolah swasta.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh
menyampaikan, peraturan ini diterbitkan karena merespon dinamika
permasalahan di daerah. Dia mengungkapkan, guru-guru di sekolah swasta
banyak yang ditarik karena diterima jadi PNS padahal sudah lama mengajar
di sekolah itu. “Banyak guru swasta yang diterima tes PNS lalu pindah.
Hal ini menjadi persoalan. Kalau tidak pindah dan tetap di situ kan
solusi sudah,” katanya usai melakukan penandatanganan permen bersama di
Kemdikbud, Jakarta, Jumat (25/7/2014).
Peraturan ini diteken masing-masing oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar, dan Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin.
Mendikbud mengatakan, pihaknya akan menyusun petunjuk juknis yang
mengatur mekanisme pelaksanaan permen ini lebih lanjut. Menurut
Mendikbud, tidak serta merta semua sekolah swasta seperti sekolah
internasional akan dibantu. “Sama dengan ngasih zakat orang kaya. Justru
sekolah yang orientasinya pada sosial itulah yang harus kita berikan
dukungan selain tertib administrasi,” katanya.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar
Abubakar mengatakan, saat ini banyak sekolah yang guru-gurunya tidak
proporsional jumlahnya. Mereka, kata dia, juga banyak yang tidak punya
jam mengajar. “Yang mendesak sekarang banyak guru PNS yang idle,”
katanya.
Mendikbud menambahkan, permen bersama ini memberikan kesempatan bagi
guru PNS untuk mengajar tidak terbatas di sekolah negeri saja, tetapi
boleh mengajar di sekolah swasta. Mendikbud menyebutkan, faktor yang
melatarbelakanginya di antaranya adalah ikatan emosional, lokasi, dan
kekurangan jumlah guru. “Ini adalah hadiah lebaran untuk sekolah swasta
dan hadiah lebaran bagi guru yang ingin mengabdikan di mana pun tidak
terbatas,” katanya.
Adapun pemberian bantuan oleh pemerintah melalui penempatan guru PNS
pada sekolah swasta dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan
iuran pendidikan yang diterapkan oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat bersangkutan. Selain itu, penempatan
guru PNS pada sekolah swasta mempertimbangkan kecukupan jumlah,
kualifikasi akademik, dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat. (***)
sumber : http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/siaranpers/2911
Tampilkan postingan dengan label HIBURAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HIBURAN. Tampilkan semua postingan
Jumat, 01 Agustus 2014
Senin, 17 Maret 2014
Minggu, 29 Mei 2011
Kamis, 26 Mei 2011
Sabtu, 14 Mei 2011
RALAT PENGUMUMAN KELULUSAN
sesuai dengan keputusan pemerintah,maka pengumuman kelulusan yang sesuai dengan undangan kepada wali siswa SMK Ma'arif NU 1 Ajibarang pada hari SENIN, 16 MARET 2011 PUKUL 08.00 DIUNDUR MENJADI PUKUL 14.00 WIB.mOhon informasi ini disebarkan kepada orang tua dan siswa kelas 3
Sabtu, 23 April 2011
Polri Akui Otak Bom Buku, P, Yaitu Pepi Fernando
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Akhirnya Polri mengakui jika pemimpin sekaligus otak paket bom buku dan bom di depan Gereja Christ Cathedral Serpong yaitu Pepi Fernando. Sebelumnya, Polri hanya menyebut jika pimpinan yang juga pembuat film 'Tsunami Aceh' itu dengan inisial P.
"Telah dilakukan penggeledahan di rumah Pepi," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Kombes Boy Rafli Amar dalam pesan singkat kepada Republika, Ahad (24/4).
Boy menambahkan penggeledahan di rumah Pepi dilakukan pada 23 April lalu. Kediaman Pepi sendiri, lanjutnya, berada di Perumahan Harapan Indah, Bekasi.
Pepi ditangkap di Aceh bersama dua orang lainnya yaitu J dan F pada Kamis (21/4) lalu. Pada hari itu, polisi mengungkapkan telah menangkap 19 orang yang diduga menjadi pelaku aksi sejumlah bom, termasuk bom buku.
"Tapi saya tidak tahu kalau Pepi pernah bekerja di SCTV," ujarnya.
"Telah dilakukan penggeledahan di rumah Pepi," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Kombes Boy Rafli Amar dalam pesan singkat kepada Republika, Ahad (24/4).
Boy menambahkan penggeledahan di rumah Pepi dilakukan pada 23 April lalu. Kediaman Pepi sendiri, lanjutnya, berada di Perumahan Harapan Indah, Bekasi.
Pepi ditangkap di Aceh bersama dua orang lainnya yaitu J dan F pada Kamis (21/4) lalu. Pada hari itu, polisi mengungkapkan telah menangkap 19 orang yang diduga menjadi pelaku aksi sejumlah bom, termasuk bom buku.
"Tapi saya tidak tahu kalau Pepi pernah bekerja di SCTV," ujarnya.
Rabu, 23 Februari 2011
Makam GUSDUR Ambles, jasad dan kain kafan masih utuh
Ditulis oleh Adi
NILAH.COM, Jombang - Hujan deras yang mengguyur kota santri Jombang membuat makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ponpes Tebuireng, Jombang, ambles. Yang lebih mengagetkan, jasad presiden keempat itu masih utuh. Kain kafan yang membungkus jasad Gus Dur masih utuh dan putih.
Zainul, salah satu petugas keamanan pondok mengatakan, amblesnya makam Gus Dur terjadi tiga hari lalu. Saat itu pengunjung makam Gus Dur sedang tinggi-tingginya. Sudah begitu, hujan deras terus mengguyur kawasan Tebuireng. AKibatnya, makam mantan Ketua PBNU tersebut ambles.
Praktis, kejadian itu membuat penghuni Tebuireng kalang kabut. Mereka beramai-ramai melihat kejadian aneh tersebut. Sebuah lubang akibat gerusan air menganga lebar sehingga menampakkan kain kafan pembungkus tubuh tokoh yang dikenal dengan berbagai anekdotnya ini.
"Subhanallah, kain kafan Gus Dur masih utuh. Putih bersih seperti baru," kata Zainul, Jumat (18/2/2011).
Dia menambahkan, kejadian itu pertama diketahui oleh pedagang asongan yang biasa menjual VCD tentang Gus Dur. Pedagang asongan itu bernama Waldi.
“Namanya pak Waldi, ia melaporkan kejadian itu ke saya yang kebetulan sedang berjaga di pos utara (pos pintu keluar masuk para peziarah),” tambah Zainul.
Zainul menerangkan seketika ia berlari menuju areal makam. Dalam hitungan detik lubang di pusara Gus Dur ini pun segera ditutupi dengan pasir ala kadarnya.
Baik penjaga dan pengurus pondok langsung membuat barisan blokade untuk menutupi lubang di pusara Gus Dur. Hal ini dimaksudkan agar peziarah tidak sampai mengambil gambar. Pasalnya, jasad Gus Dur yang sudah setahun lebih dimakamkan masih tetap utuh.
Hanya saja, kabar fenomena langka tersebut terkesan disembunyikan oleh pengurus pondok lainnya. Salah satunya M.Hasan, salah satu penjaga pos utama pondok pesantren Tebu ireng. Bapak kandung dari Zainul, penjaga yang kali pertama menerima laporan amblesnya makam Gus Dur ini menceritakan, dirinya juga ikut menutupi lubang dimakam Gus Dur tersebut.
Di bawah guyuran hujan itu dia mengaku bersama empat orang yang lain termasuk anaknya Zainul, melihat sesuatu yang ganjil. “Tapi saya nggak berani cerita, itu bukan wewenang saya,” kilah Hasan.
Hingga saat ini di lokasi makam Gus Dur sudah diberi pembatas. Hal itu dilakukan agar pengunjung tidak menerobos masuk. Selain itu makam yang ambles tersebut sudah di tutup pasir. Bahkan, segunduk pasir masih tersedia di samping makam tersebut. [beritajat
NILAH.COM, Jombang - Hujan deras yang mengguyur kota santri Jombang membuat makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ponpes Tebuireng, Jombang, ambles. Yang lebih mengagetkan, jasad presiden keempat itu masih utuh. Kain kafan yang membungkus jasad Gus Dur masih utuh dan putih.
Zainul, salah satu petugas keamanan pondok mengatakan, amblesnya makam Gus Dur terjadi tiga hari lalu. Saat itu pengunjung makam Gus Dur sedang tinggi-tingginya. Sudah begitu, hujan deras terus mengguyur kawasan Tebuireng. AKibatnya, makam mantan Ketua PBNU tersebut ambles.
Praktis, kejadian itu membuat penghuni Tebuireng kalang kabut. Mereka beramai-ramai melihat kejadian aneh tersebut. Sebuah lubang akibat gerusan air menganga lebar sehingga menampakkan kain kafan pembungkus tubuh tokoh yang dikenal dengan berbagai anekdotnya ini.
"Subhanallah, kain kafan Gus Dur masih utuh. Putih bersih seperti baru," kata Zainul, Jumat (18/2/2011).
Dia menambahkan, kejadian itu pertama diketahui oleh pedagang asongan yang biasa menjual VCD tentang Gus Dur. Pedagang asongan itu bernama Waldi.
“Namanya pak Waldi, ia melaporkan kejadian itu ke saya yang kebetulan sedang berjaga di pos utara (pos pintu keluar masuk para peziarah),” tambah Zainul.
Zainul menerangkan seketika ia berlari menuju areal makam. Dalam hitungan detik lubang di pusara Gus Dur ini pun segera ditutupi dengan pasir ala kadarnya.
Baik penjaga dan pengurus pondok langsung membuat barisan blokade untuk menutupi lubang di pusara Gus Dur. Hal ini dimaksudkan agar peziarah tidak sampai mengambil gambar. Pasalnya, jasad Gus Dur yang sudah setahun lebih dimakamkan masih tetap utuh.
Hanya saja, kabar fenomena langka tersebut terkesan disembunyikan oleh pengurus pondok lainnya. Salah satunya M.Hasan, salah satu penjaga pos utama pondok pesantren Tebu ireng. Bapak kandung dari Zainul, penjaga yang kali pertama menerima laporan amblesnya makam Gus Dur ini menceritakan, dirinya juga ikut menutupi lubang dimakam Gus Dur tersebut.
Di bawah guyuran hujan itu dia mengaku bersama empat orang yang lain termasuk anaknya Zainul, melihat sesuatu yang ganjil. “Tapi saya nggak berani cerita, itu bukan wewenang saya,” kilah Hasan.
Hingga saat ini di lokasi makam Gus Dur sudah diberi pembatas. Hal itu dilakukan agar pengunjung tidak menerobos masuk. Selain itu makam yang ambles tersebut sudah di tutup pasir. Bahkan, segunduk pasir masih tersedia di samping makam tersebut. [beritajat
Jumat, 03 September 2010
TUGAS MATEMATIKA
Untuk peserta didik yang lagi Prakerin,Pelajaran Matematika pada awal semester ini adalah Bab Notasi Zigma Barisan dan Deret. Kalian dapat membaca atau mendownload di side bar dibawah. Lalu bacalah dengan seksama materi tersebut. Kemudian jawablah soal berikut ini dan dikumpulkan !!!
TUGAS 1
1. 2,4,5,6,..........U10
2. 2,7,12,17,........U21
3. 5,10,15,20,.......U14
4. 20,15,10,.........U12
5. 2 + 5 + 8 +.......S12
6. 10 + 5 + 0 +......S10
7. 1,3,9,............U8
8. 1,5,25,...........U10
9. 27,9,3,...........U6
10.125,25,5..........U8
TUGAS 1
1. 2,4,5,6,..........U10
2. 2,7,12,17,........U21
3. 5,10,15,20,.......U14
4. 20,15,10,.........U12
5. 2 + 5 + 8 +.......S12
6. 10 + 5 + 0 +......S10
7. 1,3,9,............U8
8. 1,5,25,...........U10
9. 27,9,3,...........U6
10.125,25,5..........U8
Sabtu, 31 Juli 2010
KEPALA BARU SMA MA'ARIF NU 1 AJIBARANG

Setelah kepengurusan terbentuk, kado berikutnya adalah kepala SMA Ma'arif NU 1 Ajibarang yang selama ini dijabat oleh Rahmat Effendi, diserah terimakan kepada Busrol Kafi
Minggu, 25 April 2010
HASIL UJIAN NASIONAL 2010
Saya mengucapkan selamat dulu untuk semua siswa yang telah menempuh ujian nasional. Untuk yang kali ini belum berhasil, agar bersabar, karena masih ada kesempatan. Nah bagi yang ingin mengetahui nilainya silahkan klik aja dibawah ini
RANGKING HASIL UJIAN NASIONAL
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TAV A
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TAV B
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO A
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO B
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO C
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TAV A
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO D
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO E
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TKJ A
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TKJ B
RANGKING HASIL UJIAN NASIONAL
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TAV A
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TAV B
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO A
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO B
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO C
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TAV A
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO D
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TMO E
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TKJ A
NILAI UJIAN NASIONAL KELAS XII TKJ B
Minggu, 04 April 2010
NASKAH DRAMA MODERN
Nah untuk kalian kalian yang ingin dan membutuhkan naskah drama, silahkan download aja ling dibawah ini
Naskah Drama berjudul Aljabar
LAKBOK
Karya Aoh K. Hadimaja
Para Pelaku:
Koswara : Arsitek Pengairan
Rini : Istri Koswara
Siti Zahra : Inspektur Sosial, mantan kekasih Koswara
Karnadi : Petugas Pengairan, Mantan Kekasih Karnadi
Sulaiman Rasid : Mantri Kepala Pengairan (Koruptor)
Wiranta : Ketua Golongan Kedaulatan Islam, umur 28 tahun
Latar Waktu : Sebelum agresi Militer II
Latar Tempat : Kantor Koswara dan Lakbok
SELENGKAPNYA DOWNLOAD AJA DIBAWAH
Naskah Drama LAKBOK
FAJAR SIDDIQ
KARYA EMIL SANOSSA
PARA PELAKU:
MARJOSO
SERSAN
AHMAD
H. JAMIL
ZULAECHA
Sebuah markas gerilya, terlihat sebuah ruangan, satu pintu, satu jendela sel, meja tulis dan dua kursi dan satu bangku, peti mesiu, helm dan ransel tergantung.
Suasana: malam hari, keadaan sepi, tegang, jauh-jauh masih terdengar letusan tembakan dan iring musik sayup-sayup instrumental Gugur Bunga, kemudian muncul Marjoso membawa surat, kemudian duduk membaca. Muncul seorang sersan.
SELENGKAPNYA DOWNLOAD AJA DIBAWAH
Naskah Drama FAJAR SIDDIQ
MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECIL
(Karya Arifin C. Noor)
Sebentar lagi berkas-berkas di langit akan buyar dan matahari akan memulai memancarkan sinarnya yang putih, terang dan panas. Jalan itupun akan mulai hidup, bernafas dan debu-debu akan segera berterbangan mengotori udara.
Jalan itu bukan jalan kelas satu. Jalan itu jalan kecil yang hanya dilalui kendaraan-kendaraan dalam jumlah kecil. Tetapi sebuah pabrik es yang tidak kecil berdiri di pinggirnya dan pabrik itu memiliki gedung yang sangat tua. Di depan gedung itulah para pekerja pabrik mengerumuni SIMBOK yang berjualan pecel di halaman.
Seorang laki-laki yang sejak malam terbaring, tidur di ambang pintu yang terpalang tak dipakai itu, bangun dan menguap setelah seorang yang bertubuh pendek membangunkannya. Laki-laki itu adalah PENJAGA MALAM.
SELENGKAPNYA DOWNLOAD AJA DIBAWAH
Naskah Drama MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECIL
Naskah Drama berjudul Aljabar
LAKBOK
Karya Aoh K. Hadimaja
Para Pelaku:
Koswara : Arsitek Pengairan
Rini : Istri Koswara
Siti Zahra : Inspektur Sosial, mantan kekasih Koswara
Karnadi : Petugas Pengairan, Mantan Kekasih Karnadi
Sulaiman Rasid : Mantri Kepala Pengairan (Koruptor)
Wiranta : Ketua Golongan Kedaulatan Islam, umur 28 tahun
Latar Waktu : Sebelum agresi Militer II
Latar Tempat : Kantor Koswara dan Lakbok
SELENGKAPNYA DOWNLOAD AJA DIBAWAH
Naskah Drama LAKBOK
FAJAR SIDDIQ
KARYA EMIL SANOSSA
PARA PELAKU:
MARJOSO
SERSAN
AHMAD
H. JAMIL
ZULAECHA
Sebuah markas gerilya, terlihat sebuah ruangan, satu pintu, satu jendela sel, meja tulis dan dua kursi dan satu bangku, peti mesiu, helm dan ransel tergantung.
Suasana: malam hari, keadaan sepi, tegang, jauh-jauh masih terdengar letusan tembakan dan iring musik sayup-sayup instrumental Gugur Bunga, kemudian muncul Marjoso membawa surat, kemudian duduk membaca. Muncul seorang sersan.
SELENGKAPNYA DOWNLOAD AJA DIBAWAH
Naskah Drama FAJAR SIDDIQ
MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECIL
(Karya Arifin C. Noor)
Sebentar lagi berkas-berkas di langit akan buyar dan matahari akan memulai memancarkan sinarnya yang putih, terang dan panas. Jalan itupun akan mulai hidup, bernafas dan debu-debu akan segera berterbangan mengotori udara.
Jalan itu bukan jalan kelas satu. Jalan itu jalan kecil yang hanya dilalui kendaraan-kendaraan dalam jumlah kecil. Tetapi sebuah pabrik es yang tidak kecil berdiri di pinggirnya dan pabrik itu memiliki gedung yang sangat tua. Di depan gedung itulah para pekerja pabrik mengerumuni SIMBOK yang berjualan pecel di halaman.
Seorang laki-laki yang sejak malam terbaring, tidur di ambang pintu yang terpalang tak dipakai itu, bangun dan menguap setelah seorang yang bertubuh pendek membangunkannya. Laki-laki itu adalah PENJAGA MALAM.
SELENGKAPNYA DOWNLOAD AJA DIBAWAH
Naskah Drama MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECIL
Minggu, 28 Maret 2010
KH Said Agil Siradj Nahkodai NU Lima Tahun ke Depan

Puncak seremoni Muktamar ke-32 NU kini usai sudah. Setelah menyelesaikan berbagai materi persidangan di tiap-tiap komisi. Dan perhelatan pemilihan Rois Am Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah menentukan KH Sahal Mahfudz secara aklamasi.
Kini pemilihan Ketua Umum tanfidziyah PBNU juga telah selesai melalui voting yang berlangsung secara tertutup di Auditorium Utama Asrama Haji Sudiang Makassar, Sabtu (27/3). dengan KH Said Agil Siradj terpilih sebagai Ketua Umum mengungguli rekannya Slamet Efendi Yusuf. Dengan demikian, KH Said Agil Siradj berhak menahkodai NU hingga lima tahun ke depan (2010-2015).
Pada puncak pemilihan yang digelar hingga pukul 21.00 WITA ini terdapat 497 suara. KH Said Agil Siradj berhasil memperoleh 294 suara mengungguli Slamet Efendi Yusuf yang memperoleh suara 201 sedangkan sisanya, yakni satu suara dinyatakan tidak sah.
Sebelumnya, dalam penjaringan calon, muktamirin juga memunculkan nama lain seperti KH Hasyim Muzadi, H Ahmad Bagja dan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Namun, nama-nama yang disebut belakangan tidak berhasil memperoleh dukungan minimal yakni 99 suara.
KH Sahal Mahfudz Kembali Terpilih jadi Rois Am PBNU

Berdasar tata tertib yg disepakati bersama, calon Rois Am dinyatakan sah bila mendapat dukungan 99 suara. Hasil putaran pertama pemilihan Rois Am meloloskan KH Sahal Mahfudz dan KH Hasyim Muzadi. Namun seusai penghitungan suara, KH Hasyim Muzadi menyatakan tidak bersedia dicalonkan sebagai Rois Am PBNU periode 2010-2015 M.
Pernyataan ketidaksediaan KH Hasyim Muzadi ini disampaikan melalui surat yang dibacakan di depan sidang pleno ke-6. Dengan demikian secara aklamasi disepakati KH Sahal Mahfudz sebagai Rois Am PBNU periode 2010-2015 M.
Hak pilih Muktamirin yang digunakan berjumlah 492 suara. KH Sahal Mahfudz mendapatkan dukungan sebanyak 272 suara, KH Hasyim Muzadi 180 suara dan KH Maemun Zubair mendapatkan 39 suara. Habib Luthfi disebut sebanyak lima kali dan 2 suara Abstain.
Gegap gempita para muktamirin mengmandangkan sholawat badar kemudian membahana ketika palu sidang diketok. Saat ini sedang dilangsungkan pemilihan untuk ketua umum tanfidziyah PBNU.
Sabtu, 13 Maret 2010
TIM PENYEHATAN SMA MA’ARIF NU I AJIBARANG
TIM PENYEHATAN
SMA MA’ARIF NU I AJIBARANG
MWC NU KECAMATAN AJIBARANG
I. PENDAHULUAN
SMA Ma’arif NU I Ajibarang adalah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dimiliki oleh MWC NU Kecamatan Ajibarang yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan dalam arti sebagaimana lazimnya fungsi lembaga pendidikan pada umumnya maupun sebagai sarana pengkaderan generasi muda NU. Sehingga keberadaan SMA Ma’arif NU I Ajibarang sangatlah penting artinya untuk kelangsungan tujuan tersebut.
Perkembangan dunia pendidikan maupun pandangan masyarakat dewasa ini telah mempengaruhi laju kehidupan SMA Ma’arif NU I Ajibarang secara umum. Sehingga keberadaan sekolah tersebut yang pada awalnya mengalami kemajuan pesat, baik secara kualitas maupun kuantitas berangsur – angsur mengalami penurunan. Kecenderungan ini dapat dilihat dari prestasi maupun jumlah siswa yang cenderung menurun pada penerimaan peserta didik.
Dari kenyataan – kenyataan tersebut, dipandang perlu dilakukan langkah – langkah untuk mempertahan eksistensi SMA Ma’arif NU I Ajibarang.
II. DASAR
1. Rapat Pengurus Harian MWC NU Ajibarang, Ahad 14 Februari 2010
2. Rapat Pengurus MWC NU dan pengurus ranting, Jum’at 20 Februari 2010
3. SK Tim Penyehatan SMA Ma’arif NU I Ajibarang
III. LANDASAN
Dalam menjalankan kegiatan, Tim Penyehatan SMA Ma’arif NU I Ajibarang berpegang pada Hasil – Hasil Rakercab LP Ma’arif NU Kab. Banyumas Tahun 2007.
IV. TEMUAN
1. Kepengurusan SMA Ma’arif NU I Ajibarang telah berlangsung selama dua periode.
2. Kepengurusan SMA Ma’arif NU I Ajibarang berjalan dalam keadaan tidak lengkap.
3. Ketua Pengurus SMA Ma’arif NU I Ajibarang secara lisan telah menyampaikan keinginan untuk mundur dari jabatannya.
4. Kepala Sekolah telah menjabat selama dua periode.
V. DASAR PERTIMBANGAN
1. Lampiran Surat Keputusan Rakercab Nomor : Kep.004/PC.33/LPM/VII/2007 Tanggal 25 Agustus 2007 Tentang Ketentuan Pengurus Madrasah Ma’arif NU Dalam Lingkungan PC. LP Ma’arif NU Kabupaten Banyumas Bagian I.3
2. Penyelamatan aset MWC NU kecamatan Ajibarang
VI. REKOMENDASI
Berdasarkan temuan dan pertimbangan diatas, maka Tim Penyehatan SMA Ma’arif NU I Ajibarang merekomendasikan kepada MWC NU Kecamatan Ajibarang untuk mengambil langkah sebagai berikut :
1. MWC NU Kecamatan Ajibarang untuk segera melakukan reorganisasi terhadap Kepengurusan SMA Ma’arif NU I Ajibarang dengan mengacu pada Hasil – Hasil Rakercab LP Ma’arif NU Kab. Banyumas Tahun 2007.
2. MWC NU Kecamatan Ajibarang melalui Dewan Pengurus SMA Ma’arif NU I Ajibarang yang baru untuk menata organisasi sekolah.
3. MWC NU Kecamatan Ajibarang melalui Dewan Pengurus dan organisasi sekolah untuk menata secara proporsional dan profesional terhadap komponen guru dan karyawan.
4. MWC NU Kecamatan melalui Dewan Pengurus dan seluruh steakholder di SMA Ma’arif NU I Ajibarang untuk menata kehidupan sekolah secara optimal.
VII. PENUTUP
Demikian rangkaian kerja TIM Penyehatan SMA Ma’arif NU I Ajibarang yang dapat kami laporkan, dengan harapan dapat dijadikan sebagai bagian untuk memajukan SMA Ma’arif NU I Ajiabarang.
Ajibarang, Maret 2010
TIM PENYEHATAN
SMA MA’ARIF NU I AJIBARANG
Ketua Sekretaris
Muchali, A.Md Mujarob, S.Pd
Anggota
Zaenudin, S.Pd Imam Burhanudin Syafi’i
SMA MA’ARIF NU I AJIBARANG
MWC NU KECAMATAN AJIBARANG
I. PENDAHULUAN
SMA Ma’arif NU I Ajibarang adalah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dimiliki oleh MWC NU Kecamatan Ajibarang yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan dalam arti sebagaimana lazimnya fungsi lembaga pendidikan pada umumnya maupun sebagai sarana pengkaderan generasi muda NU. Sehingga keberadaan SMA Ma’arif NU I Ajibarang sangatlah penting artinya untuk kelangsungan tujuan tersebut.
Perkembangan dunia pendidikan maupun pandangan masyarakat dewasa ini telah mempengaruhi laju kehidupan SMA Ma’arif NU I Ajibarang secara umum. Sehingga keberadaan sekolah tersebut yang pada awalnya mengalami kemajuan pesat, baik secara kualitas maupun kuantitas berangsur – angsur mengalami penurunan. Kecenderungan ini dapat dilihat dari prestasi maupun jumlah siswa yang cenderung menurun pada penerimaan peserta didik.
Dari kenyataan – kenyataan tersebut, dipandang perlu dilakukan langkah – langkah untuk mempertahan eksistensi SMA Ma’arif NU I Ajibarang.
II. DASAR
1. Rapat Pengurus Harian MWC NU Ajibarang, Ahad 14 Februari 2010
2. Rapat Pengurus MWC NU dan pengurus ranting, Jum’at 20 Februari 2010
3. SK Tim Penyehatan SMA Ma’arif NU I Ajibarang
III. LANDASAN
Dalam menjalankan kegiatan, Tim Penyehatan SMA Ma’arif NU I Ajibarang berpegang pada Hasil – Hasil Rakercab LP Ma’arif NU Kab. Banyumas Tahun 2007.
IV. TEMUAN
1. Kepengurusan SMA Ma’arif NU I Ajibarang telah berlangsung selama dua periode.
2. Kepengurusan SMA Ma’arif NU I Ajibarang berjalan dalam keadaan tidak lengkap.
3. Ketua Pengurus SMA Ma’arif NU I Ajibarang secara lisan telah menyampaikan keinginan untuk mundur dari jabatannya.
4. Kepala Sekolah telah menjabat selama dua periode.
V. DASAR PERTIMBANGAN
1. Lampiran Surat Keputusan Rakercab Nomor : Kep.004/PC.33/LPM/VII/2007 Tanggal 25 Agustus 2007 Tentang Ketentuan Pengurus Madrasah Ma’arif NU Dalam Lingkungan PC. LP Ma’arif NU Kabupaten Banyumas Bagian I.3
2. Penyelamatan aset MWC NU kecamatan Ajibarang
VI. REKOMENDASI
Berdasarkan temuan dan pertimbangan diatas, maka Tim Penyehatan SMA Ma’arif NU I Ajibarang merekomendasikan kepada MWC NU Kecamatan Ajibarang untuk mengambil langkah sebagai berikut :
1. MWC NU Kecamatan Ajibarang untuk segera melakukan reorganisasi terhadap Kepengurusan SMA Ma’arif NU I Ajibarang dengan mengacu pada Hasil – Hasil Rakercab LP Ma’arif NU Kab. Banyumas Tahun 2007.
2. MWC NU Kecamatan Ajibarang melalui Dewan Pengurus SMA Ma’arif NU I Ajibarang yang baru untuk menata organisasi sekolah.
3. MWC NU Kecamatan Ajibarang melalui Dewan Pengurus dan organisasi sekolah untuk menata secara proporsional dan profesional terhadap komponen guru dan karyawan.
4. MWC NU Kecamatan melalui Dewan Pengurus dan seluruh steakholder di SMA Ma’arif NU I Ajibarang untuk menata kehidupan sekolah secara optimal.
VII. PENUTUP
Demikian rangkaian kerja TIM Penyehatan SMA Ma’arif NU I Ajibarang yang dapat kami laporkan, dengan harapan dapat dijadikan sebagai bagian untuk memajukan SMA Ma’arif NU I Ajiabarang.
Ajibarang, Maret 2010
TIM PENYEHATAN
SMA MA’ARIF NU I AJIBARANG
Ketua Sekretaris
Muchali, A.Md Mujarob, S.Pd
Anggota
Zaenudin, S.Pd Imam Burhanudin Syafi’i
Sabtu, 27 Februari 2010
NASKAH DRAMA
PADA SUATU HARI
Karya : ARIFIN C. NOOR
Para Tokoh:
Nenek
Kakek
Pesuruh
Janda, Nyonya Wenas
Arba, Sopir
Novia
Nita
Meli
Feri
SANDIWARA INI DIMULAI DENGAN MENG-EXPOSE LEBIH DULU:
1. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA PACARAN
2. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA KAWIN
3. POTRET KAKEK DAN NENEK DENGAN ANAK-ANAK
4. POTRET KELUARGA BESAR
5. POTRET KAKEK TUA
6. POTRET NENEK TUA
7. MAIN TITLE ETC-ETC
Kakek dan Nenek duduk berhadapan.
Beberapa saat mereka saling memandang, Beberapa saat mereka saling tersenyum. Suatu saat mereka sama-sama menuju ke sofa, duduk berdampingan, seperti sepasang pemuda dan pemudi. Setelah mereka ketawa kembali mereka duduk berhadapan. Lalu beberapa saat saling memandang, tersenyum, lalu ke sofa lagi duduk berdampingan, seperti pepasang pengantin, malu-malu dan sebagainya, demikian seterusnya..
TIGA
Kakek Sekarang kau nyanyi.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Seperti dulu.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Nyanyi seperti dulu.
Nenek (Malu)
Kakek Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Nenek Saya tidak mau menyanyi.
Kakek Kapanpun?
Nenek Kapanpun.
Kakek Juga untuk saya.
Nenek Juga untuk kau.
Kakek Sama sekali?
Nenek Sama sekali.
Kakek Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau
menyanyi.
Nenek Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada gunanya.
Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.
Kakek Mati saya tidak bahagia karena kau tidak maumenyanyi. Ini memang salah saya.
Tetapi kalau sejak dulu kau cukup mengerti bahwa saya memang sangat memainkan kau, tentu kau bisa memaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira saya akan menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau sedang menyanyikan sebuah lagu ditelinga saya.
Nenek Sayang saya mohon berhentilah kau berfikir mengenai hal itu. Demi segala-galanya berhentilah. Tersenyumlah lagi seperti biasanya.
Kakek Saya akan tersenyum kalau kau mau mengucapkan janji.
Nenek Tentu, tentu.
Kakek Kau mau menyanyi.
Nenek Tentu, sayang, tentu.
Kakek Kapan?
Nenek Suatu ketika.
Kakek Sebelum saya mati?
Nenek Ya, sayang, ya, sayang.
Kakek Sekarang.
Nenek Tidak mungkin, sayang, kau tahu saya sedikit flu karena pesta beberapa hari yang lalu?
Kakek (Tertawa) U, saya baru ingat sekarang.
Nenek Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit.
Kakek Kau melebih-lebihkan.
Nenek Tapi acap kali kau begitu. Kalau saya batuk baru setelah satu minggu kau tahu.
Kakek Ya, saya akui saya acap kali terlalu asyik dengan diri sendiri. Saya akui. Saya minta dimaafkan supaya sorga saya tidak tertutup, supaya kubur saya…….
Nenek Sayang, saya tidak mau memberi maaf kalau kau tidak mau juga berhenti menyebut-nyebut soal kematian.
Kakek Maaf, tidak lagi.
Nenek Sekarang saya akan memaafkan kau dengan satu syarat.
Kakek Apa?
Nenek Kau harus menyanyi.
Kakek (menggelengkan kepalanya)
Nenek Kalu begitu, kau tak saya maafkan.
Kakek Dan sorga saya…?
Nenek Mungkin, tertutup.
Kakek Baik, saya akan menyanyi. Tapi separo. Kalau terlalu lama nanti saya batuk.
Nenek Tidak. Satu lagu.
Kakek Nanti batuk.
Nenek Setiap kali kau bilang begitu, padahal kau memang pintar menyanyi. Dan kau selalu menghabiskan sebuah lagu dengan sempurna tanpa batuk.
Kakek Satu lagu?
Nenek Ayolah, sayang. Penonton sudah tidak sabar lagi menunggu sang penyanyi.
(Kemudian Kakek menyanyi du tiga baris dari no other love stand – chen Schubert atau lainnya dan selebihnya play back. Begitu lagu berakhir Nenek bertepuk tangan dengan semangat.)
Nenek Suara kau tidak pernah berubah.
Kakek Mana album kesatu? Saya ingin melihat gambar saya ketika saya menyanyi di depan umum dimana kau juga ikut mendengarkan. Kau ingat kapan itu.
Nenek Ketika itu kau baru saja lulus propaedus. Kau sombong betul ketika itu.
Kakek Kau juga. Sepicingpun kau tak pernah membalas pandang saya.
Nenek Habis pandangan kau nakal.
Kakek Habis kau juga suka mencuri pandang.
Nenek Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.
Kakek Saya memang pintar berkhayal. Setiap kali saya menonton saya selalu mengkhayalkan adegan ciuman secara amat terperinci.
EMPAT
Pesuruh Ada tamu, nyonya besar.
Nenek Siapa?
Pesuruh Nyonya Wenas, nyonya.
Nenek (Melirik pada Kakek ) Nyonya janda itu (kepada pesuruh) Sebentar saya ke depan.
Pesuruh exit.
Nenek Kau surati dia?
Kakek Tidak.
Nenek Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
Kakek Saya tidak tahu.
Nenek Kau bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
LIMA
Kakek Seharusnya dia tidak perlu datang kemari.
\ Kemudian Kakek mondar-mandir sambil bersungut-sungut.
Kakek Saya takut dia betul-betul demam karena kedatangan janda itu. Ah. Lebih baik saya menyingkir ke ruang baca. (Exit)
ENAM
Nenek Kami sangat berharap sekali nyonya hadir kemarin. Suami saya juga heran kenapa nyonya tidak datang kemudian.
Janda Kami sakit.
Nenek Kami? Maksud nyonya….
Janda Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison agak parah sakitnya.
Nenek Kasihan. Sayang. (Heran suaminya tidak ada). Dimana kau? Dia tadi disini. Sebentar, nyonya (beseru) Onda, dimana kau? (Exit)
TUJUH
Sambil mengamati ruangan tengah itu nyonya Wenas membenahi dirinya.
Janda Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?
DELAPAN
Pesuruh muncul membawa minuman, ketika pesuruh itu akan pergi,
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya.
Janda Siapa yang memilih minuman ini?
Pesuruh Saya sendiri, nyonya, kenapa?
Janda Ini memang kesukaan saya.
Pesuruh Menyenangkan sekali. silahkan minum, nyonya.
Janda (Minum) Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka minuman ini?
Pesuruh Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya tahu nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya?
Janda Tuan besar masih suka…
Pesuruh Menyirami kaktus?
Janda Ya?
Pesuruh Tidak, nonya, tapi tuan besar menyirami seluruh bunga sekarang, setiap pagi dan sore. Memang tengah malam seringkali diam-diam ia menyirami kaktus yang ditaruh di dalam kakus. Maaf nyonya, saya harus ke dalam.
SEMBILAN
Nenek Selamat datan, nyonya.
Janda Selamat atas….
Kakek Terima kasih. Maaf , nyonya Tampubolon?
Nenek Kau pelupa benar.
Kakek Siapa bilang, Nyonya pasti nyonya Mangandaralam.
Nenek Sayang, ini nyonya Wenas.
Kakek Ya, saya maksud nyonya Wnas. Apa kabar suami nyonya?
Nenek Maaf, Nyonya. Sayang, tuan Wenas telah meninggal sebelas tahun yang lalu.
Kakek Maafkan kau benar sayang. Daya ingat saya jelek sekali. maafkan nyonya.
Janda Tidak apa.
Nenek (Berseru) Joni.!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bawa minuman ini ke dalam.
Pesuruh membawa minuman tadi ke dalam.
Kakek Baik-baik nyonya?
Janda Berkat doa tuan dan nyonya. Tuan sendiri?
Kakek Berkat doa nyonya.
Nenek Nyonya suka minum jeruk?
Janda Minuman apa saja saya suka. Tapi es susu saya paling uka.
Kakek Saya sendiritidak begitu, tapi……..
Nenek Kita berdua minum jeruk saja. Kita flue (Berseru) Joni!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.
Pesuruh Dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?
Nenek Dua es jeruk satu susu panas.
Kakek Bagaimana anak-anak nyonya?
Nenek Sayang, Nyonya dan tuan Wenas tidak diberkahi putera. Kenapa kau bertanya begitu?
Kakek Maaf, saya lupa. Maksud saya apa tujuan nyonya datang kemari?
Nenek Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala dia amat kaar, tapi sebenarnya dia lelaki yang amat lembut.
Janda Betul, nyonya. Onda adalah lelaki yang amat lembut, malah sangat amat lembut. Onda selalu cermat dalam memilih kata-kata dan juga saya kira ia tidak pernah memakai tanda seru selama hidupnya.
Kakek Kita minum apa? Nyonya suka….
Nenek Onda, kita baru saja memesan minuman (menyeret) Tingkahmu berlebihan sehingga memuakkan.
Kakek Kausendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura tidak kenal kepada nyonya itu.
Nenek Ya, tapi kau berlebihan. Kau kurang wajar.
Kakek Susah. Kalau saya wajar kau marah. Kalau saya berlebihan kau juga marah. Kalau saya jumput di perpustakaan kau juga marah. Saya tidak tahu bagaimana supaya kau tidak marah dan saya tidak mau marah agar kau tidak marah.
Nenek Pendeknya berlakulah sedikit agak sopan.
Kakek Saya coba.
Nenek Kendorkan urat wajahmu.
Sementara itu pesuruh telah menyajikan minuman di atas meja dan baru saja akan melangkah pergi.
Kakek Udara sangat baik akhir-akhir ini, di rumah nyonya sering turun hujan?
Janda Ya, terutama belakangan ini.
Nenek Memang musim hujan.
Janda Dan terutama kalau sore.
Kakek Seperti di rumah kita, tidak begitu, sayang?
Nenek Tentu saja. Kalau di rumah nyonya Wenas jatuh hujan di rumah kitapun turun hujan, sebab nyonya dan kita satu kota, bahkan satu wilayah kecamatan.
Kakek memang satu kota, satu kecamatan. Tidak begitu nyonya eh, siapa? O ya nyonya Wenas? Tidak begitu?
Janda Ya, kita satu kota.
Kakek Mari kita minum, satu kota mari.
Nenek Silahkan, nyonya.
Kakek (Setelah minum) Alangkah hangat es jeruk ini.
Nenek Ya, silahkan, nyonya. Nyonya tidak suka?
Janda (Menjerit) Alangkah sejuknya. Terima kasih.
Kakek Sejak kapan nyonya suka es susu yang panas?
Janda Sejak, sejak kemarin. Ya, kemarin.
Kakek Kami sendiri menyukai wedang jeruk yang sejuk baru saja. Tidak begitu sayang?
Nenek Ya.
Janda Terus terang saya sangat kagum pada nyonya. Saya tidak pernah melihat nyonya bertambah tua.
Nenek Nyonya berlebihan.
Janda Saya sungguh-sungguh, nyonya.
Nenek Kalau begitu saypun berterus terang. Nyonya semakin tua semakin cantik.
Kakek Memang (Nenek melotot). Maksud saya, maksud saya ketuaan itu hanya timbul apabila kita merasa tua. Adapun tua itu sendiri hanya hasil dari suatu penjabaran, hanya sayangnya penjabaran tersebut dilakukan oleh waktu, sehingga menyebabkan kurang enak kita terima konsekwensinya.
Nenek Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran kita.
Kakek Ya, kalau saja kita punya matematika, kita tidak akan pernah tua. Juga kalau saja kita tidak punya jam kita tidak akan pernah tua.
Janda Tapi kita punya matahari.
Nenek Itu susahnya.
Kakek Takdir. Sekarang mari kita minum seakan kita tidak punya matahari.
Janda Alangkah sejuknyausu pana ini.
Kakek Alangkah panasnya es jeruk ini. Tidak begitu, sayang?
Nenek Ya.
Janda Tapi kalau kita tidak punya matahari kitapun tak akan pernah punya bulan.
Nenek Juga kita tidak akan punya iang hari dan rematik kau akan lebih parah lagi.
Janda Kita tidak akan punya siang dan punya malam.
Kakek Kalau begitu?
Nenek Lebih baik punya matahari daripada sama sekali tak punya apa-apa.
Kakek Ya, dan itu berarti tuapun merupakan rahmat.
Janda Tidak, bukan rahmat tapi “apa boleh buat”
Kakek Apa boleh buat mari kita minum lagi.
Mereka minum dan omong seperti tadi.
Janda Tua dan tidak tua tetap saja ama, kaktus, misalnya.
Nenek Ya, kaktus memang tetap kaktus kaku dan berduri kapanpun.
Kakek Saya jadi ingat Old Shatterhand dengan Winnetou, bagaimana keduanya merangkak di atas padang rumput sambil membaui udara yang mengantarkan bau musuh, atau bagaimana mereka mendengarkan bentak-bentakan kaki kuda musuh dari jarak ber-mil-mil. Kaktus-kaktus liar banyak bertumbuhan di Amerika.
Janda Indahnya.
Nenek Apa tidak indah kemeriahan flamboyant, yang mampu menciptakan jalan selalu diliputi senja?
Kakek Saya kira lebih indah, juga lebih bermanfaat. Kita bahkan bisa berteduh di bawah cahaya kuning merahnya.
Janda Tapi flamboyant saya kira terlalu mewah dan kurang sederhana.
Nenek Kaktus memang selalu kesepian.
Janda Memang ia kurang dihiraukan orang.
Nenek Lantaran berbahaya.
Kakek Bagaimana kalau kita beralih kepada bunga bank saja. Ini lebih langsung menyangkut kepentingan ekonomi kita.
Janda Sayang sekali kita telah sepakat menerima kehadiran matahari, sehingga saya kini telah ditegurnya. Sudah cukup lama.
Janda ……Saya di jamu di sini. Saya minta diri sekali lagi saya mengucapkan selamat ata perkawinan emas tuan dan nyonya.
Sayang sekali dia sedang sakit: saya harus segera pulang.
Nenek Terima kasih banyak ata kunjungan nyonya.
Kakek Terima kasih banyak. Salam pada suami nyonya.
Janda Terima kasih (Sambil pergi) Bisonku.
SEPULUH
Perang bisu meletus antara Kakek dan Nenek.
SEBELAS
Kakek Kenapa kau diam begitu?
Nenek diam saja.
Kakek Kenapa kau begitu diam?
Nenek Kau juga begitu.
Kakek Kenapa?
Nenek Kau juga kenapa?
Kakek Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan kata-kata seru.
Nenek Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga pesta kita dengan kaktus-kaktu pacar kau.
Kakek Sejak muda kau begitu yakin seakan saya pernah punya hubungan percintaan dengan perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil menciptakan tokoh yang fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata dalam diri kau sehingga tokoh itu mampu mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai saat kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman kesukaannya begitu dia datang.
Kakek Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?
Nenek Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda itu datang.
Kakek Tidak. Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek Kau lakukan itu ketika saya sedang menemui dia tadi ketika kau menyingkir dari dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi ke kamar baca.
Kakek Tidak, sayang, dari sini tadi saya langsung ke kamar baca dan kemudian saya asyik membaca mengenai para psikologi. Ketika kau datang tepat saya sampai pada baris-baris mengenai telepati. Saya ingat betul.
Nenek Kau bohong.
Kakek Kalau tidak percaya kau boleh memanggil Joni (Berseru) J o n i !
DUA BELAS
Pesuruh Ya, tuan besar.
Kakek Siapa yang menyuruh…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Kakek Siapa yang menyuru…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Nenek Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh Belum sekalipun nyonya.
Nenek Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh Pertama kepada istri saya.
Nenek Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh Yang kedua kepada istri saya.
Nenek Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh Pura-pura sakit.
Nenek Yang paling berat?
Pesuruh Soal sembahyang.
Nenek Tentang perempuan?
Pesuruh Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek Bagaimana?
Pesuruh Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat amat pribadi, nyonya dan kurang sopan.
Nenek Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau akui saja siapa yang menyuruh kau menyiapkan tiga gelas e susu begitu tamu tadi datang?
Pesuruh Saya sendiri nyonya.
Nenek Kenapa justru es susu?
Pesuruh Saya tidak tahu. Saya asal saja. Nyonya, seperti halnya untuk tamu sebelumnya saya buatkan es sirop dan nyonya diam saja.
S u n y i .
Pesuruh Ada yang perlu saya kerjakan lagi, nyonya besar?
Nenek Pergi !
Joni exit.
TIGA BELAS
S u n y i .
Nenek Berkomplot.
Kakek Tidak baik mengada-ada.
Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua buah lagu sekaligus. Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis nanti kau batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Nenek Biarpun kau dukung saya dari sini ke kamar saya tidak akan diam.
Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek Tuhanku,kepala saya Cuma satu dan puyeng. Kalau saja saya punya tiga kepala barangkali saya tahu apa yang harus saya perbuat agar kau diam. Tapi kepala saya Cuma stud an tangis kau memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat hijau. Tuhan-ku.
Nenek Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.
Kakek Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek Saya bukan bidadari.
Kakek Katakan malaikat ku.
Nenek Saya bukan malaikat!
Kakek Katakan dewiku………..
Nenek Saya bukan dewi.
Kakek Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek Saya istrimu!
Kakek Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek Saya bukan istrimu!
Kakek Tuhan-ku.
Nenek Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati terbuat dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau nodai percintaan kita dengan perempuan berhati kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam! Kejam! Tuhan, masukkan dia ke dalam neraka sampai kukunya hangus.
Kakek (Menangis) Doamu jahat.
Nenek Biar
Kakek Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek Kau kejam dank au sendiri?
Nenek Ke sorga.
Kakek Kau egoistis.
Nenek Biar.
Kakek Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek Tidak sudi.
Kakek Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek …..Saya ingin kita cerai.
Kakek Cerai?
Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek Tapi kau harus berfikir…..
Nenek Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi perasaan seperti halnya soal percintaan. Pokoknya kita harus cerai.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Kakek Sekarang sudah terlalu siang dan saya kira kantor-kantor………
Nenek Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi mulai malam ini saya tidak sudi tidur satu kamar bersama kau.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Suara Nita B u s t a m i
Suara Joni Ya, nyonya!
Kakek Kau dengar? Nita sudah datang.
Joni lewat.
Kakek Sayang diamlah.
Nenek Saya tidak mau diam.
Kakek Nita datang.
Nenek Tidak perduli.
Joni lewat membawa banyak bungkusan belanja, begitu muncul Nita begitu Nenek lari ke dalam.
EMPAT BELAS
Kakek (Mengejar) Sayang.
Nita Ada apa lagi, pak?
Kakek Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita Bustam.
Joni Ya, Nyonya.
Nita Ibu dan bapak bertengkar?
Joni Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.
LIMA BELAS
Ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul Sopir Arba membawa beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian muncul Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri.
Arba Di sini, nyonya?
Novia Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba Yang lainnya, nya?
Novia Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli Papa nanti ke sini, Mam?
Novia Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba Ya, nyonya?
Novia Tidak, nanti saja.
Arba Baik, nyonya (exit)
Feri Mana bude Ita, Mam?
Novia Sebentar, sayang.
Feri Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia Sebentar, sayang, sebentar.
Meli Meli juga, Mam.
Novia Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti Kakek dan Nenek menangis.
Feri Nenek juga suka menangis, Mam?
ENAM BELAS
Muncul Nita dan terkejut.
Nita (Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada apa lagi Novia?
Novia Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita Bustam!
Joni Ya, nyonya.
Novia Memet!
Nita Ya, nyonya.
Novia Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa yang mau lihat ikan?
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Novia Ikutlah sama Mang Memet.
Joni Ayo lita nonton ikan.
Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam.
TUJUH BELAS
Nita Lagu lama?
Novia Tapi kali ini saya kira yang terakhir.
Nita Dulu kau juga bilang begitu.
Novia Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya perasaan saya melihat tingkah Vita terhadap pasiennya yang pura-pura sakit itu.
Nita Siapa lagi?
Novia Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.
DELAPAN BELAS
Kakek Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia Pak…..
Kakek Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia Anak-anak.
Kakek Mana mereka?
Novia Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek (Setelah berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan berlarut-larut.
Novia Soal apa pak?
Nita Ibu Purik. Ibu marah.
Novia Kenapa?
Kakek Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia Bapak tidak mau mengalah?
Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia Buang saja kaktus itu.
Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia Minta cerai?
Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia Ibu?
Nita Ya, seperti kau sekarang.
Kakek Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek Kau dan ibumu memang satu jiwa. Alasan apa yang mendorong kau meminta kesedihan serupa itu? Kebodohan macam apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan dengan mendapatkan kata itu kau dapat mengecap hidup inilebih nikmat? Novia, kau jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira rumah tangga itu rumah-rumahan dari kotak geretan yang dengan mudah dapat kau bongkar-bongkar dank au susun-susun? Novia, kau sudah waktunya menginsafi bahwa rumah tangga adalah rumah suci yang lain, seperti masjid, gereja dan kelenteng. Dan rumah suci adalah tempat dimana firman-firman Tuhan yang agung dan suci dimulyakan, rumah suci adalah tempat dimana cinta kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah hidup, untuk meraih maka hidup yang samara dalam semesta ini.
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Meli, Feri…. Ini sudah menjadi persolan Negara, persoalan dunia, saya tidak boelh membiarkan rumahmu terbakar hanya disebabkan api mainan yang diminyaki cemburu buta. Saya harus beritahu segera ibumu. (Exit)
SEMBILAN BELAS
Nita Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Novia Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati saya. Coba saja, icih. Si sundal itu hampir setiap hari ia berobat ke rumah.
Nita Tiap hari?
Novia Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita Seminggu sekali?
Novia Katakanlah sebulan sekali tapi sekalipun begitu tingkahnya yang kekanak-kanakan cukup membakar seluruh amarah saya.
Nita Bagaimana kau tahu? Apa kau ikut memeriksa penyakitnya?
Novia Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu perempuan itu mau berobat. Sengaja saya masuk dalam kamar praktek. Pura-pura mencari sesuatu.
Nita Kau juga dengan apa yang dipercakapkan Icih dengan suamimu?
Novia Dengar.
Nita Apa?
Novia Seperti dokter dan pasien.
Nita Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Nita Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan menyaksikan Vita memeriksa tubuh perempuan itu.
Novia Gila.
Nita Lalu kau di luar saja.
Novia Tentu saja.
Nita Itulah kesalahanmu.
Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Novia Ini bukan masalah bersuami atau belum tapi masalah watak. Sekalipun perempuan jalang itu sudah mati saya yakin rohnya masih banal.
Nita Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari suamimu. Kalau kau mau jujr sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-praangkamu sendiri saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan perempuan-perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada suamimu?
Novia Apa kau kira semua perempuan banal seperti sundal itu? Kalau ternyata memang demikian sayapun pasti cemburu sebesar-besarnya terhadap semua perempuan. Tapi saya kira kaupun yakin tidak semua perempuan punya leher selenggang-lenggok leher Icih yang suka membelit leher suami orang lain.
DUA PULUH
Muncul Nenek dan Kakek .
Nenek (Menubruk Novia sambil menangis) Novia, sayang, kau jangan suka membaca roman-roman picisan. Kau bisa bayangkan sendiri apa jadinya isi kepalamu dengan roman-roman seperti itu. Dengan membaca cerita-cerita cengeng seperti itu kau sama dengan mengisi usus besarmu dengan minuman keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi kalau setiap hari kau minum arak sama dengan memperpendek usiamu sendiri.
Nenek ………….Novia, ibu yakin kau telah terpengaruh roman-roman sampah itu sehingga hidup bagimu tak ubahnya seperti mainan peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet. Bacalah tentang kesetiaan cinta, dan singkirkan bacaan yang mengajarkan kebencian dan perceraian. Kau kira perceraian itu jalan cuci?
Kakek Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau berhasil bercerai dengan suamimu?
Nenek Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu akan menuntun hidupmu kea rah kebahagiaan.
Nita Juga jangan lupakan Meli dan Feri.
Kakek Hanya karena soal cemburu, soal-soal roman picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa tidak kandang ayam saja yang kau bongkar yang sudah jelas sudah tapuh itu?
Nenek Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip dalam niatmu untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat membayangkan kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti katamu dulu, ketika kau mendesak ibu agar menerima lamaran? (Novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.
Kakek Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja yang kau punya sekarang.
Nenek Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih baik orang diam, dan lebih baiklagi kalau kau mau mendengarkan sayan orang lain.
Kakek Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang marah tetapi tak sepatahpun kata kata yang diucapkan.
Nenek Ban ini, kopor-kopor iniapa perlu artinya? Main-main kau sudah keterlaluan.
Novia Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Nenek Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Nita Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang dibenihkan setan cemburu.
Kakek Apa kira surat talak itu cek?
Nenek Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek Ayah dan ibumu berumah tangga selama setengah abad, tanpa sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek Kami bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek Apa kau pernah mendengar Hawa minta talak kepada Adam? Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu. Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek Kami bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek Kau sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia bunuh diri demi cintanya kepada Jayaprana.
Nenek Bacalah semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita yang manjur.
Kakek Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Nita Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya dan suami saya tidak pernah diberkahi anak?
Nenek Belum. Nita.
Kakek Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia Tapi bu.
Nenek Tidak, jangan bicara.
Kakek Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek Ibumu juga tidak suka marah.
Nenek Sekali-kali tentu saja boleh sekedar olah raga urat muka, tapi kalau terlalu sering bisa membuatpenyakit.
Nita Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu? Akan kau biarkan mereka kehausan cinta hanya demi kepuaan amarahmu? Egoistis?
Novia Saya tidak akan bicara apa-apa, saya hanya akan menjelakan panjang lebar. Duduk perkaranya.
Nenek Bicaralah.
Kakek Apa persoalannya.
Nita Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia Vita mau kawin lagi.
Nita Apa kau bilang?
Kakek Dia bilang apa?
Nenek Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin kalimat itu kau pungut dari salah satu buku picisanmu (berseru) Joni! (tak ada sahutan)
Nita Bustam !
Novia Memet !
Kakek Joni!
Joni Ya, tuan besar.
Nita Air dingin, Bustam!
Novia Cepat, Met!
Joni Sebentar, nyonya.
Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia Met !
Kakek Joni !
Nita Bus !
Joni tergesa membawa empat gelas air dingin, mereka berempat sama-sama minum
Nita Ganti kalimatmu, Novia.
Kakek Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia Ibu, saya cemburu.
Nenek Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia Tapi vita keterlaluan.
Kakek Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Nenek Novia, rupanya kau beluim menyadari bahwa usapan tangan seorang dokter lembut dan suci seperti lembut usapan orang-orang suci atau bahkan nabi. Dokter-dokter bekerja atas tugas suci. Merekalah yang paling nyata mengamalkan firman-firman Tuhan. Kalau kau mau mengerti para dokterlah yang paling banyak tahu tentang penderitaan manusia sepanjang sejarahnya. Merekalah yang berjuang dengan nyata agar kita bisa mengecap hidup ini bertambah baik.
Kakek Merekalah menghibur kita, menyembuhkan kita dari segala macam luka yang ditatahkan sang kala.
Nenek Saya jadi terharu.
Kakek Kasihan Vita.
Nenek Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek Judas kau.
Dengan pucat dan tergesa Joni muncul.
Nita Ada apa, Bus?
Nenek Ada apa, Joni?
Novia Ada apa, Met?
Joni Meli, nya.
Keempatnya Meli?
Joni Feri.
Keempatnya Feri?
Joni Meli dan Feri ?
Keempatnya Meli dan Feri?
Joni Ya, nya.
Keempatnya Kenapa?
Joni Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni Hilang.
Novia Kau gila.
Nita Kau taruh dimana mereka?
Kakek Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek Dunia penuh culik.
Nita Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita Tidak telpon dulu.
Kakek Polisi.
Kemudian mereka berimprovisasi, mereka betul-betul cemas, takut dan lain-lain.
Nita Meli ! Feri ! Di mana.
Kakek Cucuku.
Nenek Cucuku.
Novia Met !
Joni Ya, nya.
Novia Panggil Arba.
Arba Saya di sini, nya.
Novia Kenapa kau diam saja?
Arba Saya di sini, nya.
Novia Meli dan Feri hilang.
Arba Mereka diculik, nya.
Novia Diculik?
Arba Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan Feri pulang.
Novia Gila kamu.
Kakek dan Nenek dan Nita muncul.
Nenek Di mana mereka?
Kakek Sudah ada telpon dari Polisi?
Nita Tukang rokok seberang jalan Cuma bilang bahwa seorang laki-laki telah membawa lari Meli dan Feri dalam sebuah mobil.
Nenek dan Kakek : Apa?
Nenek (minum) Telpon polisi lagi.
Telpon berdering.
Kakek Pasti dari Polisi.
Nenek Cucuku yang malang…. Oh saya sedang membayangkan mereka menangis karena penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Nita (menyerahkan pesawat telpon) untuk mamanya Meli.
Kakek Dari Polisi?
Nita Dari Meli.
Kakek Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek Dongeng apa ini?
Kakek Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan permainan kasar seperti ini ini.
Nenek Kenapa berang begitu? Seharusnya kita bersyukur bahwa ini semua Cuma main-main.
Kakek Justru lantaran main-main saya jadi berang.
Nenek Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?
Kakek Bukan begitu maksud saya, tapi permainan ini bukan untuk orang-orang tua macam kita. Ini permainan pemuda dan bukan untuk orang-orang yang rapuh jantungnya.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.
Kakek Betapapun akan saya marahi Vita. Akan saya katakana bahwa sebagai dokter dia kurang mempertimbangkan kemungkinan effek psikologis dari permainannya. Apa dia tahu bahwa setiap kali saya harus mengatur peredaran darah saya sedemikian rupa di depan aquarium sambil mendengarkan lagu-lagu yang paling lembut agar kesehatan saya terpelihara? Dengan permainan baru saja, sama dengan dia meledakkan granat di atas batok kepala saya. Apa dia fakir dia mampu mengobati kalau saya sakit keras? Barang kali dia lupa bahwa dia dokter muda. Dokter muda jelas baru tahu tentang ilmu kedokteran seninya. Untuk ia, ia perlu bergaul dengan alam. Banyak tingkah. Coba……
Novia Pak, Ibu, saya permisi pulang.
Kakek Tanpa minta maaf?
Pulanglah dan bilanglah pada suamimu besok dia harus menghadap kemari.
Novia Pulang dulu, bu.
Nenek Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia Ya, bu.
Joni Polisi, Nyonya.
Nita Sebentar, saya ke muka.
Karya : ARIFIN C. NOOR
Para Tokoh:
Nenek
Kakek
Pesuruh
Janda, Nyonya Wenas
Arba, Sopir
Novia
Nita
Meli
Feri
SANDIWARA INI DIMULAI DENGAN MENG-EXPOSE LEBIH DULU:
1. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA PACARAN
2. POTRET KAKEK DAN NENEK KETIKA KAWIN
3. POTRET KAKEK DAN NENEK DENGAN ANAK-ANAK
4. POTRET KELUARGA BESAR
5. POTRET KAKEK TUA
6. POTRET NENEK TUA
7. MAIN TITLE ETC-ETC
Kakek dan Nenek duduk berhadapan.
Beberapa saat mereka saling memandang, Beberapa saat mereka saling tersenyum. Suatu saat mereka sama-sama menuju ke sofa, duduk berdampingan, seperti sepasang pemuda dan pemudi. Setelah mereka ketawa kembali mereka duduk berhadapan. Lalu beberapa saat saling memandang, tersenyum, lalu ke sofa lagi duduk berdampingan, seperti pepasang pengantin, malu-malu dan sebagainya, demikian seterusnya..
TIGA
Kakek Sekarang kau nyanyi.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Seperti dulu.
Nenek (menggeleng sambil tersenyum manja)
Kakek Nyanyi seperti dulu.
Nenek (Malu)
Kakek Sejak dulu kau selalu begitu.
Nenek Habis kaupun selalu mengejek setiap kali saya menyanyi.
Kakek Sekarang tidak, sejak sekarang saya tidak akan pernah mengejek kau lagi.
Nenek Saya tidak mau menyanyi.
Kakek Kapanpun?
Nenek Kapanpun.
Kakek Juga untuk saya.
Nenek Juga untuk kau.
Kakek Sama sekali?
Nenek Sama sekali.
Kakek Kau kejam. Saya sangat sedih. Saya mati tanpa lebih dulu mendengar kau
menyanyi.
Nenek Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada gunanya.
Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.
Kakek Mati saya tidak bahagia karena kau tidak maumenyanyi. Ini memang salah saya.
Tetapi kalau sejak dulu kau cukup mengerti bahwa saya memang sangat memainkan kau, tentu kau bisa memaafkan segala macam ejekan-ejekan saya. Tuhan, saya kira saya akan menghembuskan nafas saya yang terakhir tatkala kau sedang menyanyikan sebuah lagu ditelinga saya.
Nenek Sayang saya mohon berhentilah kau berfikir mengenai hal itu. Demi segala-galanya berhentilah. Tersenyumlah lagi seperti biasanya.
Kakek Saya akan tersenyum kalau kau mau mengucapkan janji.
Nenek Tentu, tentu.
Kakek Kau mau menyanyi.
Nenek Tentu, sayang, tentu.
Kakek Kapan?
Nenek Suatu ketika.
Kakek Sebelum saya mati?
Nenek Ya, sayang, ya, sayang.
Kakek Sekarang.
Nenek Tidak mungkin, sayang, kau tahu saya sedikit flu karena pesta beberapa hari yang lalu?
Kakek (Tertawa) U, saya baru ingat sekarang.
Nenek Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit.
Kakek Kau melebih-lebihkan.
Nenek Tapi acap kali kau begitu. Kalau saya batuk baru setelah satu minggu kau tahu.
Kakek Ya, saya akui saya acap kali terlalu asyik dengan diri sendiri. Saya akui. Saya minta dimaafkan supaya sorga saya tidak tertutup, supaya kubur saya…….
Nenek Sayang, saya tidak mau memberi maaf kalau kau tidak mau juga berhenti menyebut-nyebut soal kematian.
Kakek Maaf, tidak lagi.
Nenek Sekarang saya akan memaafkan kau dengan satu syarat.
Kakek Apa?
Nenek Kau harus menyanyi.
Kakek (menggelengkan kepalanya)
Nenek Kalu begitu, kau tak saya maafkan.
Kakek Dan sorga saya…?
Nenek Mungkin, tertutup.
Kakek Baik, saya akan menyanyi. Tapi separo. Kalau terlalu lama nanti saya batuk.
Nenek Tidak. Satu lagu.
Kakek Nanti batuk.
Nenek Setiap kali kau bilang begitu, padahal kau memang pintar menyanyi. Dan kau selalu menghabiskan sebuah lagu dengan sempurna tanpa batuk.
Kakek Satu lagu?
Nenek Ayolah, sayang. Penonton sudah tidak sabar lagi menunggu sang penyanyi.
(Kemudian Kakek menyanyi du tiga baris dari no other love stand – chen Schubert atau lainnya dan selebihnya play back. Begitu lagu berakhir Nenek bertepuk tangan dengan semangat.)
Nenek Suara kau tidak pernah berubah.
Kakek Mana album kesatu? Saya ingin melihat gambar saya ketika saya menyanyi di depan umum dimana kau juga ikut mendengarkan. Kau ingat kapan itu.
Nenek Ketika itu kau baru saja lulus propaedus. Kau sombong betul ketika itu.
Kakek Kau juga. Sepicingpun kau tak pernah membalas pandang saya.
Nenek Habis pandangan kau nakal.
Kakek Habis kau juga suka mencuri pandang.
Nenek Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.
Kakek Saya memang pintar berkhayal. Setiap kali saya menonton saya selalu mengkhayalkan adegan ciuman secara amat terperinci.
EMPAT
Pesuruh Ada tamu, nyonya besar.
Nenek Siapa?
Pesuruh Nyonya Wenas, nyonya.
Nenek (Melirik pada Kakek ) Nyonya janda itu (kepada pesuruh) Sebentar saya ke depan.
Pesuruh exit.
Nenek Kau surati dia?
Kakek Tidak.
Nenek Kau bohong. Bagaimana dia bisa tahu tentang pesta kita?
Kakek Saya tidak tahu.
Nenek Kau bohong (Exit) Demam saya mulai kambuh.
LIMA
Kakek Seharusnya dia tidak perlu datang kemari.
\ Kemudian Kakek mondar-mandir sambil bersungut-sungut.
Kakek Saya takut dia betul-betul demam karena kedatangan janda itu. Ah. Lebih baik saya menyingkir ke ruang baca. (Exit)
ENAM
Nenek Kami sangat berharap sekali nyonya hadir kemarin. Suami saya juga heran kenapa nyonya tidak datang kemudian.
Janda Kami sakit.
Nenek Kami? Maksud nyonya….
Janda Ya, saya dan anjing saya sakit. Setiap kali saya sakit anjing saya juga ikut sakit. Saya agak senang karena sekarang saya agak sembuh, tetapi Bison agak parah sakitnya.
Nenek Kasihan. Sayang. (Heran suaminya tidak ada). Dimana kau? Dia tadi disini. Sebentar, nyonya (beseru) Onda, dimana kau? (Exit)
TUJUH
Sambil mengamati ruangan tengah itu nyonya Wenas membenahi dirinya.
Janda Terlaknat saya, kenapa saya jadi gemetar?
DELAPAN
Pesuruh muncul membawa minuman, ketika pesuruh itu akan pergi,
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya.
Janda Siapa yang memilih minuman ini?
Pesuruh Saya sendiri, nyonya, kenapa?
Janda Ini memang kesukaan saya.
Pesuruh Menyenangkan sekali. silahkan minum, nyonya.
Janda (Minum) Segar bukan main. Bagaimana kau tahu saya suka minuman ini?
Pesuruh Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya tahu nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.
Janda Nanti dulu.
Pesuruh Ya, nyonya?
Janda Tuan besar masih suka…
Pesuruh Menyirami kaktus?
Janda Ya?
Pesuruh Tidak, nonya, tapi tuan besar menyirami seluruh bunga sekarang, setiap pagi dan sore. Memang tengah malam seringkali diam-diam ia menyirami kaktus yang ditaruh di dalam kakus. Maaf nyonya, saya harus ke dalam.
SEMBILAN
Nenek Selamat datan, nyonya.
Janda Selamat atas….
Kakek Terima kasih. Maaf , nyonya Tampubolon?
Nenek Kau pelupa benar.
Kakek Siapa bilang, Nyonya pasti nyonya Mangandaralam.
Nenek Sayang, ini nyonya Wenas.
Kakek Ya, saya maksud nyonya Wnas. Apa kabar suami nyonya?
Nenek Maaf, Nyonya. Sayang, tuan Wenas telah meninggal sebelas tahun yang lalu.
Kakek Maafkan kau benar sayang. Daya ingat saya jelek sekali. maafkan nyonya.
Janda Tidak apa.
Nenek (Berseru) Joni.!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bawa minuman ini ke dalam.
Pesuruh membawa minuman tadi ke dalam.
Kakek Baik-baik nyonya?
Janda Berkat doa tuan dan nyonya. Tuan sendiri?
Kakek Berkat doa nyonya.
Nenek Nyonya suka minum jeruk?
Janda Minuman apa saja saya suka. Tapi es susu saya paling uka.
Kakek Saya sendiritidak begitu, tapi……..
Nenek Kita berdua minum jeruk saja. Kita flue (Berseru) Joni!
Pesuruh Ya, nyonya.
Nenek Bikin es susu dan dua gelas jeruk panas.
Pesuruh Dua es susu dan satu gelas jeruk panas, maksud nyonya?
Nenek Dua es jeruk satu susu panas.
Kakek Bagaimana anak-anak nyonya?
Nenek Sayang, Nyonya dan tuan Wenas tidak diberkahi putera. Kenapa kau bertanya begitu?
Kakek Maaf, saya lupa. Maksud saya apa tujuan nyonya datang kemari?
Nenek Maafkan suami saya, Nyonya. Kadangkala dia amat kaar, tapi sebenarnya dia lelaki yang amat lembut.
Janda Betul, nyonya. Onda adalah lelaki yang amat lembut, malah sangat amat lembut. Onda selalu cermat dalam memilih kata-kata dan juga saya kira ia tidak pernah memakai tanda seru selama hidupnya.
Kakek Kita minum apa? Nyonya suka….
Nenek Onda, kita baru saja memesan minuman (menyeret) Tingkahmu berlebihan sehingga memuakkan.
Kakek Kausendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura tidak kenal kepada nyonya itu.
Nenek Ya, tapi kau berlebihan. Kau kurang wajar.
Kakek Susah. Kalau saya wajar kau marah. Kalau saya berlebihan kau juga marah. Kalau saya jumput di perpustakaan kau juga marah. Saya tidak tahu bagaimana supaya kau tidak marah dan saya tidak mau marah agar kau tidak marah.
Nenek Pendeknya berlakulah sedikit agak sopan.
Kakek Saya coba.
Nenek Kendorkan urat wajahmu.
Sementara itu pesuruh telah menyajikan minuman di atas meja dan baru saja akan melangkah pergi.
Kakek Udara sangat baik akhir-akhir ini, di rumah nyonya sering turun hujan?
Janda Ya, terutama belakangan ini.
Nenek Memang musim hujan.
Janda Dan terutama kalau sore.
Kakek Seperti di rumah kita, tidak begitu, sayang?
Nenek Tentu saja. Kalau di rumah nyonya Wenas jatuh hujan di rumah kitapun turun hujan, sebab nyonya dan kita satu kota, bahkan satu wilayah kecamatan.
Kakek memang satu kota, satu kecamatan. Tidak begitu nyonya eh, siapa? O ya nyonya Wenas? Tidak begitu?
Janda Ya, kita satu kota.
Kakek Mari kita minum, satu kota mari.
Nenek Silahkan, nyonya.
Kakek (Setelah minum) Alangkah hangat es jeruk ini.
Nenek Ya, silahkan, nyonya. Nyonya tidak suka?
Janda (Menjerit) Alangkah sejuknya. Terima kasih.
Kakek Sejak kapan nyonya suka es susu yang panas?
Janda Sejak, sejak kemarin. Ya, kemarin.
Kakek Kami sendiri menyukai wedang jeruk yang sejuk baru saja. Tidak begitu sayang?
Nenek Ya.
Janda Terus terang saya sangat kagum pada nyonya. Saya tidak pernah melihat nyonya bertambah tua.
Nenek Nyonya berlebihan.
Janda Saya sungguh-sungguh, nyonya.
Nenek Kalau begitu saypun berterus terang. Nyonya semakin tua semakin cantik.
Kakek Memang (Nenek melotot). Maksud saya, maksud saya ketuaan itu hanya timbul apabila kita merasa tua. Adapun tua itu sendiri hanya hasil dari suatu penjabaran, hanya sayangnya penjabaran tersebut dilakukan oleh waktu, sehingga menyebabkan kurang enak kita terima konsekwensinya.
Nenek Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran kita.
Kakek Ya, kalau saja kita punya matematika, kita tidak akan pernah tua. Juga kalau saja kita tidak punya jam kita tidak akan pernah tua.
Janda Tapi kita punya matahari.
Nenek Itu susahnya.
Kakek Takdir. Sekarang mari kita minum seakan kita tidak punya matahari.
Janda Alangkah sejuknyausu pana ini.
Kakek Alangkah panasnya es jeruk ini. Tidak begitu, sayang?
Nenek Ya.
Janda Tapi kalau kita tidak punya matahari kitapun tak akan pernah punya bulan.
Nenek Juga kita tidak akan punya iang hari dan rematik kau akan lebih parah lagi.
Janda Kita tidak akan punya siang dan punya malam.
Kakek Kalau begitu?
Nenek Lebih baik punya matahari daripada sama sekali tak punya apa-apa.
Kakek Ya, dan itu berarti tuapun merupakan rahmat.
Janda Tidak, bukan rahmat tapi “apa boleh buat”
Kakek Apa boleh buat mari kita minum lagi.
Mereka minum dan omong seperti tadi.
Janda Tua dan tidak tua tetap saja ama, kaktus, misalnya.
Nenek Ya, kaktus memang tetap kaktus kaku dan berduri kapanpun.
Kakek Saya jadi ingat Old Shatterhand dengan Winnetou, bagaimana keduanya merangkak di atas padang rumput sambil membaui udara yang mengantarkan bau musuh, atau bagaimana mereka mendengarkan bentak-bentakan kaki kuda musuh dari jarak ber-mil-mil. Kaktus-kaktus liar banyak bertumbuhan di Amerika.
Janda Indahnya.
Nenek Apa tidak indah kemeriahan flamboyant, yang mampu menciptakan jalan selalu diliputi senja?
Kakek Saya kira lebih indah, juga lebih bermanfaat. Kita bahkan bisa berteduh di bawah cahaya kuning merahnya.
Janda Tapi flamboyant saya kira terlalu mewah dan kurang sederhana.
Nenek Kaktus memang selalu kesepian.
Janda Memang ia kurang dihiraukan orang.
Nenek Lantaran berbahaya.
Kakek Bagaimana kalau kita beralih kepada bunga bank saja. Ini lebih langsung menyangkut kepentingan ekonomi kita.
Janda Sayang sekali kita telah sepakat menerima kehadiran matahari, sehingga saya kini telah ditegurnya. Sudah cukup lama.
Janda ……Saya di jamu di sini. Saya minta diri sekali lagi saya mengucapkan selamat ata perkawinan emas tuan dan nyonya.
Sayang sekali dia sedang sakit: saya harus segera pulang.
Nenek Terima kasih banyak ata kunjungan nyonya.
Kakek Terima kasih banyak. Salam pada suami nyonya.
Janda Terima kasih (Sambil pergi) Bisonku.
SEPULUH
Perang bisu meletus antara Kakek dan Nenek.
SEBELAS
Kakek Kenapa kau diam begitu?
Nenek diam saja.
Kakek Kenapa kau begitu diam?
Nenek Kau juga begitu.
Kakek Kenapa?
Nenek Kau juga kenapa?
Kakek Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan kata-kata seru.
Nenek Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga pesta kita dengan kaktus-kaktu pacar kau.
Kakek Sejak muda kau begitu yakin seakan saya pernah punya hubungan percintaan dengan perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil menciptakan tokoh yang fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata dalam diri kau sehingga tokoh itu mampu mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai saat kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman kesukaannya begitu dia datang.
Kakek Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?
Nenek Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda itu datang.
Kakek Tidak. Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek Kau lakukan itu ketika saya sedang menemui dia tadi ketika kau menyingkir dari dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi ke kamar baca.
Kakek Tidak, sayang, dari sini tadi saya langsung ke kamar baca dan kemudian saya asyik membaca mengenai para psikologi. Ketika kau datang tepat saya sampai pada baris-baris mengenai telepati. Saya ingat betul.
Nenek Kau bohong.
Kakek Kalau tidak percaya kau boleh memanggil Joni (Berseru) J o n i !
DUA BELAS
Pesuruh Ya, tuan besar.
Kakek Siapa yang menyuruh…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Kakek Siapa yang menyuru…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Nenek Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh Belum sekalipun nyonya.
Nenek Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh Pertama kepada istri saya.
Nenek Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh Yang kedua kepada istri saya.
Nenek Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh Pura-pura sakit.
Nenek Yang paling berat?
Pesuruh Soal sembahyang.
Nenek Tentang perempuan?
Pesuruh Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek Bagaimana?
Pesuruh Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat amat pribadi, nyonya dan kurang sopan.
Nenek Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau akui saja siapa yang menyuruh kau menyiapkan tiga gelas e susu begitu tamu tadi datang?
Pesuruh Saya sendiri nyonya.
Nenek Kenapa justru es susu?
Pesuruh Saya tidak tahu. Saya asal saja. Nyonya, seperti halnya untuk tamu sebelumnya saya buatkan es sirop dan nyonya diam saja.
S u n y i .
Pesuruh Ada yang perlu saya kerjakan lagi, nyonya besar?
Nenek Pergi !
Joni exit.
TIGA BELAS
S u n y i .
Nenek Berkomplot.
Kakek Tidak baik mengada-ada.
Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua buah lagu sekaligus. Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis nanti kau batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Nenek Biarpun kau dukung saya dari sini ke kamar saya tidak akan diam.
Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek Tuhanku,kepala saya Cuma satu dan puyeng. Kalau saja saya punya tiga kepala barangkali saya tahu apa yang harus saya perbuat agar kau diam. Tapi kepala saya Cuma stud an tangis kau memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat hijau. Tuhan-ku.
Nenek Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.
Kakek Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek Saya bukan bidadari.
Kakek Katakan malaikat ku.
Nenek Saya bukan malaikat!
Kakek Katakan dewiku………..
Nenek Saya bukan dewi.
Kakek Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek Saya istrimu!
Kakek Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek Saya bukan istrimu!
Kakek Tuhan-ku.
Nenek Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati terbuat dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau nodai percintaan kita dengan perempuan berhati kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam! Kejam! Tuhan, masukkan dia ke dalam neraka sampai kukunya hangus.
Kakek (Menangis) Doamu jahat.
Nenek Biar
Kakek Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek Kau kejam dank au sendiri?
Nenek Ke sorga.
Kakek Kau egoistis.
Nenek Biar.
Kakek Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek Tidak sudi.
Kakek Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek …..Saya ingin kita cerai.
Kakek Cerai?
Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek Tapi kau harus berfikir…..
Nenek Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi perasaan seperti halnya soal percintaan. Pokoknya kita harus cerai.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Kakek Sekarang sudah terlalu siang dan saya kira kantor-kantor………
Nenek Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi mulai malam ini saya tidak sudi tidur satu kamar bersama kau.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Suara Nita B u s t a m i
Suara Joni Ya, nyonya!
Kakek Kau dengar? Nita sudah datang.
Joni lewat.
Kakek Sayang diamlah.
Nenek Saya tidak mau diam.
Kakek Nita datang.
Nenek Tidak perduli.
Joni lewat membawa banyak bungkusan belanja, begitu muncul Nita begitu Nenek lari ke dalam.
EMPAT BELAS
Kakek (Mengejar) Sayang.
Nita Ada apa lagi, pak?
Kakek Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita Bustam.
Joni Ya, Nyonya.
Nita Ibu dan bapak bertengkar?
Joni Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.
LIMA BELAS
Ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul Sopir Arba membawa beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian muncul Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri.
Arba Di sini, nyonya?
Novia Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba Yang lainnya, nya?
Novia Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli Papa nanti ke sini, Mam?
Novia Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba Ya, nyonya?
Novia Tidak, nanti saja.
Arba Baik, nyonya (exit)
Feri Mana bude Ita, Mam?
Novia Sebentar, sayang.
Feri Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia Sebentar, sayang, sebentar.
Meli Meli juga, Mam.
Novia Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti Kakek dan Nenek menangis.
Feri Nenek juga suka menangis, Mam?
ENAM BELAS
Muncul Nita dan terkejut.
Nita (Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada apa lagi Novia?
Novia Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita Bustam!
Joni Ya, nyonya.
Novia Memet!
Nita Ya, nyonya.
Novia Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa yang mau lihat ikan?
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Novia Ikutlah sama Mang Memet.
Joni Ayo lita nonton ikan.
Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam.
TUJUH BELAS
Nita Lagu lama?
Novia Tapi kali ini saya kira yang terakhir.
Nita Dulu kau juga bilang begitu.
Novia Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya perasaan saya melihat tingkah Vita terhadap pasiennya yang pura-pura sakit itu.
Nita Siapa lagi?
Novia Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.
DELAPAN BELAS
Kakek Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia Pak…..
Kakek Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia Anak-anak.
Kakek Mana mereka?
Novia Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek (Setelah berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan berlarut-larut.
Novia Soal apa pak?
Nita Ibu Purik. Ibu marah.
Novia Kenapa?
Kakek Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia Bapak tidak mau mengalah?
Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia Buang saja kaktus itu.
Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia Minta cerai?
Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia Ibu?
Nita Ya, seperti kau sekarang.
Kakek Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek Kau dan ibumu memang satu jiwa. Alasan apa yang mendorong kau meminta kesedihan serupa itu? Kebodohan macam apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan dengan mendapatkan kata itu kau dapat mengecap hidup inilebih nikmat? Novia, kau jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira rumah tangga itu rumah-rumahan dari kotak geretan yang dengan mudah dapat kau bongkar-bongkar dank au susun-susun? Novia, kau sudah waktunya menginsafi bahwa rumah tangga adalah rumah suci yang lain, seperti masjid, gereja dan kelenteng. Dan rumah suci adalah tempat dimana firman-firman Tuhan yang agung dan suci dimulyakan, rumah suci adalah tempat dimana cinta kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah hidup, untuk meraih maka hidup yang samara dalam semesta ini.
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Meli, Feri…. Ini sudah menjadi persolan Negara, persoalan dunia, saya tidak boelh membiarkan rumahmu terbakar hanya disebabkan api mainan yang diminyaki cemburu buta. Saya harus beritahu segera ibumu. (Exit)
SEMBILAN BELAS
Nita Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Novia Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati saya. Coba saja, icih. Si sundal itu hampir setiap hari ia berobat ke rumah.
Nita Tiap hari?
Novia Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita Seminggu sekali?
Novia Katakanlah sebulan sekali tapi sekalipun begitu tingkahnya yang kekanak-kanakan cukup membakar seluruh amarah saya.
Nita Bagaimana kau tahu? Apa kau ikut memeriksa penyakitnya?
Novia Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu perempuan itu mau berobat. Sengaja saya masuk dalam kamar praktek. Pura-pura mencari sesuatu.
Nita Kau juga dengan apa yang dipercakapkan Icih dengan suamimu?
Novia Dengar.
Nita Apa?
Novia Seperti dokter dan pasien.
Nita Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Nita Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan menyaksikan Vita memeriksa tubuh perempuan itu.
Novia Gila.
Nita Lalu kau di luar saja.
Novia Tentu saja.
Nita Itulah kesalahanmu.
Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Novia Ini bukan masalah bersuami atau belum tapi masalah watak. Sekalipun perempuan jalang itu sudah mati saya yakin rohnya masih banal.
Nita Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari suamimu. Kalau kau mau jujr sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-praangkamu sendiri saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan perempuan-perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada suamimu?
Novia Apa kau kira semua perempuan banal seperti sundal itu? Kalau ternyata memang demikian sayapun pasti cemburu sebesar-besarnya terhadap semua perempuan. Tapi saya kira kaupun yakin tidak semua perempuan punya leher selenggang-lenggok leher Icih yang suka membelit leher suami orang lain.
DUA PULUH
Muncul Nenek dan Kakek .
Nenek (Menubruk Novia sambil menangis) Novia, sayang, kau jangan suka membaca roman-roman picisan. Kau bisa bayangkan sendiri apa jadinya isi kepalamu dengan roman-roman seperti itu. Dengan membaca cerita-cerita cengeng seperti itu kau sama dengan mengisi usus besarmu dengan minuman keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi kalau setiap hari kau minum arak sama dengan memperpendek usiamu sendiri.
Nenek ………….Novia, ibu yakin kau telah terpengaruh roman-roman sampah itu sehingga hidup bagimu tak ubahnya seperti mainan peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet. Bacalah tentang kesetiaan cinta, dan singkirkan bacaan yang mengajarkan kebencian dan perceraian. Kau kira perceraian itu jalan cuci?
Kakek Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau berhasil bercerai dengan suamimu?
Nenek Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu akan menuntun hidupmu kea rah kebahagiaan.
Nita Juga jangan lupakan Meli dan Feri.
Kakek Hanya karena soal cemburu, soal-soal roman picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa tidak kandang ayam saja yang kau bongkar yang sudah jelas sudah tapuh itu?
Nenek Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip dalam niatmu untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat membayangkan kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti katamu dulu, ketika kau mendesak ibu agar menerima lamaran? (Novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.
Kakek Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja yang kau punya sekarang.
Nenek Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih baik orang diam, dan lebih baiklagi kalau kau mau mendengarkan sayan orang lain.
Kakek Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang marah tetapi tak sepatahpun kata kata yang diucapkan.
Nenek Ban ini, kopor-kopor iniapa perlu artinya? Main-main kau sudah keterlaluan.
Novia Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Nenek Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Nita Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang dibenihkan setan cemburu.
Kakek Apa kira surat talak itu cek?
Nenek Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek Ayah dan ibumu berumah tangga selama setengah abad, tanpa sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek Kami bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek Apa kau pernah mendengar Hawa minta talak kepada Adam? Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu. Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek Kami bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek Kau sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia bunuh diri demi cintanya kepada Jayaprana.
Nenek Bacalah semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita yang manjur.
Kakek Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Nita Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya dan suami saya tidak pernah diberkahi anak?
Nenek Belum. Nita.
Kakek Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia Tapi bu.
Nenek Tidak, jangan bicara.
Kakek Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek Ibumu juga tidak suka marah.
Nenek Sekali-kali tentu saja boleh sekedar olah raga urat muka, tapi kalau terlalu sering bisa membuatpenyakit.
Nita Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu? Akan kau biarkan mereka kehausan cinta hanya demi kepuaan amarahmu? Egoistis?
Novia Saya tidak akan bicara apa-apa, saya hanya akan menjelakan panjang lebar. Duduk perkaranya.
Nenek Bicaralah.
Kakek Apa persoalannya.
Nita Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia Vita mau kawin lagi.
Nita Apa kau bilang?
Kakek Dia bilang apa?
Nenek Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin kalimat itu kau pungut dari salah satu buku picisanmu (berseru) Joni! (tak ada sahutan)
Nita Bustam !
Novia Memet !
Kakek Joni!
Joni Ya, tuan besar.
Nita Air dingin, Bustam!
Novia Cepat, Met!
Joni Sebentar, nyonya.
Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia Met !
Kakek Joni !
Nita Bus !
Joni tergesa membawa empat gelas air dingin, mereka berempat sama-sama minum
Nita Ganti kalimatmu, Novia.
Kakek Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia Ibu, saya cemburu.
Nenek Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia Tapi vita keterlaluan.
Kakek Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Nenek Novia, rupanya kau beluim menyadari bahwa usapan tangan seorang dokter lembut dan suci seperti lembut usapan orang-orang suci atau bahkan nabi. Dokter-dokter bekerja atas tugas suci. Merekalah yang paling nyata mengamalkan firman-firman Tuhan. Kalau kau mau mengerti para dokterlah yang paling banyak tahu tentang penderitaan manusia sepanjang sejarahnya. Merekalah yang berjuang dengan nyata agar kita bisa mengecap hidup ini bertambah baik.
Kakek Merekalah menghibur kita, menyembuhkan kita dari segala macam luka yang ditatahkan sang kala.
Nenek Saya jadi terharu.
Kakek Kasihan Vita.
Nenek Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek Judas kau.
Dengan pucat dan tergesa Joni muncul.
Nita Ada apa, Bus?
Nenek Ada apa, Joni?
Novia Ada apa, Met?
Joni Meli, nya.
Keempatnya Meli?
Joni Feri.
Keempatnya Feri?
Joni Meli dan Feri ?
Keempatnya Meli dan Feri?
Joni Ya, nya.
Keempatnya Kenapa?
Joni Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni Hilang.
Novia Kau gila.
Nita Kau taruh dimana mereka?
Kakek Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek Dunia penuh culik.
Nita Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita Tidak telpon dulu.
Kakek Polisi.
Kemudian mereka berimprovisasi, mereka betul-betul cemas, takut dan lain-lain.
Nita Meli ! Feri ! Di mana.
Kakek Cucuku.
Nenek Cucuku.
Novia Met !
Joni Ya, nya.
Novia Panggil Arba.
Arba Saya di sini, nya.
Novia Kenapa kau diam saja?
Arba Saya di sini, nya.
Novia Meli dan Feri hilang.
Arba Mereka diculik, nya.
Novia Diculik?
Arba Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan Feri pulang.
Novia Gila kamu.
Kakek dan Nenek dan Nita muncul.
Nenek Di mana mereka?
Kakek Sudah ada telpon dari Polisi?
Nita Tukang rokok seberang jalan Cuma bilang bahwa seorang laki-laki telah membawa lari Meli dan Feri dalam sebuah mobil.
Nenek dan Kakek : Apa?
Nenek (minum) Telpon polisi lagi.
Telpon berdering.
Kakek Pasti dari Polisi.
Nenek Cucuku yang malang…. Oh saya sedang membayangkan mereka menangis karena penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Nita (menyerahkan pesawat telpon) untuk mamanya Meli.
Kakek Dari Polisi?
Nita Dari Meli.
Kakek Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek Dongeng apa ini?
Kakek Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan permainan kasar seperti ini ini.
Nenek Kenapa berang begitu? Seharusnya kita bersyukur bahwa ini semua Cuma main-main.
Kakek Justru lantaran main-main saya jadi berang.
Nenek Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?
Kakek Bukan begitu maksud saya, tapi permainan ini bukan untuk orang-orang tua macam kita. Ini permainan pemuda dan bukan untuk orang-orang yang rapuh jantungnya.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.
Kakek Betapapun akan saya marahi Vita. Akan saya katakana bahwa sebagai dokter dia kurang mempertimbangkan kemungkinan effek psikologis dari permainannya. Apa dia tahu bahwa setiap kali saya harus mengatur peredaran darah saya sedemikian rupa di depan aquarium sambil mendengarkan lagu-lagu yang paling lembut agar kesehatan saya terpelihara? Dengan permainan baru saja, sama dengan dia meledakkan granat di atas batok kepala saya. Apa dia fakir dia mampu mengobati kalau saya sakit keras? Barang kali dia lupa bahwa dia dokter muda. Dokter muda jelas baru tahu tentang ilmu kedokteran seninya. Untuk ia, ia perlu bergaul dengan alam. Banyak tingkah. Coba……
Novia Pak, Ibu, saya permisi pulang.
Kakek Tanpa minta maaf?
Pulanglah dan bilanglah pada suamimu besok dia harus menghadap kemari.
Novia Pulang dulu, bu.
Nenek Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia Ya, bu.
Joni Polisi, Nyonya.
Nita Sebentar, saya ke muka.
Jumat, 26 Februari 2010
PENYEHATAN SMA MA'ARIF AJIBARANG
Perkembangan pendidikan dewasa ini telah mengalami berbagai persoalan yang menjerat sekolah baik yang berasal dari internal maupun eksternal. SMA Ma'arif NU I Ajibarang adalah salah satu yang masuk dalam kategori bermasalah.
Lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan MWC NU Ajibarang ini telah mengalamu degradasi yang cukup serius.
Lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan MWC NU Ajibarang ini telah mengalamu degradasi yang cukup serius.

Dalam rangka meningkatkan daya kreatifitas dan kemandirian serta inovasi peserta didik, SMK Ma'arif NU I Ajibarang mengubah pola peringataan Maulid Nabi Muhammad SAW yang selama ini selalu tersentral, diselenggarakan dengan model per kelas. Peserta didik beserta wali kelas diberikan kebebasan untuk mengkreasikan peringatan tersebut dengan berbagai ide yang mandiri. Hal ini dimaksudkan agar terjadi kemandirian dan timbulnya kreatisfitas
Langganan:
Postingan (Atom)